5 Ciri Saham Gorengan ini Perlu Diketahui Sebelum Berinvestasi Biar Gak Rugi

5 Ciri Saham Gorengan ini Perlu Diketahui Sebelum Berinvestasi Biar Gak Rugi

Ada yang suka beli saham gorengan? Pasti banyak dong. Wong saham gorengan ini kadang-kadang suka ngasih untung gede buat para investor. Kadang juga suka bikin buntung investor lho.

Tapi buat kamu mendingan jangan ngebet dulu beli saham gorengan ya. Alangkah baiknya cari dulu info soal jenis saham tersebut.

Nah berikut ciri-ciri saham gorengan yang biasa dijual belikan di pasar modal. Yuk simak 5 ciri berikut ini:

1. Harga saham tiba-tiba bergerak naik dan juga cepat turun

Saham gorengan ini seringkali membuat kejutan bagi investor. Sebab, saham-saham yang masuk katagori saham gorengan ini harganya kerap mendadak naik dan juga tiba-tiba turun.

Misalnya, harga saham emiten ABCD yang diperjualbelikan di BEI seharga Rp 100 per lembar saham. Tiba-tiba saham tersebut naik menjadi Rp 400 per lembar saham. Namun, besoknya lagi harganya terperosok menjadi Rp 50 per lembar saham. Begitu seterusnya.

Nah, saham emiten ABCD di atas ini termasuk ke dalam saham gorengan. Sebab, pergerakan harganya gak wajar. Apalagi perubahan harganya terjadi dalam waktu yang singkat.

Kadang si bandar menurunkan terlebih dahulu harga pasaran saham. Ini untuk menarik para investor buat tertarik beli. Pilihannya harga saham bisa naik atau bisa juga lebih turun. Inilah yang harus diwaspadai investor yang berencana membeli saham gorengan.

2. Saham yang diperdagangkan karena rumor

Rumor atau gosip saham sebuah emiten seringkali digunakan kelompok atau bandar untuk menggerakan harga saham. Misalnya emiten EFGH berencana mengakuisisi perusahaan lain. Padahal info tersebut hanyalah gosip atau rumor belaka.

Nah, rumor seperti di atas ini kerap diterima oleh para investor. Sehingga para investor khususnya ritel tertarik untuk membeli saham EFGH tersebut. Rumor tersebut sengaja dihembuskan agar pergerakan saham EFGH yang sebelumnya tak banyak yang beli menjadi laku.

Tapi, gak semua rumor itu cuma gosip belaka. Ada juga rumor perusahaan yang berencana ekspansi benar adanya. Sehingga berdampak pada harga saham perusahaan. Makanya, kalau mau beli saham jangan cuma denger rumor aja.

3. Jumlah saham dan harganya kecil

Saham yang biasa digoreng oleh bandar dan kelompok tertentu biasanya adalah saham milik emiten berkapitalisasi kecil. Sebagai contoh nilai kapitalisasi saham emiten JKLM mencapai Rp 100 miliar. Nilai tersebut lebih rendah dibanding emiten lain yang mencapai di atas Rp 1 trililun.

Kapitalisasi pasar yaitu jumlah saham sebuah emiten yang beredar dikalikan dengan harga saham perusahaan tersebut. Misalnya saham yang beredar emitem JKLM mencapai 1.000.000.000 lembar. Harganya Rp 100 per lembar saham. Itu artinya 1.000.000.000 lembar x Rp 100= Rp 100 miliar.

Para analis mengkatagorikan emiten mana saja yang berkapitalisasi pasar besar, menengah dan kecil. Untuk emiten berkapitalisasi besar yaitu nilainya di atas Rp 4 triliun. Emiten berkapitalisasi menengah Rp 2 triliun hingga Rp 4 triliun. Dan untuk emiten berkapitalisasi kecil nilainya di bawah Rp 1 triliun.

Nah, saham-saham yang berkapitalisasi pasar kecil ini kerap menjadi bidikan bandar untuk digoreng jadi saham yang bisa dijual belikan. Tentunya semata-mata untuk mengeruk keuntungan sesaat.

4. Saham gak likuid

Saham gorengan biasanya juga gak likuid atau jarang dijual belikan. Beda dengan saham-saham lain yang setiap harinya aktif diperdagangkan. Nah, para bandar ini sering banget ngebidik saham yang gak likuid buat dijadiin saham gorengan.

Kalau saham-saham gak likudi ini udah digoreng, otomatis secara tiba-tiba harganya langsung naik. Para investor terutama ritel langsung tertarik untuk melakukan aksi jual beli saham tersebut.

5. Perusahaan sering bermasalah

Ciri-ciri saham gorengan yang sering diperdagangkan di BEI tak terlepas dari kinerja perusahaan atau emitennya. Misalnya emiten MNOP sering banget disuspensi atau ‘dihukum’ sementara oleh otoritas bursa untuk tidak memperdagangkan sahamnya.

Emiten tersebut misalnya ketahuan memperdagangkan saham dengan harga yang gak wajar. Masalah lain, si perusahaan sedang terlilit utang serius. Bisa juga si perusahaan jarang terbuka kepada otoritas bursa atau publik sehingga merugikan investor.

Nah, kalau perusahaan udah bermasalah, otomatis sahamnya juga gak bagus buat dibeli. Inilah yang sering dimainkan oleh orang tak bertanggung jawab buat menggoreng saham untuk menggerakannya kembali biar sahamnya aktif.

Tapi sebagai investor yang baik, seharusnya kita bisa bijak membeli mana saham yang layak dan tidak buat dibeli. Di BEI ini sedikitnya terdapat 555 emiten yang menjual saham. Mulai dari saham unggulan, saham kelas kedua dan saham kelas ketiga.

Sekarang tinggal kamu yang pilih. Beli saham gorengan atau saham unggulan? Emang gak sedikit investor sering beli saham gorengan karena untungnya lumayan.

Namun, sekadar ngingetin aja, hati-hati ya kena ‘kolestrol’ tinggi kalau emang suka beli saham gorengan.