5 Kisah Menabung demi Naik Haji yang Paling Menggetarkan Hati

5 Kisah Menabung demi Naik Haji yang Paling Menggetarkan Hati

Naik haji adalah salah satu mimpi semua umat Islam. Sayangnya selain kesiapan mental, biaya yang dibutuhkan juga cukup besar. Itulah mengapa dalam agama sekalipun, kewajiban haji cuma ditujukan bagi mereka yang mampu.

Iya, yang pengin mungkin semua, tapi gak semuanya mampu.

Tapi, percaya gak, kalau emang benar-benar pengin, kamu bakal jadi mampu?

Hal inilah yang telah dibuktikan beberapa jemaah haji di bawah ini. Gak sebentar waktu yang mereka butuhkan buat menyisihkan Rupiah demi Rupiah, tapi berkat kegigihan dan cita-cita yang kuat, mimpi mereka pun berhasil terwujud.

Inilah kisah-kisah mereka yang berhasil naik haji melalui perjuangan yang panjang yang menyentuh hati.

1. Menabung di celengan bambu selama 14 tahun

naik haji
(Image: tribunnews)

Abdul Chamid dan Mukhlisah adalah pasangan suami istri penjual es tebu asal Jombang. Mukhlisah, sang istri, telah lama menyimpan cita-cita naik haji. Ia pun meminta dibuatkan suaminya celengan dari bambu.

Dengan konsisten, Mukhlisah menyisihkan uang ke dalam celengan tersebut. Nilainya gak menentu, tergantung sisa uang yang dimiliki hari itu. Mulai dari Rp 500 hingga Rp 10 ribu. Urusan menyimpan uang ini dilakukan Mukhlisah tanpa sepengetahuan suaminya.

Setelah 10 tahun berlalu, barulah Mukhlis mengajak Abdul mendaftar jadi peserta haji. Saat itu nominal tabungannya emang udah cukup banyak, tapi masih belum cukup buat berangkat haji.

Gak berkecil hati, Mukhlis kembali menabungkan uang seperti caranya selama ini hingga akhirnya tahun ini ia bisa ke tanah suci.

2. Menabung sejak zaman perang

naik haji
(Image: koranmalam)

Adalah kakek Ambari bin Ahmad, kakek berusia 90 tahun yang telah menabung lebih dari 50 tahun lamanya. Sebagai buruh tani, kakek Ambari gak dapat segera mewujudkan mimpinya pergi haji. Tapi, ia gak berhenti bermimpi.

Kakek Ambari mulai menabung sejak Indonesia masih dijajah Belanda. Menurut pengakuannya, ia memendam celengan di tanah tiap kali ada penjajah yang datang.

Tentu banyak uang kakek Ambari yang gak lagi laku. Buat uang tersebut, ia pun menjualnya ke kolektor atau pasar loak, lalu hasil penjualannya kembali ditabung.

Akhirnya, setelah berpuluh-puluh tahun menabung, dua tahun lalu kakek Ambari berhasil naik haji.

3. Pemulung naik haji berkat Rp 10 ribu sehari

naik haji

Miskat telah berusia 70 tahun saat berhasil terdaftar sebagai jemaah haji. Buat mewujudkan mimpinya tersebut, ia menyisihkan Rp 10 ribu tiap harinya.  Saat uang tabungannya terkumpul sebesar Rp 3 juta, ia membawa kumpulan pecahan Rp 10 ribuan tersebut pada pemilik salah satu Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Probolinggo.

Sayangnya, masih banyak banget biaya yang harus ia tambahkan. Pengin gak pengin Miskat harus melunasinya dengan dana pinjaman dari bank. Untungnya, pihak KBIH membantu menutup biaya bunga dari pinjaman tersebut.

Bertahun-tahun kemudian, Miskat pun berhasil melunasi cicilan pokok pinjaman tersebut.

4. Penjahit berangkat haji setelah 27 tahun menabung

naik haji
(Image: wartakota)

Sutaryono alias Pakde Yono adalah seorang penjahit di pinggir jalan kawasan Matraman, Jakarta Timur.  Ia harus rela melayani pelanggan sambil kucing-kucingan dengan petugas lantaran kawasan tempatnya bekerja dilarang menggelar lapak.

Meski gitu, kakek berusia 67 tahun ini mampu menyisihkan uang dari upah yang cuma Rp 15-30 ribu sehari.

Perjuangannya menabung selama 27 tahun ini akhirnya berbuah hasil. Pakde Yono berhasil mendapat nomor antrean buat naik haji tahun depan.

5. Menabung uang jajan sejak SMP

naik haji
(Image: fajar)

Usianya baru 20 tahun, tapi Amir Hasan telah menjadi salah satu jemaah haji dari Medan, Sumatera Utara. Sejak SMP,  Amir telah memiliki cita-cita buat menunaikan ibadah haji. Pelan-pelan ia pun menyisihkan uang jajan buat ditabung. Amir menitipkan tabungan tersebut pada ibunya.

Usai lulus SMA, Amir bekerja di salah satu perusahaan di Riau. Setelah bekerja, uang yang bisa ia tabung pun jadi lebih besar.  Meski ayahnya adalah seorang sopir dan ibunya berjualan nasi, cita-cita Amir berhasil jadi nyata.

Tanpa tekad yang kuat, cita-cita naik haji cuma ada di mulut aja. Gak peduli seberapa besar gaji yang kita punya, tanpa perencanaan dan kegigihan menyisihkan uang, dana haji pasti selalu kurang. Di sisi lain, ada orang-orang yang buat hidup sehari-hari aja serba pas-pasan tapi berhasil mewujudkan mimpinya ke Tanah Suci.

Salut banget deh buat mereka yang sukses naik haji dengan kerja keras!