Apa itu Hipertensi – Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya

hipertensi adalah

Hipertensi adalah penyakit yang sering disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena seringkali tidak menimbulkan gejala dan dapat mengakibatkan penyakit komplikasi, seperti stroke, gagal ginjal, hingga penyakit jantung.

Hipertensi adalah sebutan untuk penyakit darah tinggi yang sudah akrab di telinga masyarakat. Tekanan darah merupakan kekuatan aliran darah yang berasal dari jantung terhadap dinding pembuluh darah (arteri). 

Besarnya tekanan darah pada tubuh seseorang sangat tergantung dengan aktivitas yang dilakukan oleh jantung dan daya tahan pembuluh darah.

Tekanan darah sendiri dapat dibagi menjadi dua, yaitu sistolik dan diastolik. 

  • Tekanan sistolik adalah tekanan yang terjadi ketika jantung mengalirkan darah ke seluruh tubuh.
  • Diastolik merupakan tekanan saat jantung berelaksasi sebelum memompa darah kembali.
  • Tekanan darah dapat menjadi tinggi apabila aliran darah yang dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh tinggi dengan kondisi pembuluh darah yang cenderung sempit. 

    Tekanan darah tinggi atau yang dikenal dengan hipertensi dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan, bahkan membahayakan nyawa. Untuk mengetahui hipertensi secara lengkap, simak ulasannya berikut ini!

    Apa itu hipertensi?

    Hipertensi adalah kondisi tingginya tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik pada tubuh. Kondisi yang disebut hipertensi adalah ketika tekanan sistolik berada di atas 140/90 milimeter merkuri (mmHg), sementara tekanan darah yang normal adalah 120/80 mmHg. 

    Angka 140 dan 120 menunjukkan tekanan sistolik pada tubuh, sementara 90 dan 80 merujuk pada tekanan diastolik. 

    Jika tekanan darah seseorang berada di kisaran 120/80 mmHg hingga 129/89 mmHg artinya orang tersebut pada tahap prehipertensi. 

    Meski belum termasuk dalam kondisi hipertensi, tetapi kondisi ini juga berada di atas tekanan darah normal sehingga perlu diwaspadai.

    Kondisi tersebut biasanya dapat terjadi karena tingginya volume darah yang dipompa oleh jantung, sementara tekanan pada pembuluh darah juga meningkat akibat arteri yang sempit. Hipertensi sendiri juga dapat dibagi menjadi dua jenis, antara lain:

    Hipertensi primer

    Hipertensi primer adalah jenis hipertensi yang berkembang secara bertahap dan tidak diketahui sebelumnya. Umumnya hipertensi primer dialami oleh orang dewasa dan tidak memiliki gejala sebelumnya.

    Hipertensi sekunder

    Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang muncul secara tiba-tiba yang tekanan darahnya cenderung lebih tinggi dibanding hipertensi primer. 

    Hipertensi sekunder sendiri dapat dialami oleh berbagai usia yang dapat diakibatkan oleh kondisi-kondisi tertentu.

    Gejala hipertensi

    Biasanya hipertensi tidak menimbulkan gejala yang signifikan hingga mencapai kondisi tekanan darah yang sangat tinggi. Meski demikian, terdapat gejala hipertensi yang dapat diperhatikan pada orang yang terkena tekanan darah tinggi, antara lain:

  • Sakit kepala atau pusing
  • Sesak nafas atau nyeri pada dada
  • Lemas
  • Masalah penglihatan
  • Gangguan irama pada jantung (aritmia)
  • Terdapat darah pada urin
  • Kulit memerah
  • Mimisan
  • Faktor penyebab hipertensi

    Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab hipertensi adalah sebagai berikut. 

    1. Faktor genetik

    Hipertensi dapat disebabkan karena adanya faktor genetik pada seseorang. 

    Jika orang tua memiliki riwayat penyakit hipertensi dan terdapat mutasi gen, maka hal tersebut dapat membuat anaknya secara genetik mengalami hipertensi.

    2. Perubahan fisik

    Perubahan pada fisik seseorang akibat umur yang semakin menua menjadi salah satu penyebab hipertensi.

    Terlebih, kondisi kesehatan dan fungsi organ tubuh pada orang yang lanjut usia biasanya mengalami penurunan, sehingga dapat berdampak meningkatnya tekanan darah.

    3. Pola hidup

    Pola hidup yang tidak sehat merupakan penyebab hipertensi yang paling umum pada seseorang.

    Pola hidup tidak sehat yang dapat menjadi penyebab hipertensi dapat berupa kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol, makanan asin ataupun manis, kurangnya aktivitas fisik, dan juga kelebihan berat badan (obesitas).

    4. Kondisi medis tertentu

    Tekanan darah tinggi juga dapat disebabkan oleh kondisi medis tertentu. Kondisi-kondisi tersebut dapat berupa:

  • Sakit ginjal
  • Obstruktif Sleep Apnea (OSA)
  • Mengalami cacat bawaan pada pembuluh darah atau jantung
  • Masalah tiroid
  • Tumor pada kelenjar adrenal
  • Penyalahgunaan alkohol
  • Tumor endokrin
  • Mengonsumsi obat-obatan terlarang
  • Pengobatan hipertensi

    Dalam mengobati hipertensi biasanya dokter akan menyesuaikan dengan usia dan kondisi yang dialami oleh pasien. Secara umum, cara pengobatan hipertensi yang dapat dilakukan, antara lain:

    1. Mengurangi asupan garam

    Mengonsumsi makanan sehat dan mengurangi asupan garam merupakan cara yang dapat dilakukan untuk mengobati hipertensi. 

