Beli atau Sewa Rumah Dulu? Pertimbangkan 2 Hal Ini!
Rumah merupakan salah satu bagian dari kebutuhan pokok manusia. Bernaung di sebuah rumah, manusia dapat hidup nyaman dengan atap yang melindungi dari kehujanan dan kepanasan.
Begitu pentingnya rumah sebagai tempat berlindung, begitu banyak orang yang mendambakan memiliki properti satu ini. Tapi, memiliki hunian tak semudah yang dikira, karena bukan barang murah yang bisa dibeli begitu saja.
Tak semua orang memiliki kemampuan membeli hunian, sekalipun yang sederhana dan berada di kawasan pinggiran. Menghadapi kondisi tersebut, mereka memilih menyewa hunian atau kamar kos sebagai tempat tinggal sementara.
Membeli atau menyewa hunian tentu dibutuhkan jawaban yang perlu dipertimbangkan masak-masak. Tidak boleh salah langkah dan hanya karena gengsi membuatmu susah ke depannya.
Perhitungan pengeluaran untuk beli rumah
Beli rumah
Membeli hunian berarti kamu memiliki aset yang nilainya akan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Pasalnya, sebuah properti akan selalu dicari oleh siapapun, sehingga harganya terus melambung.
Apalagi, jika hunianmu terletak di lokasi strategis, lingkungan aman dan terjamin serta fasilitas umum yang terbilang lengkap. Harga yang awalnya dibeli hanya berapa ratusan juta pun bisa melambung hingga miliaran rupiah.
Misalnya, kamu membeli sebuah hunian tipe 36 dengan luas tanah 136 meter persegi di Perumahan Bukit Cimanggu City, Bogor, Jawa Barat pada tahun 2019 di angka Rp1.090.000.000.
Harga Rumah | Diskon 2% | Uang Muka Promo | Plafon KPR | KPR Asumsi Bunga BANK BNI 6,75% untuk 20 Tahun |
---|---|---|---|---|
Rp1.090.000.000 | Rp1.068.200.000 | Rp69.7000.000 | Rp747.740.000 | Rp5.685.546 |
Dengan asumsi di atas, per bulan kamu harus mengeluarkan cicilan KPR Rp 5,6 juta. Perlu diingat, jumlah utang termasuk KPR tidak boleh lebih dari 30 persen penghasilan. Jadi, skema tersebut cocok untuk kamu pemilik gaji Rp 15 juta per bulan.
Tapi, bukan berarti kamu pemilik gaji di bawahnya, misal Rp 10,8 juta tidak bisa memiliki rumah dengan sistem KPR. Untuk kamu salah satunya, maka bisa membeli rumah dengan harga di bawah nominal di atas.
Misalnya, kamu membeli sebuah hunian tipe 36 dengan luas tanah 38 meter persegi di Perumahan Bukit Cimanggu City, Bogor, Jawa Barat pada tahun 2019 seharga Rp725.000.000.
Harga Rumah | Diskon 12% | Uang Muka Promo | Plafon KPR | KPR Asumsi Bunga BANK BNI 6,75% untuk 20 Tahun |
---|---|---|---|---|
Rp725.000.000 | Rp87.000.000 | Rp33.350.000 | Rp510.400.000 | Rp3.880.898 |
Lewat asumsi di atas, maka per bulan kamu harus mengeluarkan cicilan KPR Rp 3,8 juta. Angka tersebut masih masuk jumlah utang untuk kamu pemilik gaji Rp 10 jutaan.
Pengeluaran bulanan jika membeli rumah
Perlu diingat, dengan mengalokasikan 30 persen untuk tabungan rumah, kamu tetap harus menyisihkan 50 persen uang dari gaji untuk keperluan pokok, termasuk di dalamnya ongkos sehari-hari ke tempat kerja. Sisanya, 20 persen untuk menabung atau investasi.
Dengan membeli hunian di kawasan wilayah penyangga DKI Jakarta yang dilalui jalur KRL, maka kamu akan menghemat ongkos perjalanan dari dan ke kantor memakai moda transportasi tersebut.
Berikut ini perincian pengeluaran cicilan rumah ditambah ongkos transportasi dari Bogor ke tempat kerjamu di Jakarta. Kita gunakan asumsi bahwa cicilan rumahmu per bulan adalah Rp3,8 juta mengikuti perhitungan KPR dengan tenor 20 tahun.
Pengeluaran bulanan jika tinggal di rumah sendiri | Perhitungan | Nominal |
---|---|---|
Cicilan rumah per bulan | Rp 3.880.898 | |
Biaya air | Rp 100.000 | |
Biaya listrik | Rp 500.000 | |
Iuran kebersihan dan keamanan | Rp 90.000 | |
Pajak Bumi dan Bangunan di kawasan Cimanggu, Bogor | Rp 240.000 : 12 bulan | Rp 20.000 |
Ongkos KRL PP dari Bogor ke Jakarta | Rp 12.000 x 20 hari | Rp 240.000 |
Ongkos ojek online PP dari stasiun ke kantor | Rp 20.000 x 20 hari | Rp 400.000 |
Total | Rp 5.130.898 |
Dengan asumsi tersebut, maka biaya ongkos yang harus kamu keluarkan selama sebulan ialah Rp640 ribu. Tapi, angka tersebut bisa berubah sewaktu-waktu sesuai dengan perbedaan biaya transportasi yang digunakan.
Nah, setelah melihat perhitungan-perhitungan di atas, kamu sudah mengetahui kan perhitungan dan pengeluarannya. Meski begitu, hunian akan menjadi asetmu sendiri.
