Apa Itu Investasi? Ini Pengertian, Manfaat, dan Panduannya

apa itu investasi dan bagaimana cara berinvestasi

Apa itu investasi? Istilah ini makin populer dalam satu dekade terakhir di Indonesia. Generasi milenial makin melek terhadap perencanaan keuangan, salah satunya dengan melakukan investment.

Apakah kamu sudah tahu bagaimana cara berinvestasi yang tepat? Apakah kamu sudah tahu pengertiannya dan gunanya buat apa?

Sebelum kita membahas lebih mendalam lagi, ketahui dulu bahwasannya dalam hidup kita memiliki tujuan yang berbeda-beda di masa depan.

Sebut saja, ada yang ingin pensiun dengan aset miliaran rupiah, ada yang ingin bisa menyekolahkan anak ke jenjang lebih tinggi di luar negeri, ada yang ingin menggelar pesta pernikahan buat sang anak, dan lain sebagainya. Nah, investasi adalah cara untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di masa depan.

Apa itu investasi?

Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), investasi adalah penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Dalam ilmu ekonomi, investment diartikan sebagai pembelian (dan produksi) dari modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang.

Oleh karena itu, produk-produk investment yang kita beli kerap dipandang sebagai barang-barang berharga. Sebut saja seperti logam mulia, saham, properti, dan lainnya. 

Tujuan investasi

Meski tujuan utamanya adalah mendapat keuntungan dari sejumlah uang atau modal yang kita ‘tanam’, investasi punya tujuan yang bervariasi. Sebenarnya tujuan investment kembali ke masing-masing individu yang menjalankan. Tapi, berikut ini adalah beberapa tujuan investasi yang bisa kamu jadikan motivasi:

  • Merdeka finansial di masa depan 
  • Mendapat penghasilan tetap
  • Memperoleh hidup layak di masa yang akan datang
  • Keuntungan investasi untuk mengembangkan usaha
  • Mendapat jaminan dalam bisnis
  • Menyusun dana untuk kepentingan khusus, seperti untuk sosial atau konsumsi
  • Mengurangi risiko aset termakan inflasi
  • Berpartisipasi dalam pembangunan negara
  • Manfaat investasi

    Selain tujuan yang bermacam-macam, investment juga menawarkan sejumlah manfaat bagi pelakunya. Apa saja manfaatnya? Berikut di antaranya:

    1. Menekan dampak inflasi

    Investment memberi ruang bagi aset dan harta kita untuk terus berkembang. Dengan demikian, aset dan harta kita juga bisa ‘melawan’ tingkat inflasi. Hal ini berbeda dengan menabung yang membuat harta kita termakan tingkat inflasi. 

    2. Penghasilan jadi bertambah

    Manfaat yang satu ini nyata adanya. Sesuai dengan namanya, investment bertujuan mencari untung. Dari keuntungan investment ini kamu bisa menambah kekuatan finansial di samping gaji bulanan.

    3. Merdeka finansial

    Siapa sih yang tidak mau merdeka secara finansial? Merdeka finansial di sini maksudnya, kita bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa kekurangan. Dengan investment, kita bisa menambah pemasukan selain gaji dari pekerjaan tetap. 

    4. Lebih siap untuk pensiun

    Menyambung poin soal merdeka finansial, investment juga sekaligus menyiapkan kesiapan keuangan untuk menyambut hari tua. Jika hanya mengandalkan tabungan dan dana pensiun, barangkali kemampuan finansial kita akan pas-pasan. Dengan investment, maka kita bisa memastikan kemampuan finansial yang lebih baik. 

    5. Melatih tanggung jawab dan belajar mengambil keputusan

    Berinvestasi sekaligus melatih tanggung jawab. Apapun keputusan yang kamu buat dalam menanamkan modal, untung-ruginya, harus berani ditanggung. Begitu juga dalam memutuskan untuk melakukan investment yang perlu keberanian. Ingat bukan, investasi terdiri dari banyak jenis dengan beragam tingkat risiko. Dengan berinvestasi, maka kita harus berani memilih instrumen investasi apa yang cocok sesuai dengan profil risiko kita. 

    Panduan cara berinvestasi

    Anggap saja, kamu adalah seorang karyawan kantoran dengan gaji Rp 10 juta. Namun, gaji yang kamu terima sifatnya hanya “numpang lewat” di rekeningmu. Karena, setiap bulannya kamu harus mengeluarkan uang untuk cicilan rumah, cicilan mobil, transport, biaya makan sehari-hari, biaya sekolah anak, operasional rumah, dan lain sebagainya. 

    Pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana cara berinvestasi dalam kondisi seperti ini? Menabung per bulan pun kadang susah karena gaji kita seringkali habis untuk hal-hal konsumtif lainnya.

    Semua hal tentu perlu awalan bukan? Sama dengan berinvestasi. Kalau tidak segera dimulai, yang ada hanya penundaan yang tak berujung. Untuk pemula, kamu bisa fokus pada poin-poin berikut ini:

    1. Punya tujuan jelas

    Apa tujuan hidupmu?

    “Boro-boro mikir cara berinvestasi, wong gaji bulanan saja bisa benar-benar habis untuk kebutuhan per bulan dan kalau sudah kepepet, terpaksa pakai kartu kredit. Sementara itu jika uang yang tersisa, itupun ditabung di rekening untuk dana darurat.” 

    Bagi kamu yang mengalami hal seperti ini, tenang saja kamu gak sendiri. Ketahuilah dulu bahwasannya, menabung itu beda sama investment

    Seperti yang dijelaskan di atas, investasi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang.

    Nah, sekarang apa yang menjadi tujuanmu ke depan? Kapan hal itu akan kamu realisasikan hal itu? Dengan mengetahui tujuan hidup kita, tentunya investment akan jadi prioritas dalam hidup kita. 

    Jika menyisihkan uang untuk berinvestasi dirasa sulit, tak perlu sungkan untuk memotong pengeluaran kita untuk kebutuhan sekunder. Sebut saja di pos-pos yang sifatnya cuma untuk menunjang kebutuhan gaya hidup.

    2. Ukur berapa besar modal yang disiapkan

    Berinvestasi tentu butuh modal. Tapi bagi kamu yang baru memulainya, tidak perlu pusing harus menyiapkan modal besar. Investasi bisa dilakukan dalam ukuran yang kecil. Bertahap, kamu bisa menaikkan volumenya. Penentuan modal ini tentu disesuaikan dengan kemampuan keuangan kamu. 

    Misalnya, dengan gaji Rp 3 juta per bulan, kamu hanya bisa menyisihkan dana Rp 500 ribu untuk investment. Tidak masalah. Dengan modal Rp 100 ribu saja kamu sudah bisa berinvestasi di pasar modal atau reksadana, atau bahkan menabung emas. 

    3. Memahami profil risiko diri sendiri

    Investasi tak lepas dari untung dan rugi. Berani berinvestasi, maka siap untuk mendapat keuntungan dan siap untuk mengalami kerugian. Karenanya, kamu perlu memahami ukuran profil risiko diri kamu sebelum memutuskan instrumen investasi apa yang akan diambil. Sebelum berinvestasi pun, alangkah baiknya rampungkan seluruh piutang. 

    High risk, high return. Prinsip ini memang lekat dengan investasi. Investasi dengan risiko tinggi memang sarat dengan keuntungan yang besar. Begitu juga dengan investasi berisiko rendah, untungnya juga nggak tinggi-tinggi amat. Mau yang mana, kamu bisa sesuaikan dengan profil risiko kamu. 

    Produknya juga nggak sedikit, dan setiap produk memiliki risiko dan keuntungan yang berbeda-beda. 

    “Risiko” bisa diartikan sebagai sebuah peristiwa yang gak sesuai dengan harapan. Lantas kalau ini ada di dunia investment, tentu hal tersebut bisa dibilang sebagai sebuah kondisi yang mungkin sama sekali gak diharapkan seperti kehilangan uang dan lain sebagainya.

    Semakin besar risikonya, semakin besar pula imbal hasilnya, begitu pun sebaliknya. Toleransi risiko juga ditentukan lewat berbagai faktor. Sebut saja seperti faktor usia, di mana yang muda dan produktif mungkin cocok dengan investasi tinggi risiko. 

    Buat kamu yang pengin memastikan produk investment yang tepat, kamu bisa sesuaikan dengan profil risiko melalui Kuis Profil Risiko Investasi dari Lifepal berikut:

    Jenis-jenis investasi 

    Pertanyaan pertama yang umum dilontarkan orang ketika ingin berinvestasi adalah, “apa sih investasi yang bagus?”

    Bagus yang dimaksud tentunya adalah yang imbal hasilnya besar tapi risikonya kecil bukan? Kalau bisa malah gak ada risikonya sama sekali.

    Pertanyaannya apakah ada investasi seperti itu? Dipastikan sih tidak ada. Pasalnya, sudah dijelaskan juga di atas bahwa gak ada satupun investasi yang gak ada risikonya.

