Hidrosefalus Pada Bayi dan Orang Dewasa, Ketahui Gejalanya

hidrosefalus

Hidrosefalus adalah salah satu masalah di bidang bedah saraf yang paling sering ditemukan. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan otak. 

Pada kondisi ini, adanya kumpulan cairan akan meningkatkan tekanan di dalam tulang tengkorak, yang mengganggu jaringan otak di sekitarnya. Pada beberapa kasus, ini bisa menyebabkan kepala membesar dan kerusakan otak. 

Pengertian hidrosefalus

Hidrosefalus adalah kondisi dimana ukuran kepala bayi tumbuh secara tidak normal. Sedangkan pada orang dewasa, kondisi ini dapat menyebabkan sakit kepala yang sangat hebat. 

Tidak normalnya ukuran kepala serta rasa sakit di kepala terjadi karena penumpukan cairan pada rongga otak. 

Dalam bahasa Yunani, penyakit ini berasal dari kata “hydro” yang berarti air dan “cephalus” yang berarti kepala.

Maka dari itu kondisi ini sering dikenal dengan “kepala air”, dimana penyakit yang terjadi diakibatkan gangguan aliran cairan di dalam otak.

Tanda-tanda gejala

Penting bagi kamu untuk mengetahui apa saja tanda-tanda atau gejala dari penyakit ini. Hal ini untuk memastikan penderita mendapatkan penanganan cepat dan tepat. 

Pemeriksaan medis harus segera dilakukan pada orang dewasa maupun janin yang mengalami gejala-gejala berikut.

Gejala hidrosefalus pada orang dewasa

Bagi penderita dewasa, gejala yang akan dirasakan berupa: 

  • Sakit kepala yang hebat
  • Mual
  • Gangguan penglihatan
  • Kejang
  • Mengalami masalah pada kandung kemih
  • Sering terjatuh
  • Sulit berkonsentrasi
  • Daya ingat berkurang
  • Sering jatuh tiba-tiba
  • Gejala hidrosefalus pada janin

    Sementara, apabila kondisi ini terjadi pada janin, maka tanda-tanda gejala yang akan dirasakan berupa: 

  • Adanya gejala meningitis selama kehamilan
  • Sang ibu sering merasa sesak nafas ketika bergerak
  • Adanya infeksi di dalam kandungan, misalnya virus rubella
  • Gejala hidrosefalus pada bayi dan anak-anak

    Gejala hidrosefalus bukan hanya mungkin terjadi pada janin dan orang dewasa, tetapi juga bisa dikenali pada bayi dan anak-anak. Gejalanya meliputi: 

  • Mudah mengantuk
  • Muntah
  • Tidak mau menyusu
  • Rewel
  • Tumbuh kembang terhambat
  • Kejang
  • Kurangnya respon terhadap sekitarnya
  • Kepala terlihat lebih besar
  • Penyebab hidrosefalus

    Hidrosefalus disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan cairan di dalam otak. 

    Akibatnya, cairan di dalam otak terlalu banyak dan membuat tekanan dalam kepala meningkat. Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yang meliputi:

  • Aliran cairan otak yang tersumbat
  • Produksi cairan otak yang lebih cepat dibanding penyerapannya
  • Penyakit atau cedera pada otak, yang mempengaruhi penyerapan cairan otak
  • Kondisi ini juga bisa terjadi pada bayi ketika proses persalinan, atau beberapa saat setelah dilahirkan. Ada beberapa faktor yang dapat memicu hal tersebut, seperti:

  • Perdarahan di dalam otak akibat kelahiran prematur
  • Perkembangan otak dan tulang belakang yang tidak normal, sehingga menyumbat aliran cairan otak
  • Infeksi selama masa kehamilan yang dapat memicu peradangan pada otak janin, seperti rubella, cytomegalovirus (CMV), toxoplasma, dan sifilis
  • Di samping itu, hidrosefalus juga bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko pada semua usia. Faktor risiko itu berupa: 

  • Tumor di kepala atau otak dan saraf tulang belakang
  • Perdarahan di otak akibat cedera kepala atau stroke
  • Infeksi pada otak dan saraf tulang belakang, misalnya meningitis
  • Cedera atau benturan pada kepala yang berdampak ke otak
  • Jenis hidrosefalus

    Terdapat beberapa jenis kondisi pada penyakit ini. Setiap jenisnya memerlukan upaya penanganan yang berbeda-beda. Berikut ini jenis-jenis hidrosefalus: 

    1. Hidrosefalus kongenital

    Jenis ini biasa dialami oleh bayi yang baru lahir. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit yang umum terjadi pada bayi baru lahir, ketimbang down syndrome atau tuli.

