Modal Cuma Rp 10 Juta! Sarjana IT Ini Jualan Kopi Beromzet Rp 1 Miliar

Sarjana IT Togu Panandaditya Siregar sukses bisnis kopi (MoneySmart/Nisa)

Bisnis kopi semakin ramai peminatnya karena memberi hasil yang menjanjikan. Siapa sangka, untuk memiliki bisnis kopi ternyata tidak melulu harus mengeluarkan modal besar. Seperti yang dialami Sarjana IT Togu Panandaditya Siregar.

Cukup bermodalkan Rp 10 juta,  Togu mengawali bisnisnya dengan membeli mesin giling dan sealer kemasan, serta untuk membeli stok kopi.

Togu kini sukses mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang penjualan kopi, kemasan kopi, mesin barista, dan alat membuat kopi, dengan bendera perusahaan PT. JPW Indonesia.

Sarjana IT lulusan Universitas Bina Nusantara itu awalnya mendirikan perusahaan Jasa Pembuat Website (JPW). Togu awalnya berprofesi sebagai web developer sejak masih duduk di bangku kuliah tahun 2008.

Pada tahun 2012, ada klien yang meminta dia membuatkan website menjual kopi. Dari situ, pria yang dibantu sang bunda, Winda, menjalani bisnisnya itu mendapat kepercayaan mengelola website perusahaan milik kliennya.

Saat awal merintis, Togu menggiling, mengemas, membuat website, hingga melakukan pembukuan sendiri.

“Dari 2008 kuliah semester akhir awalnya website dulu, karena belajar bikin web. Web pertama saya itu Jasa Pembuatan Web.com (JPW), akhirnya JPW jadi brand. 2009 bikin PT JPW Indonesia,” kata Togu membuka perbincangan dengan MoneySmart, di kawasan bisnis Grand Depok City (GDC), belum lama ini.

Seperti apa kisah sukses Togu membuka bisnis kopi dengan bendera PT JPW Indonesia hingga sukses meraih omzet Rp 1 miliar, simak di sini:

Awal mula JPW berdiri

Sarjana IT Togu Panandaditya Siregar sukses berbisnis kopi (MoneySmart/Nisa)
Sarjana IT Togu Panandaditya Siregar sukses berbisnis kopi (MoneySmart/Nisa)

Sebelum usaha kopi di bawah bendera PT JPW Indonesia berdiri, Togu menceritakan, awalnya dia bersama salah seorang konsumen mengawali bisnis tersebut dengan membuka brand lain.

“Dulu saya gak suka kopi, ngerti kopi juga nggak. 2011 ada customer minta dibikinin web kopi, setelah web jadi, dia minta tolong dipasarkan di internet, lalu dia ngajak kerja sama bisnis kopi. Dulu brand-nya bukan JPW, tapi Premium Luwak Coffee. 2013 pecah kongsi, saya bikin brand akhirnya saya namakan JPW Coffee,” ungkapnya.

Baca juga: Berkekayaan Rp 120 Triliun, Ini Kerajaan Bisnis yang Diwariskan Eka Tjipta

Perusahaan kopi dan packaging

Packaging kopi JPW (jpwcafe.com)
Packaging kopi JPW (jpwcafe.com)

Sebelum melebarkan usaha hingga memproduksi aneka minuman kopi, Togu lebih dulu berjualan kemasan produk.

“Kopi itu kan butuh kemasan plastik yang food grade dan tebal, kualitas bagus. Buatan lokal itu gak bisa diecer harus beli banyak ratusan ribu pieces. Akhirnya kita ambil dari pabrik India, konsumen mengecer 50 pieces juga bisa. Dari situ JPW semakin dikenal sebagai perusahaan kopi dan packaging,” paparnya.

Selain menjual kemasan kopi, JPW juga menjual jasa printing yang menyebabkan perusahaanya itu memiliki link luas dari Aceh sampai Papua. Mulai dari petani hingga pengepul.

Ayah dua anak itupun tak mau menyia-nyiakan kondisi tersebut. Kemudian, dia menjual produknya dengan sistem barter kepada para petani kopi. Hal itulah yang menyebabkan JPW memiliki kopi berkualitas dari Aceh hingga Papua.

“Biji kopinya ditukar sama kemasan, jadi mereka enak punya kemasan. Makanya kita bisa jual biji kopi dari Aceh sampai Papua,” jelasnya.

Baca juga: Belajar Kesuksesan Berbisnis dari Sosok Rika Harjosuwarno, Pemilik Kembang Kencur 

Mesin dan alat barista

Mesin dan alat barista (JPWcafe.com)
Mesin dan alat barista (JPWcafe.com)

Sukses mendapat pasar kopi, JPW diminta untuk menyediakan mesin dan alat barista. Togu pun mengikuti permintaan pasar tersebut.

