Fore Coffee, Kedai Kopi Online Pertama di Indonesia

Ilustrasi Peminum Kopi (Shutterstock)

Sejak Agustus 2018, Fore Coffee lahir dalam geliat industri kopi yang kian bergairah sejak beberapa tahun terakhir. Nama Fore Coffee sendiri merupakan frasa dari kata forest, yang berarti hutan.

Nama ini diadaptasi agar kedai ini dapat berkembang tinggi menjulang, cepat, kuat dan memberikan kehidupan bagi lingkungan sekitarnya, seperti halnya sifat hutan.

Deputi Chief Executive Officer Fore Coffee, Elisa Suteja mengatakan, kehadiran Fore diharapkan menjadi pembeda ditengah kesibukan dan hiruk pikuk kota Jakarta saat ini.

“Kami ingin buat sesuatu yang beda, customer sendiri kalau lihat Fore langsung identik dengan sesuatu yang high technology. Karena memang tone-nya sendiri berbeda dengan coffeshop yang lainnya. Jadi green-nya itu agar Fore berbeda. Seperti Jakarta yang ramai hiruk-pikuknya dan Fore lebih hijau lebih nyaman untuk dilihat,” ujar Elisa saat berbincang dengan Moneysmart.id.

Namun, sebagai brand baru dalam industri kopi di Indonesia, tentu ada tantangan yang dihadapi dalam bisnis coffeeshop di Indonesia.

Elisa mengatakan, tantangan terbesar adalah bagaimana membangun brand baru ditengah persaingan yang sedang ketat.

“Tantangannya, awalnya buat Fore seperti cari tempat sebagai brand baru. Kalau misalnya buka dilokasi yang bagus banget, perlu ada cara lain untuk dapetin konsumen,” ungkapnya.

Hadirkan Kedai Kopi Online

Elisa bercerita, tak hanya soal outlet fisik saja, Fore juga membangun bisnisnya dengan membuat aplikasi pemesanan kopi secara online. Dengan pikiran pengantaran langsung melalui transportasi ojek online.

Keberadaan aplikasi ini membuat Fore, menjadi satu-satunya coffeeshop yang memiliki aplikasi pemesanan online di Indonesia. Menggabungkan layanan offline dan online secara langsung kepada konsumen.

Tak pelak, hal ini mendorong peningkatan pengguna dan perolehan transaksi yang dilakukan oleh konsumen melalui aplikasi. Hal ini menunjukan kemudahan, efisiensi, dan kecepatan sudah menjadi kebutuhan konsumen saat ini.

Melalui aplikasi ini, para pelanggan yang ingin memesan kopi, ataupun mengetahui berbagai informasi produk/layanan yang mereka inginkan. Bisa melakukannya dengan begitu mudah yaitu hanya dengan satu genggaman dan satu klik di layar ponsel.

“Total user (pengguna) peningkatannya luar biasa sejak kami launching apps. Jadi kita bisa lihat per bulannya dari sebelum dan setelah ada apps itu. Peningkatan transaksi itu 1.500 persen,” kata Elisa.

Ciri Khas Produk dan Kualitas Tinggi

Bukan hanya sekedar sentuhan teknologi, Fore juga mengedepankan kualitas produk kopi yang baik dan tentunya sehat bagi konsumennya. Sebab saat ini konsumsi kopi di Indonesia terus mengalami peningkatan yang signifikan.

“Jadi kalau pembedanya sendiri dari experiece-nya itu, kedua dari produk, kami komitmen untuk menyajikan kopi yang berkualitas kepada customer. Jadi dari biji kopinya ambil dari mana, prosesnya seperti apa. Lalu industri kopi itu ada tingkatan pengolahannya seperti dark roast, medium roast, dan seterusnya. Kami memberikan kopi yang kalau konsumen minum setiap hari itu efeknya tetep sehat buat mereka,” kata Elisa.

