Borju dan Gak Bisa Atur Uang, Ini Penyebab Milenial Mengapa Banyak Utang

generasi milenial

Gak heran nih kalau generasi milenial dikenal sebagai orang yang banyak menghabiskan uang. Maka dari itu, gak heran kalau generasi milenial mengalami banyak utang di mana-mana.

Seperti dikutip dari Liputan6.com, Senin, (27/5/2019), generasi milenial bisa dibilang golongan yang mengalami banyak utang. Di Amerika Serikat, anak milenial usia mulai dari 25 hingga 36 tahun merupakan generasi yang banyak memiliki utang.

Kisaran utang mereka bisa mencapai US$ 42 ribu atau setara dengan Rp 590 juta. Nah, uang yang dikeluarkan tersebut emang bukan buat keperluan pendidikan atau biaya hidup, melainkan kebiasaan berbelanja.

Asal kamu tahu nih kalau utang kartu kredit penduduk Amerika Serikat udah mencapai US$ 1 triliun atau setara dengan Rp 14.000 triliun. Lantaran tuntutan biaya hidup semakin tinggi bikin mereka mau gak mau banyak berutang.

Hal ini juga kerap dialami oleh generasi milenial di Indonesia yang seringkali nih mengeluh kekurangan uang. Mulai uang gajian yang dipakai buat hiburan lalu kebutuhan hidup sangat belum terpenuhi, kembali lagi nih menerima gajian dan uang dipakai buat hiburan kembali dan seterusnya begitu.

Banyak hal sebenarnya yang bikin generasi milenial itu terlilit utang. Namun ada beberapa hal yang bikin anak milenial terbuai buat menghamburkan uang demi gaya hidup borju. Borju kalau sampai bikin utang di mana-mana ya sama aja bohong.

Kira-kira apa aja sih yang bikin anak milenial itu mengalami utang menumpuk? Yuk, kita simak aja di bawah ini mengapa milenial banyak memiliki utang.

Baca juga: Waspada! Terlilit Banyak Utang Picu Penyakit-Penyakit Berbahaya Ini

1. Kopi

generasi milenial
Kopi bisa dibilang sumber utama mengapa milenial banyak utang, (Ilustrasi/Pixabay).

Kopi bisa dibilang salah satu masalah besar bagi anak milenial. Kenapa? Ya gimana gak “ngopi” atau duduk manis di coffee shop seraya menyeruput kopi menjadi sumber utama mengapa milenial banyak utang.

Nongkrong hampir setiap hari dan menghabiskan waktu berjam-jam, mau gak mau anak milenial mesti mengeluarkan uang ekstra buat membayar secangkir kopi. Entah emang buat gengsi atau ada hal yang mesti dikerjakan saat duduk di coffee shop seperti Starbucks.

Milenial di Amerika pun mengalami hal demikian. Anak muda Amerika rata-rata menghabiskan US$ 1.000 setiap tahunnya buat membeli kopi aja lho.

Baca juga: Selain Susah di Hari Tua! Kamu akan Mengalami 4 Hal Ini Saat Banyak Utang

2. Sepatu

generasi milenial
Sepatu juga menjadi pokok permasalahan mengapa milenial banyak utang, (Ilustrasi
/Pixabay).

Nah, ini nih buat menunjukkan kelas mereka, milenial berlomba-lomba tampil stylish di lingkungannya. Apalagi kalau bukan buat membeli sepatu. Ya, sepatu menjadi salah satu sumber mengapa anak milenial memiliki banyak utang.

Pengin tampil kekinian atau hypebeast, milenial gak segan-segan nih menghabiskan uang demi penampilan salah satunya dengan membeli sepatu. 75 persen anak muda perempuan di Amerika itu memiliki 20 pasang sepatu, sedangkan buat laki-laki, mereka memiliki 12 pasang sepatu lho.

Baca juga: Buat Ngopi Habiskan Sejuta, Ini Potret Gaya Hidup Milenial Jakarta

3. Celana jeans

generasi milenial
Celana jeans juga jadi penyebab nih anak milenial berutang sana-sini, (Ilustrasi/Pixabay).

Apalagi kalau bukan buat penampilan? Milenial gak segan-segan nih mengeluarkan uang demi penampilan yang modis dan stylish. Celana jeans merupakan sumber ketiga di mana milenial bakal memiliki banyak utang.

Padahal nih memiliki dua atau tiga potong celana jeans di dalam lemari sih gak apa-apa lho. Padahal nih menurut pakar O’Leary, milenial memiliki celana jeans itu baiknya gak lebih dari tiga potong.

Sama seperti sepatu, memiliki celana jeans terlalu banyak dan cuma memakai yang itu-itu aja bisa dibilang menghamburkan uang banyak lho. Jadi kalau mau tampil modis ada baiknya nih kamu pandai-pandai mix and match pakaian yang ada di dalam lemari kamu.

Itu dia tiga hal mengapa generasi milenial memiliki banyak utang di usianya yang masih muda. Padahal mereka bisa lho menyisihkan penghasilannya buat tabungan masa depan ketimbang cuma pengin tampil “berkelas” di lingkungan. (Editor: Mahardian Prawira Bhisma)