Bisnis Kuliner Bisa Bangkrut Seketika karena 5 Kesalahan Ini

bisnis kuliner

Bisnis kuliner emang bisa bikin kamu kaya, tapi gak sedikit juga dari pengusaha kuliner yang udah gulung tikar dalam waktu singkat. Kok bisa ya?

Selalu ada cerita di balik menu lezat sebuah restoran. Sayangnya walau hal itu jadi identitas suatu restoran, belum tentu restoran tersebut bisa bersaing di pasar kuliner. Gak sedikit juga kok artis yang gagal dalam bisnis yang satu ini.

Fakta itu juga mengingatkan kita kalau ketenaran gak bakal cukup buat menunjang popularitas restoranmu.

Bahkan gak cuma artis yang gagal dalam bisnis kuliner, seorang chef kondang seperti Juna juga menutup restorannya karena satu dan lain hal.

So, biar kamu gak mengalami kegagalan dalam bisnis ini, gimana kalau kita bahas dengan tuntas tentang faktor-faktor apa yang menyebabkan bisnis kuliner gagal total. Mari simak ulasan lengkapnya.

1. Menjadikan bisnis kuliner sebagai sambilan

Secretary General dari Ikatan Praktisi Kuliner Indonesia, Chef Sabir Mappakarya mengatakan bahwa bisnis kiuliner bukan bisnis minim modal. Risikonya juga tergolong besar lho.

Bayangin aja nih, kamu mesti sewa tempat buat lokasi usaha, menggaji pegawai, belum lagi urusan beli bahan baku. Kalau restorannya sepi, otomatis bahan baku yang kamu beli gak bisa digunakan bukan? Ada kemungkinan bakal basi juga.

Chef Sabir juga mengingatkan kita bahwa jangan pernah menjadikan bisnis ini sebagai sambilan, intinya kamu harus fokus. Jalau masih ada keraguan, mending jangan mulai dulu deh karena perencanaan bisnis kuliner juga gak main-main.

Jika kamu tertarik dengan keuntungan instan, Chef Sabir juga menyarankanmu buat buka waralaba makanan aja. Konsep bisnis waralaba makanan emang lebih minim risiko ketimbang buka restoran baru.

2. Menganggap bisnis kuliner seperti industri

Menurut salah satu celebrity chef dari Australia, Chef Shane Delia, persaingan bisnis kuliner di kotanya, Melbourne, jauh lebih ketat dibanding Indonesia. Setiap tahunnya, ada kurang lebih 800 restoran yang dipastikan tutup!

Alasan tutupnya restoran disebabkan karena si pemilik restoran itu sendiri gak cakap. Kebanyakan dari mereka melihat usahanya seperti sebuah industri yang cuma perlu berjalan, dan memberikan pemasukan dalam jumlah besar ke pemiliknya.

Padahal gak segampang itu. Chef Shane misalnya bilang pentingnya pembagian saham restoran pada karyawan yang memiliki kinerja baik.

Bayangin aja, mulai dari merancang seperti apa menunya, belanja, menggaji pegawai, sampai tetek bengeknya, dirancang dengan sedetail itu.

So, jelas banget bisnis ini gak bisa dijalanin setengah-setengah.

3. Menyediakan menu dengan tampilan yang biasa-biasa aja

Kalau kamu cuma berniat mendirikan warung makan seperti warteg, hal ini sah-sah aja dilakukan. Tapi jika kamu pengin membangun restoran, maka salah besar jika kamu melakukan hal ini.

Menurut Chef Axhiang, tampilan makanan jelas bisa menggugah selera makan seseorang. Dan hal itu harus diutamakan lho ya. Kalau tampilannya biasa-biasa aja, walau rasanya enak, pasti orang bakalan ragu buat mencoba.

Axhiang juga mengatakan walaupun penampilannya diubah, keaslian rasanya tetap harus sama. Misalnya, masak rendang ya harus rasa rendang, jangan malah jadi rasa daging gepuk yang manis.

Inovasi dalam penyajian itu emang harus dilakukan. Sebagai pemilik bisnis kuliner, kamu tentu bisa dong menciptakan desain-desain makanan yang sesuai dengan ciri khas restoranmu.

4. Pemilik usaha gak pengin turun gunung

Ketika seorang pemilik bisnis kuliner gak pengin turun gunung ngurusin usahanya, maka siap-siap deh restorannya gak sukses. Intinya, gak bisa kamu cuma modal duit dan ongkang-ongkang kaki dalam menjalankan usaha ini.

Masih ingat dengan mendiang Chef Hiromitsu Harada yang kocak itu, kan? Nah Chef Hara yang wafat pada Maret 2018 itu pernah bilang bahwa gak ada bisnis yang praktis apalagi jika sektornya di kuliner.

Katanya, Hasil yang baik bakal ada ketika pemiliknya turun gunung, pengin bekerja keras, dan disiplin.

Selain turun gunung, pemilik bisnis juga harus menjalankan usahanya dengan energi positif dan hati yang bahagia. Karena tanpa hal ini, tentu aja bisnis yang kamu jalankan bisa jadi beban.

Sejatinya, Harada adalah seorang pengusaha kuliner yang sukses. Namun pada 1998, restoran miliknya terpaksa tutup karena krisis moneter. Daya beli masyarakat turun sementara itu Chef Hara harus belanja buat kebutuhan dapur.

Meski restorannya tutup, dia pun bangkit lagi dengan membuka kios di Cinere Mall bernama Ramen Chef. Selain itu dia juga membuka restoran di Pejaten dan Epicentrum Kuningan (Aji-kuu Japanese Food). Konon kabarnya dengan modal Rp 50 juta, dalam tiga bulan dia berhasil meraup omzet Rp 16 juta lho.

5. Gak punya konsep

Pendapat yang terakhir ini keluar dari Ketua Aprkrindo Jawa Timur Tjahjono Haryono. Menurut Tjahjono, di sepanjang 2017 banyak restoran dan kafe di Surabaya yang pertumbuhannya stagnan. Padahal dia pun mengakui bahwa di masa kini banyak banget restoran-restoran baru yang konsep unik dan kreatif.

Dalam pernyataannya di Jawapos, Tjahjono menegaskan bahwa penyebab restoran-restoran setempat jadi cepat gulung tikar adalah karena gak punya konsep. Bisa diartikan, si pemilik bisnis kuliner itu emang punya duit banyak, tapi asal buka tempat di lahan kosong aja.

Jumlah restoran yang tutup di wilayah itu juga gak sedikit lho. Konon kabarnya ada kurang lebih 10 tiap tahunnya.

Pernyataan Tjahjono secara gak langsung mengingatkan kita, semua restoran harus punya konsep yang mumpuni kalau pengin laris. Konsep itu tentu bakal jadi ciri khas yang membedakan restoranmu dengan kompetitor.

[Baca: Ide Bisnis Kuliner Buat Mahasiswa Ini Dijamin Bakal Laku Keras]

Jadi, itulah lima penyebab mengapa bisnis kuliner rawan gulung tikar. Penyebab itu bukan asal jeplak atau mengada-ada ya.

Melihat tingginya risiko bisnis ini cukup besar, bukan berarti kamu gak bakalan atau susah sukses mendirikan bisnis ini. Masih ada harapan asal kamu serius dan siap capek.

Selamat mencoba bisnis kuliner, semoga sukses!