4 Fakta Bank Permata yang Dibeli Bank Bangkok dengan Nilai Rp 37,43 Triliun

Bank Permata

Bank Bangkok resmi menjadi pemegang saham mayoritas Bank Permata. Bank Bangkok dilaporkan menyepakati pembelian saham Bank Permata sekitar 89,12 persen dari Standard Chartered Bank dan PT Astra International, Tbk.

Kesepakatan pembelian saham Bank Permata oleh Bank Bangkok diumumkan pada Kamis (12/12). Dalam kesepakatan tersebut, Bank Bangkok disebut-sebut menggelontorkan dana senilai Rp 37,43 triliun atau senilai US$ 2,6 miliar buat mengakuisisi saham yang dipegang Standard Chartered Bank dan PT Astra International, Tbk.

Asal tahu aja, harga per lembar saham Permata yang disepakati adalah harga saham per September 2019 dengan harga Rp 1.498 per lembar. Standard Chartered seperti yang diberitakan Kontan menyatakan raup laba bersih US$ 500 juta atau sekitar Rp 7 triliun.

Berita pembelian saham ini menjadi salah satu berita yang dinanti-nanti banyak investor. Pasalnya, beberapa pihak sempat diisukan bakal membeli Permata, mulai dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation, OCBC Singapura, Mayapada Group, DBS Bank Singapura, Mitzhuo, hingga PT Bank Mandiri, Tbk.

Di balik pengumuman pembelian menjelang akhir tahun 2019 ini, ada beberapa fakta menarik tentang Bank Permata. Seperti apa faktanya? Berikut ini ulasannya.

Baca juga: Bank Bangkok Resmi Menjadi Pemegang Saham Baru Bank Permata!

1. Bank Permata beroperasi sejak tahun 1955 yang awalnya bernama PT Bank Bali, Tbk.

Bank Permata
Permata beroperasi sejak tahun 1955 yang awalnya bernama PT Bank Bali, Tbk, (permatabank.com).

Kegiatan yang dijalankan Permata di Indonesia terbilang lama. Bank ini mulai berdiri pada 17 Desember 1954 dan mulai beroperasi pada 5 Januari 1955. Dulunya bank ini berdiri dan beroperasi dengan nama PT Bank Bali, Tbk.

Semula bank swasta ini mengantongi izin beroperasi sebagai bank umum yang diperoleh pada 19 Februari 1957. Belakangan, bank ini juga mendapat izin menjalankan kegiatan sebagai bank devisa pada 8 Mei 1956. Kemudian izin kegiatan perbankan syariah didapat pada 5 Oktober 2004.

Baca juga: Mau Dana Rp 350 Juta dengan Bunga 0,55 Persen? Pinjaman Ini Bisa Jadi Pilihan

2. Menyebut dirinya sebagai bank BUKU 3, Bank Permata punya anak perusahaan, yaitu PT Sahabat Finansial Keluarga

Bank Permata
Menyebut dirinya sebagai bank BUKU 3, Bank Permata punya anak perusahaan, yaitu PT Sahabat Finansial Keluarga, (www.sfk.co.id).

Permata dalam informasi di website resminya menyatakan dirinya sebagai bank BUKU 3. Apa itu bank BUKU 3? Bank BUKU 3 adalah bank dengan modal inti Rp 5 triliun – Rp 30 triliun.

Sebagai perusahaan, Bank Permata rupanya anak perusahaan atau entitas anak di bidang pembiayaan konsumen (consumer finance), yaitu PT Sahabat Finansial Keluarga. Perusahaan ini diketahui berdiri pada tahun 1994 yang awalnya bernama PT GE Finance Indonesia.

Pada 8 Desember 2010, PT Sahabat Finansial Keluarga secara resmi diakuisisi PT Bank Permata, Tbk. dari GE Capital International Holdings Corporation dan PT General Electric Services. Buat informasi aja nih, perusahaan pembiayaan ini telah berstatus sebagai perusahaan terdaftar dan terawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

3. Sahamnya dijual ke publik pada 1990 dan terakhir dimiliki Astra International dan Standard Chartered Bank

Bank Permata
Sahamnya dijual ke publik pada 1990 dan terakhir dimiliki Astra International dan Standard Chartered Bank, (www.astra.co.id)

Status sebagai perusahaan go public resmi disandang Permata sejak 15 Januari 1990. Saham perusahaan ini terpampang di papan Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode BNLI.

Harga jual saham perdananya saat itu berada di angka Rp 9.900 per lembar. Kini harga jual sahamnya sendiri berada di angka Rp 1.200-an per lembar.

Dari laporan keuangan yang terakhir dirilis, saham BNLI dimiliki dalam jumlah besar oleh PT Astra International, Tbk. sebanyak 12.495.714.666 lembar atau 44,56 persen. Lalu Standard Chartered Bank memegang sebanyak 12.495.714.666 lembar atau 44,56 persen.

4. Sepanjang tahun 2018, Permata bukukan laba sebesar Rp 901,25 miliar

Bank Permata
Sepanjang tahun 2018, Permata bukukan laba sebesar Rp 901,25 miliar, (permatabank.com).

Laba yang dibukukan BNLI pada tahun 2018 lebih tinggi dibandingkan tahun 2017. Pada 2018, Permata mencatatkan laba sebesar Rp 901,25 miliar. Sementara pada 2017, laba yang dicatatkan sekitar Rp 748,43 miliar.

Pertumbuhan laba Bank Permata boleh dibilang fluktuatif. Pada 2014, bank ini bisa membukukan laba sebesar Rp 1,59 triliun. Namun, labanya menurun pada 2015 menjadi Rp 247,11 miliar. Bahkan, sempat minus pada 2016 dengan rugi sebesar Rp 6,48 triliun. 

Itu tadi beberapa fakta mengenai Bank Permata yang sahamnya dibeli Bank Bangkok. Tinggal ditunggu aja nih perkembangan Permata di tahun pasca akuisisi. (Editor: Mahardian Prawira Bhisma)