4 Fakta Tentang Daging Babi di China yang Bisa Bikin Perang Dagang Mereda

Daging Babi Guncang Ekonomi China (Shutterstock).

Gara-gara daging babi, perang dagang China-Amerika Serikat menunjukan tanda-tanda bakal usai. Semuanya bermula dari fenomena kelangkaan daging yang sedang terjadi di China.

Kelangkaan daging babi di China menyebabkan melonjaknya harga daging tersebut. Sebagaimana hukum supply & demand, kenaikan harga bakal terjadi ketika pasokan gak mampu memenuhi permintaan. Begitulah yang terjadi di China. Kurangnya pasokan memicu lonjakan harga daging tersebut hingga 69 persen seperti yang diberitakan MarketWatch.

Fenomena kelangkaan ini di China tentu aja memberi dampak negatif terhadap ekonomi negara tersebut. Pasalnya, kenaikan tersebut menyebabkan inflasi di China naik menjadi 3 persen pada September 2019.

Kalau fenomena ini dibiarkan terus, bisa-bisa ekonomi China yang sedang melambat malah memburuk nantinya. Itulah sebabnya mau berunding dengan Amerika Serikat sekaligus berencana impor daging dari sana.

Buat meminimalkan kelangkaan, perusahaan-perusahaan China dikabarkan telah mengimpor sebanyak 700 ribu ton. Ini masih ditambah dengan impor sorgum sebanyak 700 ribu ton.

Menarik buat diulas, ada sejumlah fakta menarik lainnya di balik hubungan daging babi dan ekonomi China. Seperti apa fakta-faktanya? Berikut ini ulasannya.

1. Meskipun kekurangan, China menjadi negara dengan produksi daging babi terbesar di dunia

Daging Babi
Daging Babi di China (Shutterstock).

China disebut-sebut menghadapi defisit sekitar 10 juta ton. Padahal, China adalah salah satu negara yang produksi daging babi dalam jumlah besar di dunia.

Gak tanggung-tanggung, angka produksinya yang sedemikian besar membuat China berada di peringkat nomor satu. Jumlah produksi babi di China seperti yang dilaporkan Statista mencapai 54.040.000 ton pada tahun 2018.

Jumlah produksi yang besar ini mengalahkan angka produksi negara-negara lainnya. Contohnya aja Uni Eropa dengan produksi 24.400.000 ton, Amerika Serikat dengan produksi 11.942.000 ton, Brazil dengan produksi 3.763.000 ton, dan Rusia dengan produksi 3.155.000 ton.

2. Produksinya emang besar, tapi tingkat konsumsi daging babi di China lebih besar

Daging Babi
Penjual daging (Shutterstock).

Inilah alasannya kenapa China perlu impor daging babi. Soalnya produksinya yang besar ternyata gak bisa mengimbangi tingkat konsumsinya yang lebih besar.

Sebagaimana data yang disampaikan The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), China berada di urutan teratas di dunia dalam urusan konsumsi babi. Pada 2018, tingkat konsumsinya mencapai 55.219.000 ton.

Tingkat konsumsinya yang sangat besar tersebut selama tahun 2018 masih kalah tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada 2017, tingkat konsumsinya mencapai 55.877.000 ton lebih rendah dibandingkan tahun 2016 yang mencapai 56.144.000 ton.

Negara-negara yang punya konsumsi daging babi terbesar pun kalah dengan China. Contohnya aja negara-negara Uni Eropa dengan tingkat konsumsi 20.145.000 ton. Terus Amerika Serikat dengan konsumsi 9.656.000 ton.

3. Kepopuleran daging babi di China telah bikin peternaknya jadi kaya raya

Daging Babi
Qin Yinglin

Dengan melihat angka-angka yang disajikan di atas, gak bisa disangkal kalau daging babi begitu populer di China. Entah itu makan siang ataupun makan malam, hindang berbahan babi sepertinya gak pernah luput.

Permintaan terhadap babi buat dikonsumsi tentu aja menjadi peluang menggiurkan para peternak di sana. Apalagi memelihara hewan berkaki empat yang satu ini gak begitu sulit, sama seperti memelihara ayam yang bisa diternakkan di mana aja.

Peluang menggiurkan beternak babi inilah yang bikin Qin Yinglin dan keluarga masuk daftar orang terkaya di China. Qin Yinglin bersama istrinya Qian Ying mulai beternak babi tahun 1992 sebanyak 22 ekor.

Bisnis beternak babi yang dirintisnya kemudian berkembang hingga Qin Yinglin membangun perusahaan peternakan babi bernama Muyuan Foodstuff. Saat ini kekayaan Qin Yinglin dan keluarganya telah mencapai US$ 14 miliar atau sekitar Rp 198 triliun.

4. Takut ganggu ekonomi, China sampai mempersiapkan cadangan daging babi

Daging Babi
Daging beku (Shutterstock).

Krisis yang terjadi saat ini sebenarnya telah diantisipasi Pemerintah China dengan mempersiapkan cadangan daging babi. Seperti yang kamu tahu, kenaikan harga babi ikut andil dalam naik inflasi di China.

Adanya cadangan babi dapat mengatasi kenaikan inflasi yang disebabkan lonjakan harga babi. Ide cadangan babi nasional ini mulai diwujudkan pada tahun 1996 sebagai strategi menstabilkan harga pada masa darurat.

Dalam situasi sekarang ini, cadangan berupa babi hidup dan daging beku telah dilepas di pasaran. Sejauh ini cadangan babi dalam bentuk daging beku yang tersedia di China mencapai 990 ribu ton seperti yang dikutip dari South China Morning Post.

Jumlah cadangan sebanyak itu tentu aja gak bisa memenuhi defisit yang tembus 10 juta ton. Makanya China perlu impor babi dari negara-negara produsen lainnya, seperti Jerman, Spanyol, Brazil, Kanada, Belanda, Denmark, Amerika Serikat, dan banyak negara lainnya.

Total nilai impor daging babi oleh China pada 2018 mencapai US$ 2,1 miliar atau sekitar Rp 29 triliun. Nah, itu tadi fakta-fakta seputar daging babi di China yang berdampak banget ke perekonomiannya. Semoga informasi di atas bermanfaat! (Editor: Winda Destiana Putri).