Khusus Pencari Nafkah Tunggal, Ini 5 Cara Mengatur Keuangan Rumah Tangga di Pos Pengeluaran

ayah menggendong anaknya

Cara mengatur keuangan rumah tangga memang bukan perkara mudah, terlebih buat tulang punggung keluarga yang memang harus kerja ekstra untuk mencari uang.

Sebagai satu-satunya pencari nafkah di keluarga, mereka memiliki tanggung jawab dan semangat yang luar biasa tinggi. Bahkan setiap hari yang ada di pikiran hanyalah kerja, kerja dan kerja.

Bukan tanpa sebab, mereka harus menanggung beban yang gak ringan di pundaknya hingga tak punya waktu untuk berkeluh kesah. Prinsip utamanya hanyalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Sebagai tulang punggung, mereka gak boleh mementingkan keinginan diri sendiri. Jadi kebutuhan keluarga harus terpenuhi dahulu, baru deh habis itu kesenangan pribadi yang dipenuhi.

Sayangnya, kalau dipikir-pikir, kebutuhan keluarga itu seakan gak ada habisnya. Setiap hari selalu ada saja keperluan yang harus segera diselesaikan.

Tapi kembali lagi, banyak atau tidaknya penghasilanmu ternyata gak bisa dijadikan patokan lho. Karena intinya adalah bagaimana cara mengatur keuangan rumah tangga yang tepat agar semua kebutuhan terpenuhi.

Gak cuma itu, jika pengelolaan keuangannya tepat, kamu juga bisa menabung dan investasi. Nah, salah satu triknya adalah dengan menerapkan sistem 50/20/30 yang dipopulerkan oleh Elizabeth Warren yakni seorang pakar keuangan sekaligus profesor Harvard.

Dalam teori tersebut dijelaskan, kamu harus membagi penghasilanmu menjadi tiga pos, yakni:

  • 50 persen untuk kebutuhan pokok selama satu bulan yang sudah meliputi cicilan kredit atau sewa rumah, belanja bulanan, cicilan kendaraan, hingga tagihan lainnya seperti listrik dan air.
  • 20 persen dialihkan untuk kebutuhan finansial yakni nabung dan investasi.
  • 30 persen ditujukan untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup, mulai dari belanja hingga nongkrong di kafe.
  • Jika sudah mengetahui konsep menabung 50/20/30, Tinggal kamu terapkan aja deh ke kehidupan sehari-hari. Gimana caranya? Berikut lima cara mengatur keuangan rumah tangga untuk si tulang punggung keluarga.

    1. Buat daftar utang dan kebutuhan

    anggaran belanja pengeluaran
    Gak bisa gak, kamu harus bikin daftar pengeluaran kebutuhan pokok. (Shutterstock)

    Hal pertama yang harus kamu lakukan untuk mengelola keuangan rumah tangga adalah dengan membuat daftar utang dan kewajibannya. Pastikan, anggaran untuk kebutuhan pokok dan utang tidak melebihi pos 50 persen tersebut. Andaikan penghasilan seorang tulang punggung keluarga adalah Rp 10 juta per bulan, jangan sampai bujet kebutuhan pokok dan utang tidak lebih dari Rp 5 juta.

    Jadi sebelum dana dialokasikan ke kebutuhan lain, pastikan beban utang sudah aman. Misalnya ada cicilan kendaraan, alokasikan terlebih dahulu uang kamu usai gajian untuk membayar cicilan dan utang lainnya. 

    Setelah itu baru alihkan ke pos keuangan yang lain. Tapi, tetap harus mengutamakan kebutuhan. Ingat kebutuhan ya, bukan keinginan.

    2. Susun prioritas

    daftar prioritas
    Bikin daftar prioritas pengeluaran. (Shutterstock)

    Selanjutnya adalah menyusun prioritas kebutuhan keluarga. Bukan hanya kebutuhan kamu, tapi juga orang tua maupun adik-adik kamu di rumah.

    Contohnya saja uang untuk belanja kebutuhan bulanan, makan, membayar listrik, air, internet, iuran lingkungan (kebersihan dan keamanan), uang sekolah anak, gaji pembantu rumah tangga, dan lain sebagainya. Intinya, ini adalah biaya-biaya yang rutin harus dikeluarkan setiap bulan. Jangan sampai ada yang kelewatan.

    Untuk menghemat kebutuhan bulanan, banyak yang bisa dilakukan. Misalnya saja, kamu bisa  membeli kebutuhan yang bisa digunakan bersama-sama seperti shampo, pasta gigi, hingga sabun mandi cair.

    Kalau dalam satu keluarga ada lima orang anggota keluarga dan setiap orang shampo-nya berbeda, yang ada sih jadi tekor setiap bulan gara-gara ada pemborosan untuk membeli keperluan semacam ini. Kasih pengertian ke keluarga kalau kamu juga harus menyisihkan uang untuk tabungan dan investasi.

    3. Manfaatkan diskon untuk belanja bulanan

    promo belanja di aplikasi
    Manfaatkan promo untuk belanja kebutuhan bulanan. (Shutterstock)

    Memang, kebutuhan pokok yang disebut di atas udah gak bisa ditawar-tawar lagi. Namun, bukan berarti bisa dihemat jumlahnya. Salah satu strategi berhemat yang manjur banget dilakukan adalah dengan memanfaatkan diskon belanja bulanan.

    Caranya gampang banget, kamu tinggal menyusun daftar barang yang harus dibeli baru atau bisa di-refill alias diisi ulang. Setelah itu, kamu mencari toko yang menawarkan harga diskon atau promo aplikasi.

    Jangan malas juga untuk membandingkan harga di situs e-commerce. Gak hanya diskon, situs jual beli juga biasanya memberikan cashback hingga rewards yang lumayan banget lho.

    4. Batasi belanja kebutuhan tersier

    deretan ponsel di toko
    Jangan dulu beli barang-barang yang bukan kebutuhan pokok. (Shutterstock)

    Cara mengatur keuangan rumah tangga lainnya adalah dengan membatasi belanja kebutuhan tersier. Contohnya seperti memangkas bujet untuk membeli gadget, mainan anak dan pakaian.

    Tenang, kamu tetap bisa tampil fashionable tanpa harus beli baju baru yakni dengan memadupadankan pakaian yang ada di lemari. Kamu juga bisa mengajak si kecil untuk bermain di alam untuk menghemat membeli mainan.

    5. Makan di luar hanya untuk perayaan tertentu

    sahabat sedang hangout
    Jangan keseringan hangout sama teman, lakukan pada perayaan-perayaan tertentu saja. (Shutterstock)

    Seperti yang sudah disebutkan di atas, menjadi tulang punggung keluarga itu gak bisa mementingkan diri sendiri, melainkan harus mendahulukan keluarga. Gak mungkin kan kamu bersenang-senang makan di restoran bareng teman-teman, sedangkan keluarga di rumah hanya makan seadanya.

    Tapi, bukan berarti gak boleh kok. Hanya perlu penyesuaian aja, misalnya makan di luar hanya untuk perayaan tertentu aja. Seperti ulang tahun atau momen buka puasa bersama.

    Itu dia lima cara mengatur keuangan rumah tangga untuk si tulang punggung keluarga. Kalau diterapkan, kamu yang berstatus sebagai pencari nafkah tunggal di keluarga bisa hidup nyaman tanpa beban utang mencekik. (Editor: Ruben Setiawan)