    WHO juga merekomendasikan konsumsi garam bagi penderita hipertensi di bawah 5 gram perhari.

    2. Menghentikan kebiasaan merokok dan minum alkohol

    Mengubah kebiasaan sehari-hari dengan berhenti merokok dan menghindari konsumsi alkohol juga dapat membantu mengobati hipertensi. 

    Tidak hanya meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan lainnya.

    3. Menjalani pola hidup sehat

    Menjalani pola hidup sehat berupa melakukan aktivitas fisik secara rutin juga dapat memperbaiki kondisi tubuh. 

    Selain itu, dengan berolahraga juga dapat menjaga berat badan tetap pada kondisi optimal dan dapat menurunkan risiko penyebab hipertensi.

    Pola hidup sehat dapat membantu menjaga kondisi jantung maupun pembuluh darah. Melakukan olahraga ringan secara rutin, seperti berjalan, jogging, berenang ataupun bersepeda dapat membantu mengobati tekanan darah tinggi.

    4. Menghindari stres

    Stres juga menjadi salah satu penyebab meningkatnya tekanan darah. Menghindari ataupun mengelola stres dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi yang bisa dilakukan dengan menjalankan hobi, yoga, maupun meditasi.

    5. Konsumsi obat penurun tekanan darah

    Selain mengubah kebiasaan sehari-hari, pengobatan hipertensi juga membutuhkan bantuan obat penurun tekanan darah dari dokter. 

    Biasanya, dokter akan memberikan obat sesuai dengan tingkat hipertensi yang dialami dan juga usia.

    Bagi penderita tekanan darah tinggi sangat dianjurkan untuk mengikuti aturan pakai obat sesuai dengan resep dokter. Hal tersebut bertujuan untuk meminimalisir efek samping obat pada tubuh maupun interaksi dengan makanan yang dikonsumsi.

    Beberapa jenis obat hipertensi antara lain sebagai berikut: 

  • ACE Inhibitor, kelompok obat antihipertensi yang berfungsi untuk menghambat produksi hormon angiotensin II yang dapat mempersempit pembuluh darah. Hormon ini jugalah yang  membuat kinerja jantung meningkat. 
  • Jenis obat yang masuk dalam kelompok ACE Inhibitor antara lain Benazepril, Captopril, dan Enalapril. 

  • Diuretik, kelompok obat yang berfungsi untuk membuang kelebihan garam dan air di dalam tubuh. Kelebihan garam dan air dikeluarkan dalam bentuk urine. Contoh obat diuretik antara lain furosemide dan hydrochlorothiazide.
  • Calcium channel blocker atau antagonis kalsium adalah kelompok obat yang berfungsi untuk menghambat kalsium 
  • Beta Blockers, kelompok obat yang berfungsi untuk menghambat efek hormon epinephrine atau adrenalin, hormon yang berperan dalam meningkatkan kerja fungsi jantung. Jenis obat yang masuk kategori ini antara lain propranolol, atenolol, bisoprolol, dan metoprolol.. 
  • Pencegahan hipertensi

    Sebagai penyakit yang dapat menimbulkan masalah kesehatan serius, hipertensi sebaiknya dicegah sejak dini. Selain mengenali gejala yang mungkin terjadi pada penderita hipertensi, ada beberapa cara mengatasi hipertensi bagi orang yang masih dalam kondisi sehat, antara lain:

  • Mengurangi konsumsi garam
  • Menjalani diet sehat
  • Hindari merokok
  • Mengurangi konsumsi alkohol dan kafein
  • Melakukan olahraga secara rutin
  • Mengurangi berat badan jika dibutuhkan
  • Mengelola stres
  • Istirahat yang cukup
  • Demikianlah pembahasan mengenai hipertensi. Semoga bermanfaat, ya. Baca juga artikel terkait hipertensi atau rumah sakit yang menjadi rujukannya seperti Rumah Sakit JMC di Lifepal!

    Tips dari Lifepal! Menjalani pola hidup sehat dengan tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, dan melakukan olahraga secara rutin dapat mencegah berbagai gangguan kesehatan. 

    Namun, jika mengalami gejala umum hipertensi sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mengetahui kondisi kesehatan kalian untuk mencegah efek kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh tekanan darah tinggi di kemudian hari.

    Gunakan asuransi kesehatan yang mengcover penyakit kritis 

    Asuransi kesehatan dapat mengcover biaya pengobatan dan perawatan medis di fasilitas kesehatan jika tertanggung mengalami sakit. Adapun biaya yang dicover oleh perusahaan asuransi meliputi biaya rawat inap, biaya rawat jalan sampai pembedahan. 

    Salah satu pertimbangan yang perlu kamu perhatikan saat memilih asuransi kesehatan adalah apakah asuransi tersebut sudah mengcover penyakit kritis atau belum. Cari tahu di Lifepal, daftar asuransi penyakit kritis terbaik di Indonesia dan bandingkan sendiri harga premi serta manfaatnya. 

    Pertanyaan seputar hipertensi

    Seseorang dikatakan hipertensi apabila ketika tekanan sistolik berada di atas 140/90 mmHg. sementara tekanan darah yang normal adalah 120/80 mmHg. Jika tekanan darah seseorang berada di kisaran 120-139/80-89 mmHg artinya orang tersebut pada tahap pre hipertensi yang juga harus diwaspadai karena tekanan darahnya juga dianggap di atas batas normal.
    Asuransi kesehatan menawarkan penggantian biaya pengobatan di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya sehingga penggunanya tidak perlu mengeluarkan uang untuk berobat. Salah satu jenisnya adalah asuransi kesehatan cashless yang memungkinkan pengguna berobat ke faskes hanya dengan menunjukkan kartu asuransi yang dimiliki.