Ini Kenapa Barang China Banyak Masuk Indonesia!

Barang China (Shutterstock)

Produk dari berbagai negara, termasuk China kini banyak masuk ke Indonesia. Pesatnya perkembangan jual beli online tidak terlepas dari semakin mudahnya masyarakat mencari dan memperoleh barang yang dinginkan melalui e-commerce.

Ketatnya persaingan harga juga menjadi salah satu faktor yang membuat tumbuh subur bisnis jual beli online. Selain harga yang lebih murah, kemudahan dalam membeli, hingga tak perlu repot-repot ke pusat perbelanjaan menjadi pertimbangan konsumen dalam berbelanja saat ini.

Tak mengherankan, kondisi ini membuat perdagangan lintas batas negara menjadi tidak terhindarkan, dan membuat daya saing produk lokal terus terhimpit.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani, meminta agar ada ketegasan dari pemerintah untuk menutup akses perdagangan lintas batas atau cross border terhadap pelaku e-commerce.

Sebab, jika dibiarkan terus terjadi, barang-barang impor akan terus menggerus produk lokal, dan menjadikan Indonesia sebagai ladang penjualan negara lain karena jumlah populasi penduduk yang banyak.

Masalah E-Commerce

“Masalah e-commerce ini juga satu sisi yang kita di persimpangan, kita ini mau membuka cross border (lintas batas) atau tidak? Kalau itu dibuka maka UKM itu saya rasa dengan cepat akan mati semua karena memang tidak bisa bersaing,” ujar Hariyadi Sukamdani di Jakarta.

Haryadi mengatakan, pola belanja konsumen yang ingin mendapatkan barang dengan harga yang murah dan cepat, membuat negara tirai bambu seperti China dapat mengambil momentum tersebut.

Sebab, saat ini China menggunakan pusat logistik berikat yang berlokasi di Singapura, dengan jarak yang begitu dekat, maka produk dari negara tersebut semakin masif masuk ke Indonesia dengan mudah.

“Barang itu bisa sampai ke kita sekitar dua hari, karena itu barang dari Singapura. Konsumen kan tidak peduli barang dari mana selama produk bagus dan variasinya banyak. Ini jadi pekerjaan rumah kita adalah sebaiknya tidak dibuka cross border itu,” paparnya.

Berdasarkan data Asosiasi E-Commerce menunjukkan, kecenderungan 93 persen barang yang dijual di marketplace merupakan barang impor. Artinya, hanya ada 7 persen produk lokal di dalamnya.

Editor: Ayyi Achmad Hidayah