Inflasi Agustus 2019 Turun, Biaya Sekolah Jadi Penyumbang Terbesar!

Inflasi Biaya Pendidikan (Shutterstock)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Pada Agustus 2019 terjadi inflasi sebesar 0,12 persen lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,31 persen. Inflasi tertinggi disumbang kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 1,21 persen. Sebaliknya kelompok bahan makanan mengalami deflasi 0,19 persen.

Inflasi tercatat 2,48 persen pada periode Januari hingga Agustus, dan secara tahunan sebesar 3,49 persen. Adapun, inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor.

Antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, laju inflasi yang terjadi pada Agustus ini disebabkan oleh kelompok pengeluaran biaya pendidikan. Hal ini terjadi karena adanya tahun ajaran baru sekolah, dan penerimaan murid baru. Tercatat, telah terjadi kenaikan uang sekolah SD sebesar 0,04 persen, SMP dan SMA masing-masing sebesar 0,02 persen dan uang kuliah sebesar 0,01 persen.

“Berdasarkan survei di 82 kota pada bulan Agustus 2019 ini tejadi inflasi 0,12 persen. Juli-Agustus biasanya inflasi pendidikan akan mengalami kenaikan karena periode tersebut merupakan tahun ajaran tahun dasar baru,” ujar Suhariyanto di Jakarta.

Kemudian, penyumbang laju inflasi selain biaya pendidikan adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mengalami juga menyumbang sebesar 0,26 persen dan memberikan andil sebesar 0,05 persen.

Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 0,23 persen dan memberikan andil sebesar 0,06 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil adalah tarif sewa rumah sebesar 0,02 persen.

Suhariyanto mengatakan, dari 82 kota IHK yang dilakukan pemantauan oleh BPS, sebanyak 44 kota mengalami inflasi. Sedangkan 38 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi dialami di Kudus sebesar 0,82 persen. Sedangkan terendah yaitu di Tasikmalaya, Madiun, Parepare sebesar 0,04 persen. Sementara untuk deflasi tertinggi dialami Bau-Bau ebesar -2,10 persen dan deflasi terendah di Tegal, Palopo -0,02 persen.

Bahan Pangan Deflasi

Sementara itu, pada bulan Agustus ini kelompok bahan pangan mengalami deflasi. Hal ini disebabkan oleh bebrapa komoditas utama seperti harga bawang merah, bawang putih, daging ayam ras tengah mengalami panen raya dan penurunan harga.

Adapun, deflasi adalah suatu periode di mana harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah. “Komoditas apa yang sumbangan deflasi pertama penurunan harga bawang merah karena sedang musim panen raya di berbagai sentra produksi bawang merah di Bima, Pati, Nganjuk, dan Brebes. Andil bawang merah ke deflasi 0,08 persen” kata Suhariyanto.

Penurunan harga bawang merah ini terjadi di 79 kota. Kemudian andil yang kedua yakni tomat sayur 0,06 persen terhadap deflasi. Lalu bawang putih andil deflasi 0,02 persen. 

Namun demikian, pada bahan pangan masih terjadi pada komoditas cabai merah sebesar 0,1 persen. Hal ini akibat penurunan suplai cabai merah di beberapa sentra produksi karena kemarau yang sangat panjang. 

Selain itu, deflasi juga terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,55 persen dengan andil 0,1 persen. 

Editor: Ayyi Achmad Hidayah