    Kondisi ini biasanya disebabkan oleh infeksi dari ibu pada saat masa kehamilan. Infeksi bisa disebabkan oleh virus rubella, gondong atau juga cacat lahir seperti spina bifida.

    2. Acquired hydrocephalus

    Jenis yang satu ini merupakan kondisi yang berkembang setelah dilahirkan atau saat dewasa. Biasanya disebabkan oleh stroke, tumor otak, meningitis atau bisa juga karena adanya cedera kepala serius.

    3. Communicating hydrocephalus

    Hidrosefalus jenis ini terjadi saat tidak ada halangan pada aliran cairan serebrospinal yang berlebih di dalam sistem ventrikel. Penyebabnya yaitu jumlah cairan serebrospinal yang terlalu banyak di luar normal.

    4. Non-communication (obstructive) hydrocephalus

    Jenis ini terjadi ketika aliran cairan serebrospinal tersumbat di salah satu atau lebih pada ventrikel otak. 

    Lama kelamaan, ini akan menyebabkan jalur aliran cairan membesar. Hal inilah yang kemudian  menimbulkan tekanan di dalam otak mengalami peningkatan.

    5. Hidrosefalus tekanan normal

    Untuk jenis ini secara khusus hanya dialami oleh orang yang berusia 50 tahun ke atas. Kondisi ini bisa terjadi setelah stroke, cedera, infeksi, pembedahan, atau pendarahan. Namun pada banyak kasus, dokter tidak tahu dengan pasti apa penyebabnya..

    Gejala jenis ini membutuhkan waktu berbulan-bulan atau hingga bertahun-tahun sebelum terdeteksi. Diagnosanya juga lebih sulit karena gejala lebih samar dan tidak muncul tiba-tiba.

    6. Hydrocephalus Ex-Vacuo

    Jenis ini merupakan jenis yang paling umum dialami oleh orang dewasa. Biasanya terjadi pada penderita yang sudah memiliki penyakit degeneratif, seperti Alzheimer dan stroke. 

    Kondisi degeneratif tersebut bisa menimbulkan kerusakan pada otak, sehingga mengakibatkan jaringan otak menyusut.

    Proses diagnosis

    Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendeteksi kondisi ini. Dokter akan memberikan anjuran mengenai metode diagnosis yang dibutuhkan. Berikut beberapa jenis proses diagnosisnya. 

    Diagnosis hidrosefalus dengan USG

    Pemeriksaan USG relatif lebih aman dan rendah risiko untuk mendeteksi hidrosefalus. USG bisa dilakukan baik pada penderita dewasa maupun anak-anak.

    Tak hanya itu, pemindaian otak dengan USG juga dapat dilakukan sebagai pemeriksaan awal untuk mendeteksi kondisi ini pada janin dalam kandungan atau bayi yang sudah lahir.

    Diagnosis hidrosefalus dengan CT Scan

    CT scan adalah pemeriksaan dengan bantuan sinar-X untuk memberikan gambaran mengenai kondisi otak. 

    Namun, CT scan untuk mendiagnosis hidrosefalus biasanya hanya digunakan dalam kondisi darurat.

    Diagnosis dengan MRI

    Untuk pemeriksaan lebih lanjut dapat dilakukan dengan tes MRI. Tes MRI akan menghasilkan gambar tiga dimensi dari struktur tubuh. Tes ini memanfaatkan medan magnet dan teknologi komputer. 

    Gambar yang dihasilkan berupa evaluasi lebih dalam aliran dan sumbatan yang mungkin terjadi di otak. 

    Tak heran, banyak orang yang lebih memilih pengecekan ulang dengan MRI karena detailnya yang lebih jelas dan akurat.