“Mesin, oke kita cari dari Italia yang produknya bagus, kualitasnya bagus tapi di Indonesia belum ada agennya, akhirnya kita dapat merek Izzo. Itu sudah berjalan dua tahun. Selain mesin, orang nanya lagi, kok nggak jualan sekalian peralatan kafenya barista tool-nya, akhirnya diimpor dari Cina. Sudah jalan dua tahun, start 2015 waktu itu,” kata Togu.

Nah, buat yang ingin berbisnis kopi dan butuh mesin serta alat barista, JPW menyediakan beberapa paket yang bisa dipilih. Mulai dari Paket Sahara Rp 30 juta, hingga Sorrento Rp 93 juta, kamu sudah bisa memiliki seperangkat mesin dan alat peracik kopi.

Jadi eksportir

JPW kini jadi eksportir hingga ke banyak negara (MoneySmart/Nisa)
JPW kini jadi eksportir hingga ke banyak negara (MoneySmart/Nisa)

Setelah memenuhi semua permintaan pasar, JPW Indonesia kini banyak menyuplai ke kafe-kafe kopi, personal, UKM yang menjual lagi dengan merek sendiri, ada juga diekspor ke luar negeri.

Togu mengungkapkan, pasar lokal masih menarik dibanding ekspor. Selama menjalani usaha kopi belum merasakan masa-masa sulit yang begitu signifikan.

Dia juga merasakan animo kopi selalu bagus dari tahun ke tahun. Bahkan, trennya meningkat terus meski pemain kopi semakin banyak. Dia berani bilang, tak akan sampai kehabisan pelanggan.

“Kenapa? Karena saking banyaknya customer. Orang Indonesia 90 persen peminum kopi, lebih banyak dibanding teh. Penjual kopi baru 1-2 persen. Banyak juga customer kopi A pindah ke kita,” kata Togu.

Saat ini, JPW sudah menjual kopi sekitar 700 kilogram hingga 1 ton untuk tiap bulannya untuk biji kopi matang. Kemasannya sendiri mulai 250 gram hingga 1 kilogram.

JPW paling laku menjual kopi Gayo, Toraja, Wamena dan Bali. Perusahaan ini juga menjual kopi best seller, yakni kopi racikan sendiri berharga Rp150 ribu per kilogram.

Untuk penjualan kopi 800 kilogram, untuk 500 kilogramnya adalah kopi blend racikan sendiri. Togu mengaku bisa laris menjual kopi blend karena murah dan kualitasnya bagus.

“Harga boleh diadu dengan kedai kopi lain untuk di Jakarta mungkin termurah per 250 gram Rp 65 ribu, kalau di tempat lain kayak Anomali, Tanah Merah rata-rata sudah Rp 85 ribu sampai Rp 100 ribu per kemasan sama,” imbuhya.

Buka kafe dan showroom

JPW coffee and showroom (MoneySmart/Nisa)
JPW coffee and showroom (MoneySmart/Nisa)

Seiring berjalannya waktu, Togu mengembangkan bisnisnya dengan membeli ruko tiga lantai di kawasan bisnis Grand Depok City yang sudah mulai beroperasi sejak 15 Desember 2018.

Di ruko tiga lantai itu, Togu membuat kafe di lantai 2 dan 3, sedangkan lantai satu untuk showroom dan kantor.

“Kafe ini jadi satu-satunya di Indonesia yang menggabungkan kafe dan showroom, roastery,” ungkapnya.

Togu sengaja memilih tempat usaha di dalam komplek perumahan karena sebelum membuka usaha kopi sudah memiliki keahlian memasarkan produk lewat internet atau internet marketing konsultan.

“Bisnis kopi itu ada magnetnya. Saya jadi bisa mengatur waktu sendiri karena waktunya fleksibel. Saya enjoy, lebih bisa menikmati hidup,” tandasnya.

JPW Cafe terletak tidak jauh dari gapura hunian mewah GDC. Meski gerainya ada di salah satu kawasan hunian elite di Depok, JPW Cafe menjual kopi yang “ramah” dompet.

Kamu cukup merogoh kocek Rp 15 ribu untuk Espresso hingga Rp 70 ribu untuk Kopi Luwak Premium.

Sementara untuk makanan, kamu cukup mengeluarkan uang Rp 15 ribu hingga Rp 45 ribu untuk sepiring kudapan hingga makanan berat mulai dari mie rebus atau goreng sampai paket nasi ayam kalasan. Tapi, harga-harga tersebut belum termasuk PPN 10 persen ya.

Jika penasaran ingin menikmati racikan kopi dari JPW Cafe & Showroom,  bisa langsung datang ke Ruko Verbena D-16, Grand Depok City, Depok. Buka Selasa-Minggu, jam operasi mulai pukul 10.00 WIB – 00.00 WIB.