Stop! Jangan Mulai Bisnis Franchise Kalau Belum Punya 6 Syarat Ini

Stop! Jangan Mulai Bisnis Franchise Kalau Belum Punya 6 Syarat Ini

Mendirikan bisnis waralaba alias franchise memang tampak menjanjikan. Gimana gak, rata-rata bisnis waralaba banyak yang sukses kok.

Salah satu contohnya adalah Kebab Baba Rafi. Pendirinya, Hendy Setiono memulai bisnis ini sejak 2007.

Dari dua outlet, kini bisnis tersebut udah berkembang hingga ribuan outlet di sembilan negara. Pada 2017 lalu, omzetnya mencapai US$ 10 juta, setara dengan Rp 144 miliar dalam setahun. Mantap gak tuh?

Selain Kebab Baba Rafi, franchise asal Indonesia yang udah lebarkan sayap ke mancanegara adalah Ayam Bakar Mas Mono. Kamu mungkin udah gak asing sama merek satu ini. Jelas, orang cabangnya ada di mana-mana.

Gak disangka, pemiliknya Pramono adalah mantan office boy. Ia memang pernah diangkat jadi supervisor, namun merasa gajinya gak cukup untuk membiayai ayahnya yang sedang sakit kala itu. Mono pun banting setir berwirausaha.

Setelah mengalami berbagai kegagalan, Mas Mono akhirnya mampu mendirikan franchise yang telah bertahan hingga belasan tahun. Cabangnya bahkan telah ada di Malaysia.

Masih ada sederet kisah sukses pendiri waralaba lainnya. Meski begitu, gak sedikit pula yang cuma bertahan dalam hitungan bulan. Kamu mungkin ingat beberapa waralaba yang sempat tren dan punya antrean mengular, kini udah hilang gaungnya.

Kepopuleran bisnis franchise emang bikin banyak orang melirik. Alhasil persaingan pun semakin  ketat. Oleh sebab itu, meski punya peluang untung yang tinggi, bisnis ini juga berisiko bubar jalan alias gulung tikar karena persaingan yang ketat.

Nah, buat kamu yang berminat mendirikan bisnis franchise, merujuk pada PP No. 42 tahun 2007, pastikan kamu memiliki 6 kriteria dan persyaratan ini dulu ya.

1. Punya ciri khas yang unik dan menarik

Apa yang jadi kelebihan bisnismu? Apa yang membuat bisnismu berbeda dengan yang lain?

Dua pertanyaan ini harus mantap dijawab sebelum mendirikan bisnis franchise. Keunikan berarti sesuatu yang gak mudah ditiru oleh orang lain. Jadi, bukan sekadar menyediakan varian rasa yang berbeda. Di sisi lain ciri khas yang unik dan menarik dapat diingat oleh orang dengan cepat.

Ciri khas ini bisa didapatkan dari proses produksi, pelayanan, program pemasaran, dan lain-lain. Contohnya, bisnis kuliner gado-gado yang menggunakan resep bumbu kacang rahasia dengan teknik pengolahan tertentu. Alhasil, rasanya gak bakal ditemukan di tempat lain.

Untuk menciptakan keunikan gak bisa sembarangan. Diperlukan pengalaman serta kemauan buat menggali terus potensi bisnis yang mau dibangun.

2. Terbukti sudah menghasilkan keuntungan

bisnis waralaba
(Image: pexels)

Mau buka bisnis franchise? Bisnismu harus terbukti menguntungkan dulu. Kalau gak ya percuma, orang juga gak akan tertarik beli merek waralabamu.

Lakukanlah pembukuan secara rutin sekalipun bisnis yang dijalani belum besar. Dengan begitu, kamu bisa memantau perkembangan bisnis dari waktu ke waktu. Kamu pun jadi cepat menyadari saat bisnis sedang mengalami kerugian ataupun keuntungan.

Buatlah pembukuan secara detail karena kelak catatan ini diperlukan sebagai syarat pendirian usaha waralaba yang berbadan hukum.

3. Memiliki SOP yang jelas secara tertulis

bisnis waralaba
(Image: pexels)

Usaha waralaba kelak akan diduplikasi oleh banyak orang. Untuk menjaga proses bisnis tetap berjalan sesuai standar yang berlaku, diperlukan SOP atau Standard Operating Procedure yang jelas secara tertulis.

SOP alias buku manual ini akan jadi panduan kerja para karyawan agar bekerja sesuai prosedur yang benar dan berlaku. Dengan begitu, pelayanan maupun produk yang diberikan kepada konsumen gak berkurang kualitasnya.

4. SOP mudah diajarkan dan diaplikasikan

bisnis waralaba
(Image: pexels)

SOP yang jelas aja gak cukup. Prosedur yang dituliskan harus mudah diaplikasikan oleh karyawan. Oleh sebab itu, SOP harus dibuat menggunakan sudut pandang target pembacanya (pelaksana prosedur terkait).

Dalam pembuatannya, kamu bisa membuat tim khusus dengan pembagian tugas masing-masing. Masing-masing anggota tim menyusun alur kerja dengan melibatkan pelaksana SOP. Setelahnya, lakukan uji coba atau simulasi untuk tahu keefektifan SOP yang telah dibuat.

5. Memberi dukungan yang berkelanjutan

bisnis waralaba
(Image: pexels)

Sebagai pemilik bisnis, kamu juga bertanggung jawab kepada pembeli waralabamu atau mitra. Biar bagaimana pun, semakin sukses usaha mitramu, bisnis franchise-mu juga akan semakin sukses. Di sisi lain, kesuksesan ini akan memotivasi orang lain untuk ikut bergabung sebagai mitra baru dan menjalankan bisnis waralaba yang kamu punya.

Kamu selayaknya telah memiliki program dukungan yang bertujuan untuk meningkatkan potensi bisnis mitra waralabamu. Misalnya, menyediakan program yang membantu jaringan mitra waralaba dikunjungi para pelanggan dan memastikan tim kerja mitra semakin terampil dalam melayani pelanggan.

6. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) telah terdaftar

HKI yang terkait dengan usaha mencakup hak cipta, hak merek, dan hak paten. Untuk membuat bisnis waralaba keseluruhan, HKI ini harus didaftarkan pada instansi yang berwenang.

Kamu bisa langsung ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI atau Kuasa Hukum Konsultan HKI yang terdaftar.

Jika sewaktu-waktu ada pihak yang meniru produk yang kamu miliki atau menggunakan nama brand serupa tanpa izin, kamu bisa menggugatnya secara hukum.

 

Itulah syarat yang harus kamu penuhi jika ingin mendirikan bisnis waralaba. Sejalan dengan itu, buat kamu yang ingin membeli franchise, pastikan enam syarat di atas telah dipenuhi oleh bisnis waralaba sasaranmu.

Jika syarat tersebut telah terpenuhi, bukan berarti usaha udah terjamin sukses. Kamu juga harus memperhatikan kondisi pasar yang kamu pilih. Apakah lokasinya strategis? Harganya gak terlalu mahal? Apakah produk diminati pasar sekitar? Dan sejumlah pertanyaan lainnya yang harus kamu pastikan sebelum buka usaha.

Memilih waralaba sebagai bisnis memang bisa menuai untung, tapi kalau dilakukan asal-asalan bisa jadi berujung buntung. Betul gak?