    Pemantauan tekanan intrakranial

    Cara lain yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis kondisi ini adalah pemantauan tekanan intrakranial. 

    Pasien akan dipasangi kateter atau kabel serat optik kecil melalui tengkorak ke dalam otak. Ini berguna untuk mendeteksi tekanan dan pola gelombang tekanan di otak yang tidak normal. 

    Berbeda dengan pemeriksaan lainnya yang dapat pulang dengan cepat, pemantauan tekanan intrakranial mengharuskan kamu untuk berada di rumah sakit selama 24 jam.

    Isotopic Cisternography

    Tes ini melibatkan penyuntikan isotop radioaktif ke punggung bawah melalui keran tulang belakang. 

    Ini akan memungkinkan penyerapan obat untuk memantau kegiatan otak selama periode waktu tertentu, atau biasanya hingga empat hari. 

    Pengobatan hidrosefalus

    Hidrosefalus bisa sembuh dan dapat diobati dengan melakukan tindakan operasi. Biaya untuk operasi hidrosefalus berkisar antara Rp10-30 juta. Operasi dilakukan dengan beberapa cara.

    1. Pemasangan shunt

    Shunt adalah sistem drainase yang dibuat dari selang berkatup. Katup tersebut akan membantu cairan serebrospinal mengalir dengan normal dan pada arah yang tepat.

    Dokter akan memasang ujung selang di otak dan ujung lainnya di dada atau rongga perut. Cairan yang berlebih di otak itu nantinya akan mengalir ke ujung selang yang lain, sehingga memudahkan penyerapan air di otak.

    Operasi pemasangan shunt merupakan tindakan yang banyak dijalani untuk pengobatan kondisi ini. 

    Pemasangan shunt biasanya permanen dan harus diawasi secara reguler untuk memastikan dia tetap bekerja dengan baik.

    2. Ventriculostomy

    Ventriculostomy merupakan prosedur bedah dengan melibatkan penggunaan kamera video kecil untuk melihat keadaan dalam otak. 

    Dokter nantinya akan membuat lubang di bagian bawah salah satu ventrikel otak atau di antara ventrikel. Umumnya, prosedur ini dilakukan sebagai alternatif dari pemasangan shunt.

    3. Lumbar puncture

    Hidrosefalus juga bisa sembuh melalui operasi lumbar puncture. Tindakan ini dilakukan karena pemasangan shunt kemungkinan tidak cocok untuk beberapa pasien. 

    Lumbar puncture dilakukan dengan mengangkat cairan otak dari dasar tulang belakang. Bila ingin meningkatkan kemampuan mental pasien, pemasangan shunt bisa membantu.

    4. Lumbar Infusion Test

    Jarum akan dimasukkan melalui kulit punggung belakang ke tulang belakang. Pengukuran tekanan cerebrospinal fluid (cairan otak) dilakukan ketika cairan disuntikkan ke tulang belakang. 

    Pasien biasanya mendapat manfaat dari shunt yang terpasang bila tekanan cairan otak melebihi batas tertentu.

    Pentingnya memiliki asuransi kesehatan

    Tips dari Lifepal! Tidak ada yang bisa memprediksi kapan penyakit akan menghampiri. Ketika kamu atau anggota keluarga terkena hidrosefalus, maka kamu perlu mempersiapkan dana berobat yang tidak sedikit.

    Itulah kenapa sebaiknya miliki asuransi kesehatan sejak awal. Asuransi kesehatan akan memberikan perlindungan terhadap risiko tingginya biaya pengobatan di masa depan.

    FAQ seputar hidrosefalus

    Hidrosefalus adalah kondisi terjadinya penumpukan cairan pada rongga otak yang akan memengaruhi sistem saraf otak. Penyakit ini bisa terjadi pada orang dewasa maupun pada janin. Pengobatannya dilakukan dengan metode operasi.
    Asuransi kesehatan dapat kamu gunakan sebagai perlindungan apabila suatu saat nanti kamu menderita penyakit. Dengan asuransi kesehatan kamu bisa mendapatkan penanganan terbaik untuk proses penyembuhan penyakitmu tanpa perlu mengkhawatirkan masalah biaya.