    Namun untuk memberikan pemahaman yang baik seputar cara berinvestasi, bagaimana kalau kita klasifikasikan saja produk investasi sesuai dengan risikonya.

    1. Risiko kecil

    Berikut ini beberapa instrumen investasi berisiko rendah yang bisa kamu pertimbangkan.

    1. Emas

    Investasi emas batangan tetap menjadi primadona banyak orang secara lintas generasi. Memang bukan rahasia lagi bahwa, logam mulia yang satu ini kerap dipandang sebagai investasi teraman, pasalnya, ketika pasar modal hancur maka investor tentu akan memborong emas.

    Seiring dengan berkembangnya teknologi, investasi ini pun bisa dimulai dengan modal yang sangat kecil bahkan Rp 5 ribu saja. 

    2. Deposito 

    Sebagian orang mengatakan bahwa deposito adalah tabungan, namun beberapa orang lain menyebutnya sebagai investasi. Secara umum, produk simpanan di bank yang penyetorannya maupun penarikannya hanya bisa dilakukan pada waktu tertentu saja.

    Keuntungan dari deposito per tahun tergantung dari suku bunga acuan BI, namun umumnya berkisar antara 4,5 hingga 6 persenan. 

    3. Reksa dana pasar uang

    Reksa dana juga cocok untuk dijadikan investasi bagi para pemula. Terutama adalah reksa dana pasar uang. 

    Pada dasarnya, reksa dana itu sendiri adalah dana yang dikumpulkan oleh para investor dalam mekanisme urunan. Kumpulan dana itupun diinvestasikan oleh perusahaan manajer investasi di berbagai produk.

    Khusus reksa dana pasar uang, produk investasinya adalah deposito dengan jangka waktu satu tahun. Imbal hasil dari reksa dana ini bervariasi, namun umumnya 7 persen per tahun. 

    4. Saving Bond Ritel

    Investasi ini dilakukan dalam bentuk pembelian surat berharga negara. Sederhananya adalah, Negara Indonesia akan berutang kepadamu, tentu saja keamanannya sangat terjamin. 

    Utang itu ditujukan untuk berbagai proyek sebut saja seperti pembangunan infrastruktur dan lain sebagainya. Keuntungannya pun mencapai 6 persen. 

    2. Risiko menengah

    Jika menurutmu keuntungan investasi risiko kecil masih kurang, maka cara berinvestasi kamu harus dimodifikasi ulang. Mungkin dengan cara memilih produk lain yang risikonya sedikit lebih besar. 

    Ingin tahu apa saja produk investasi yang dimaksud? Yuk cari tahu di bawah sini.

    1. Reksa dana pendapatan tetap

    Sama-sama reksa dana, tapi reksa dana ini alokasi dananya sebagian besar di obligasi atau surat utang. Sebagian kecilnya baru diinvestasikan di produk pasar uang. 

    Keuntungan dari reksa dana pendapatan tetap bisa di atas 10 persen per tahun. Ketika suku bunga turun, umumnya obligasi cenderung menguat dan hal ini jadi sinyal baik bagi reksa dana pendapatan tetap, begitu pun jika pasar modal sedang goyang. 

    Namun ada kalanya juga lho jika obligasi lagi turun, performa reksa dana ini juga ikut loyo. 

    2. P2P Lending

    Peer to Peer Lending atau P2P lending kini menjadi pilihan investasi yang diminati millenial. Investasi apa sih ini?

    Platform P2P Lending sejatinya dibuat untuk mempertemukan orang yang ingin meminjam uang, dengan yang ingin mendanai. Penadana tentunya akan diperlakukan layaknya investor. Keuntungan dari P2P lending cukup beragam, namun umumnya mulai dari 15 hingga 20 persenan. 

    Sementara itu risiko yang kemungkinan dihadapi pendana adalah gagal bayar dari si peminjam. 

    3. Reksa dana campuran

    Sesuai dengan namanya yaitu campuran, reksa dana ini menginvestasikan dana investor ke berbagai produk. Ada depositonya, ada obligasi atau surat utang, dan ada sahamnya juga.

    Keuntungan reksa dana campuran tentu bisa di atas reksa dana pendapatan tetap dan pasar uang yaitu di atas 12 persen. Namun berhubung risikonya juga lebih tinggi, maka kerugian yang didapat juga bisa lebih besar.

    Kerugian ini bisa muncul di kala Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambyar atau harga obligasi menurun.

    3. Risiko tinggi

    High risk high returns, inilah yang membuat investasi tinggi risiko tetap dilirik. Umumnya, investasi ini memang ditujukan untuk tujuan jangka panjang sebut saja seperti untuk menunjang kebutuhan di masa pensiun. 

