Gak Mau Lagi Bergantung dari Minyak, Lantas dengan Apa Arab Saudi Topang Ekonomi?

ekonomi arab saudi

Ekonomi Arab Saudi memang masih bergantung pada penjualan minyak. Namun, niatan Arab Saudi buat melepaskan diri dari ketergantungan minyak mulai tampak dengan peluncuran visa turis sebagaimana yang diberitakan banyak media pada Jumat (27/9) yang lalu.

Apa yang dilakukan Arab Saudi dengan membuka diri bagi wisatawan lewat peluncuran visa turis menjadi keputusan yang pertama kalinya diambil. Apalagi, keputusan ini keluar pada saat kerajaan ultrakonservatif ini dibayang-bayangi pergerakan harga minyak yang fluktuatif.

Ketergantungan Arab Saudi pada minyak dinilai membuat ekonomi negara kerajaan tersebut rentan mengalami kerapuhan. Sebab, penjualan minyak punya kontribusi lebih dari 70 persen terhadap ekonomi mereka. 

Dalam paparan pada tahun 2016 yang lalu, Pangeran Mohammad bin Salman menyampaikan “Visi Arab Saudi 2030” yang menargetkan sebagian besar pendapatan negara diperoleh dari sektor nonmigas. Rencananya, visi yang disampaikan putra mahkota ini bakal direalisasikan mulai tahun 2020.

Ngomongin ekonomi Arab Saudi, ada sejumlah fakta menarik nih mengenai negara kaya minyak yang satu ini, seperti yang dikutip dari Business Insider. Seperti apa fakta-faktanya? Yuk, disimak.

1. Arab Saudi memiliki sumber daya alam dengan nilai mencapai US$ 34 triliun

ekonomi arab saudi
Kilang minyak Arab Saudi. (Shutterstock)

Ekonomi Arab Saudi bisa sepesat sekarang karena banyaknya minyak yang tersimpan di negara ini. Saking melimpahnya, data yang ada menyebut 20 persen cadangan minyak dunia terdapat di Arab Saudi.

Bukan cuma minyak, Arab Saudi juga menyimpan sumber daya alam lainnya. Kekayaan alam lainnya yang ada di negara ini antara lain tembaga, perak, hingga fosfat.

2. Saudi Aramco selain berkontribusi buat ekonomi juga menjadi perusahaan paling bernilai di dunia

ekonomi arab saudi
Kantor Saudi Aramco. (Shutterstock)

Apple boleh menjadi perusahaan bernilai saat ini di dunia. Namun, posisi kemungkinan bergeser kalau perusahaan minyak Saudi Aramco resmi menawarkan saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO).

Saudi Aramco diperkirakan memiliki nilai yang mencapai US$ 1 triliun atau sekitar Rp 14 ribu triliun berdasarkan kapitalisasi pasarnya. Malahan perusahaan minyak yang baru-baru ini kilangnya mendapat serangan ini termasuk perusahaan paling menguntungkan di dunia.

Rencananya, Saudi Aramco bakal go public dan membiarkan publik memiliki sahamnya. Jumlah saham yang bakal dijual disebut-sebut mencapai 5 persen. Dari 5 persen tersebut, target perolehan dana yang diinginkan Arab Saudi sekitar US$ 100 miliar.

3. Walaupun kaya dari minyak, pendapatan rata-rata orang di Arab Saudi masih kalah dengan Singapura

ekonomi arab saudi
Pendapatan per kapita Arab Saudi di bawah Singapura. (Shutterstock)

Di Arab Saudi, sektor minyak menyumbang sekitar 87 persen terhadap pendapatan negara, 42 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), dan 90 persen terhadap pendapatan ekspor. Berkat minyak, produk domestik bruto (PDB) pada 2017 mencapai US$ 688,59 miliar.

Namun, PDB yang besar di Arab Saudi nyatanya gak menjamin besarnya penghasilan rata-rata orang yang bekerja di sana. Pendapatan rata-rata atau PDB per kapita di Arab Saudi diketahui mencapai US$ 23.219,13 (2018). Pendapatan rata-rata tersebut masih kalah besar dengan Singapura yang mencapai US$ 64.581,94 (2018).

4. Pengangguran di Arab Saudi tercatat 5,92 persen tahun 2018

ekonomi arab saudi
Ilustrasi pekerja di Arab Saudi. (Shutterstock)

Berkat penjualan minyak, ekonomi Arab Saudi bisa berkembang seperti sekarang. Namun, Arab Saudi masih menghadapi masalah pengangguran yang terjadi di negara tersebut.

Pada 2018, Arab Saudi mencatatkan tingkat pengangguran mencapai 5,92 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun 2006 yang mencapai angka 6,25 persen. 

Namun, dibandingkan tahun 1999, angka pengangguran di Arab Saudi tahun 2018 tergolong besar. Sebab pada tahun 1999, Arab Saudi bisa menekan tingkat pengangguran hingga 4,35 persen.

Nah, itu tadi fakta-fakta ekonomi Arab Saudi yang masih bergantung dari penjualan minyak. Semoga informasi di atas bermanfaat! (Editor: Ruben Setiawan)