Menurutnya, Fore Coffee hanya menggunakan kopi-kopi Arabica pilihan dari berbagai daerah di Indonesia. Didapatkan secara langsung dari perkebunan-perkebunan organik dengan mengusung prinsip direct and fair trade.

Menu Kopi Populer

Dari sisi pilihan menu, Fore Coffee pun bervariasi, bukan hanya espresso-based yang umumnya dicari penggemar berat kopi saja. Tapi juga menu-menu minuman lain yang dibuat dengan berbagai campuran seperti susu dan sirup.

“Kalau yang paling digemari konsumen itu sebenernya masih ke sesuatu yang basic dan kami memang ada beberapa menu kreasi kami sendiri. Seperti kaya pandan latte, ada watermelon latte, cuma banyak orang lebih balik ke latte aja, ice latte, hot latte,” ungkap Elisa.

Menurutnya, hal itu menunjukan, konsumen sudah merasakan kualitas kopi dari Fore Coffee dengan pilihan menu dari espresso-based.

“Itu bikin kami senang juga bahwa mereka benar-benar bisa ngerasain kopi kita kualitasnya seperti apa,” kata Elisa.

Sajikan 10.000 Cup per Hari

Sejak kelahirannya pada Agustus 2018, hingga akhir April 2019 ini, Fore telah memiliki 49 outlet di wilayah Jabodetabek dengan pengajian kopi per harinya mencapai 10.000 cup.

Sementara itu, dari sisi ekspansi bisnis, Fore masih fokus menggarap pasar peminum kopi di Wilayah Jabodetabek dan sekitarnya.

“Ditunggu saja ekspansi keluarnya, dan memang banyak ketertarikan diluar Jakarta. Cuma dari kami sendiri tidak mau janjikan gimana, dan tunggu saja tanggal mainnya,” ujar Elisa.

Berangkat dari keberhasilan Otten Coffe sebagai salah satu orang peralatan kopi terkenal. Fore Coffe juga melakukan riset data terkait pemilihan lokasi outlet fisik, dengan begitu Fore masih fokus pada pangsa wilayah yang paling banyak pecinta kopi.

“Kita kan sebenarnya sister company dengan Otten Coffee jadi kita tau peminum kopi kebanyakan dimana. Seperti store pertama fore di Senopati kenapa? Itu berdasarkan data riset,” ungkapnya.

Sementara itu, dari sisi ekspansi bisnis, Fore Coffe terus berusaha menghadirkan layanan dan produk yang sesuai dengan minat konsumen kedepan.

“Target kedepannya lebih tahu keinginan konsumen kedepannya seperti apa, mau menu seperti apa, dan kita belajar dari yang konsumen mau. Dari kami internal, kami supaya lebih relevan dengan konsumen kita,” paparnya.

Digitalisasi Kunci Bisnis

Elisa menekankan, digitalisasi selalu dihadapkan dengan persepsi yang beraga. Seperti membutuhkan biaya yang besar hingga serba high tech. Padahal sentuhan teknologi dalam bisnis bisa dimulai dari hak terkecil yang dimulai setiap hari

“Semua bisnis seperti yang kita pelajari dari teknologi, kita bisa menyajikan produk yang terbaik kepada konsumen, efisien, dan juga lebih relevan,” kata Elisa.

Kemudian, untuk penggunaan teknologi juga bisa dilakukan untuk hal kecil. Seperti layanan point of sale atau akuntansi sistem yang memonitor sistem penjualan, keuangan, dan inventori bisnis.

“Untuk teknologi juga ada yang bisa diimplementasikan, contohnya buat SMI atau coffee shop ya bisa gunakan point of sale (pos) atau accounting sistem. Yang mana sebenernya sangat mudah diakses dan bisa jadi kompetitif advantage,” kata Elisa.

Menurutnya , jangan punya persepsi bahwa kalau gunakan teknologi harus satu yang besar tapi dari mulai yang kecil. “Kami merasakan dari sebelum gunakan teknologi dan sesudah, harapannya semua orang bisa akses yang sama,” pungkasnya.

Editor: Ayyi Achmad Hidayah