    Ingin tahu apa saja investasi tinggi risiko? Yuk simak ulasannya.

    1. Saham

    Membeli saham sama halnya dengan membeli sebuah perusahaan. Ketika perusahaan itu bertumbuh dengan baik di masa depan, tentunya para pemegang sahamnya bisa merasakan keuntungannya.

    Saham pulalah yang bisa membuat seseorang menjadi miliuner. Namun, salah dalam membeli saham juga bisa membuat kita bangkrut alias miskin mendadak.

    Pasalnya, pergerakan harga saham juga sulit diprediksi. Ada kalanya, munculnya berita buruk di media pun bisa menggoyang beberapa saham yang bergerak di industri tertentu.

    Keuntungan dari investasi saham memang cukup tinggi, bahkan bisa di atas 100 persen. Akan tetapi, tidak ada satupun orang yang bisa memprediksi pergerakan di pasar modal. 

    Oleh karena itulah, investasi ini memang cocok dijadikan investasi jangka panjang. Pasalnya, pertumbuhan suatu perusahaan dan industri memang tidak ada yang instan. 

    2. Reksa dana saham

    Cara berinvestasi seorang dalam produk tinggi risiko memang berbeda-beda. Gak semua orang berani untuk langsung terjun ke investasi saham.

    Beberapa dari mereka pun lebih memilih reksa dana saham saja. 

    Satu hal yang membedakan reksa dana saham dengan yang lain adalah penempatan investasinya yang 80 persen ada di saham. Sementara itu 20 persennya di produk pasar uang atau obligasi. 

    Kerugian dari reksa dana saham tentu saja tidak sebesar investasi saham secara langsung. Begitu pula imbal hasilnya. Investor reksa dana saham juga tidak akan menerima keuntungan berupa pembagian dividen.

    Masih bingung dengan cara berinvestasi?

    Seperti itulah pemahaman yang kamu butuhkan seputar cara berinvestasi. Intinya, cari tahu apa yang ingin kamu capai dan berapa lama kamu akan mencapainya.

    Setelah mengetahui hal itu, kenalilah profil risikomu. Apakah kamu tergolong seorang yang menghindari risiko, atau malah agresif dalam mencari keuntungan.

    Jika dua hal di atas sudah diketahui, maka tugasmu selanjutnya adalah memilih instrumen investasi yang tersedia di pasaran. 

    Jika pilihanmu adalah emas atau logam mulia, kamu bisa langsung membelinya di pedagang emas, PT Pegadaian Persero, Antam, atau dengan menggunakan aplikasi penjual emas digital. Namun jika deposito, tentu saja silahkan datangi bank terkait.

    Akan tetapi jika pilihanmu adalah reksa dana, kamu bisa membelinya via smartphone secara online, dengan mengunduh aplikasi milik agen penjual reksa dana di Google PlayStore atau App Store.

    Namun jika pilihanmu adalah saham, maka bukalah rekening dana efek di perusahaan sekuritas. Setelah itu, kamu akan mendapat rekening dana nasabah yang akan digunakan untuk bertransaksi saham.

    Tanya jawab seputar apa itu investasi

    Apa itu investasi?

    Investasi adalah upaya menanamkan modal atau dana dengan harapan bisa mendapatkan keuntungan (return) di masa mendatang.

    Agama Islam membolehkan investasi karena pada prinsipnya Islam juga mengajarkan umatnya agar bisa merdeka secara finansial. Namun tidak semua jenis investasi sesuai dengan syariat Islam. Investasi dalam Islam harus disesuaikan dengan prinsip keuangan syariah, terutama riba atau bunga, gharar atau pertaruhan dan upaya merugikan orang lain, serta maisir atau judi.

    Pastikan kemampuan keuangan kamu sudah mencukupi untuk berinvestasi. Terutama, selesaikan dulu piutang sebagai kewajiban yang harus dibayar dan pastikan ada pendapatan tetap. Selain itu, pastikan kamu sudah memiliki dana darurat sebelum memulai investasi.

    Apa tujuan dari berinvestasi?

  • Merdeka finansial di masa depan
  • Mendapat penghasilan tetap
  • Memperoleh hidup layak di masa yang akan datang
  • Keuntungan investasi untuk mengembangkan usaha
  • Mendapat jaminan dalam bisnis
  • Menyusun dana untuk kepentingan khusus, seperti untuk sosial atau konsumsi
  • Mengurangi risiko aset termakan inflasi
  • Berpartisipasi dalam pembangunan negara