Kerugian beli rumah
Harga rumah memang akan selalu naik seiring berjalannya waktu. Namun, membeli hunian baik secara cash maupun dengan sistem KPR juga memiliki risiko-risiko yang harus kamu tempuh.
Bila membeli dengan sistem KPR, berarti kamu harus menerima komitmen jangka panjang. KPR juga memiliki beban bunga, itu berarti harga hunian yang kamu beli mengalami kenaikan berkali lipat sesuai dengan perhitungan bunga yang ada. Pastikan kamu siap melakukannya!
Membeli rumah juga berarti siap dengan biaya ekstra yang harus kamu keluarkan. Mulai dari pajak tahunan, biaya listrik, air, dan lainnya.
Menjaga kebersihan hunian juga merupakan tantangan yang cukup berat. Apalagi, buat kamu yang gak terbiasa beberes rumah alias terima beres. Belum lagi, jika ada kerusakan akibat banjir, kebakaran dan sebagainya.
Memiliki hunian, berarti kamu harus menyiapkan dana darurat untuk biaya tak terduga, salah satunya perbaikan rumah yang biasanya tidak bisa ditunda.
Faktor lain yang tidak kalah penting adalah lokasi properti yang dibeli apakah bisa ditempuh, atau tidak. Dengan begitu, sarana transportasi perlu dipertimbangkan betul.
Keuntungan dan kerugian menyewa hunian
Keuntungan sewa hunian
Menyewa rumah bukan berarti pilihan yang tidak bijak. Jika kondisi keuanganmu pas-pasan dan tidak ada spare untuk membeli properti, maka memang pilihan bijak menyewa terlebih dulu sambil mengumpulkan uang untuk men-DP hunian.
Menyewa hunian pun dapat memberikanmu pilihan yang lebih banyak. Kamu bisa memilih kontrakan atau kos yang dari segi lokasi dan tempat kerjamu berdekatan.
Sehingga, dari segi waktu dan biaya transportasi lebih hemat. Tapi, apakah benar lebih hemat? Coba perhitungkan lagi pengeluaranmu ketika menyewa rumah.
Misalnya, kamu menyewa sebuah hunian di kawasan Cilandak Tengah, Jakarta Selatan dengan kisaran uang sewa Rp4 juta per bulan.
Pengeluaran bulanan jika menyewa rumah | Perhitungan | Nominal |
---|---|---|
Biaya sewa rumah per bulan | Rp 4.000.000 | |
Biaya listrik | Rp 400.000 | |
Biaya air | Rp 100.000 | |
Iuran kebersihan dan keamanan | Rp 100.000 | |
Ongkos ojek online dari rumah sewa ke kantor pulang pergi | Rp 20.000 x 20 hari | Rp 400.000 |
Total | Rp 5.000.000 |
Selain itu, dengan menyewa sebuah rumah, berarti kamu tidak perlu mengeluarkan biaya perawatan. Umumnya, perawatan rumah akan dibebankan kepada sang penyewa, tapi dengan catatan telah disepakati sejak awal.
Dengan perhitungan tersebut, kamu dapat menekan biaya transportasi. Syukur-syukur, hunian yang kamu sewa letaknya dekat dengan tempat kerja, sehingga dapat dicapai dengan jalan kaki atau bersepeda saja.
Selain sewa hunian, alternatif lainnya adalah sewa apartemen. Karena dinilai lebih praktis, dan bisa memilih apartemen yang dekat dengan tempat kerja.
Selain praktis, tinggal di apartemen di dekat tempat kerja akan mengeliminir ongkos transportasi. Namun, apakah jatuhnya jadi lebih murah ketimbang sewa rumah? Mari simak perhitungan di bawah ini:
Pengeluaran bulanan jika menyewa apartemen | Perhitungan | Nominal |
---|---|---|
Biaya sewa apartemen | Rp 4.000.000 | |
Iuran Pengelolaan Apartemen (IPL) | Rp 30.000 x 36 m2 | Rp 1.080.000 |
Sinking fund | Rp 10.000 x 36 m2 | Rp 360.000 |
Biaya listrik | Rp 500.000 | |
Biaya air | Rp 100.000 | |
Total | Rp 6.040.000 |
Ternyata sewa apartemen tidak lebih murah dari menyewa rumah karena banyak biaya tambahan yang harus dikeluarkan per bulannya.
Kerugian sewa hunian
Menyewa hunian sebagai tempat tinggal memang lebih murah di bandingkan membelinya. Namun, menyewa berarti kamu tidak mendapatkan aset, kamu hanya mendapatkan hak sewa guna.
Menyewa hunian berarti kamu akan menggelontorkan uang per bulan atau tahunan untuk biaya sewa kepada orang lain. Padahal, kalau kita alokasikan dana itu sebagai cicilan, kamu akan mendapatkan aset hunian jika cicilan lunas.
Itulah dua hal yang bisa kamu pertimbangkan apakah menyewa atau membeli hunian. Sebagai kebutuhan pokok, maka lebih baik kamu membeli properti dibandingkan hanya menyewa!
Kemudian, masalah yang mungkin akan muncul di pikiran kamu adalah bagaimana kalau belum punya uang DP?
Selagi belum punya DP, kamu bisa tinggal di apartemen atau rumah sewa sambil mengumpulkan uang untuk DP rumah. Bagaimana cara menabung DP rumah supaya cepat terkumpul? Simak artikel Lifepal soal cara nabung DP rumah yang cepat.