Minum Kopi Makin Populer, Orang Indonesia Pilih Sachet atau Kekinian?

seorang perempuan sedang minum Kopi

Rutinitas minum kopi, mulai dari generasi milenial sampai orangtua belakangan ini semakin populer hingga menjadi hobi masyarakat Indonesia. Bahkan, minuman yang identik dengan kaum laki-laki juga mulai disukai oleh perempuan karena inovasi dan cita rasanya.

Di Indonesia, kebiasaan minum kopi yang populer dibagi menjadi dua cara, yaitu minum sachet dan manual brew yang diolah menggunakan mesin atau tangan manusia. 

Membahas soal dalam kemasan sachet atau instan muncul sekitar tahun 1800-an. Pada masa itu, kopi diproduksi dengan harga masih terjangkau dan mudah untuk dikonsumsi atau secara instan.

Sementara itu, memasuki tahun 1990, mulai ada pergeseran pola konsumsi, penikmat kopi pada tahun ini mulai tertarik dengan asal usul dan cerita kopi tersebut. Bahkan, hingga proses pembuatan, roasting dan penyajiannya. 

Pada tahap ini, para penikmat kopi mulai mengutamakan cita rasa dari secangkir minuman pahit yang  dibandingkan hanya sekadar mencari kafein dalam kemasan instan.

Memasuki era teknologi modern seperti saat ini juga berdampak pada peningkatan konsumsi minuman berkafein di Indonesia.

Pasalnya, semakin banyak orang yang menjadikan kopi bukan hanya sekadar minuman tetapi juga sebagai objek kehidupan sosial dan gaya hidup. 

Perkembangan teknologi ini juga membuat keberadaan kedai-kedai kopi lokal terus berkembang pesat di Indonesia, ditambah adanya kemudahan membeli kopi kekinian melalui aplikasi pesan antarmakanan secara online.

Konsumsi kopi Indonesia

Konsumsi kopi di Indonesia

Seperti tergambar dari laporan Global Agricultural Information Network (GAIN), permintaan konsumen terhadap produk kopi pada tahun 2019 hingga 2020 akan terus meningkat.

Peningkatan ini terjadi pada tenaga kerja muda dan perkantoran seiring dengan meningkatnya jumlah outlet minuman berkafein ini di ruang publik, seperti pusat perbelanjaan, sarana transportasi publik, dan gedung perkantoran.

Berdasarkan data Global Agricultural Information Network, saat ini terdapat beberapa pemain utama dalam hal bisnis outlet minuman ini di Indonesia.

Mulai dari Starbuck dengan 418 store, Coffee Toffee dengan 157 store, Kopi Kenangan dengan 154 store, Excelso dengan 140 store, Coffee Bean & Tea dengan 101 store, Maxx Coffee dengan 88 store, dan Fore Coffee dengan 60 store.

Melihat fakta tersebut, berbanding lurus dengan laju konsumsi kopi di Indonesia yang terus meningkat setiap tahun. 

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian mencatat konsumsi kopi nasional di tahun 2018 mencapai 314 ribu ton. 

Kemudian, berdasarkan data International Coffee Organization (ICO) konsumsi minuman ini di Indonesia akan terus meningkat hingga 2021 mendatang. 

ICO memprediksi pada tahun tahun 2021, pasokan kopi nasional diprediksi akan mencapai 795 ribu ton, sementara tingkat konsumsi naik menjadi 370 ribu ton. 

Meski terus mengalami peningkatan konsumsi kopi di Indonesia, nyatanya jumlah  konsumsi kopi per kapita Indonesia masih di bawah rata-rata negara tetangga. 

Dengan jumlah populasi penduduk sekitar 265 juta jiwa, konsumsi kopi orang Indonesia saat ini sekitar  1,4 kilogram kopi per kapita, sementara Singapura 4 kilogram, dan Malaysia 5 kilogram berdasarkan data dari Asosiasi Kopi Spesial Indonesia (AKSI).

Konsumsi dalam bentuk kemasan

Konsumsi kopi kemasan

Sementara itu, untuk konsumsi kopi sachet atau kemasan berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah rata-rata konsumsi kopi sachet mencapai 20 gram per kapita per minggu. 

Tertinggi pada Provinsi Bengkulu, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat. Kemudian terendah ada di Provinsi Jawa Barat, dan DKI Jakarta.

Sedangkan perbandingan Jakarta dengan daerah lain di Indonesia, Jakarta menempati posisi teratas sebagai daerah yang masyarakatnya paling doyan minum kopi dari riset Honestdocs terhadap 9.684 responden. Kemudian, posisi kedua berada di Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Jawa Barat, dan Banten.

Dengan data ini, jumlah penikmat manual brew atau sachet sangat bergantung pada kondisi sosial ekonomi setiap daerah karena berkaitan dengan tingkat pendapatan, dan gaya hidup masyarakatnya. 

Untuk saat ini, beberapa daerah seperti Jakarta dan Jawa Barat menjadi daerah yang paling dominan mengonsumsi manual brew.

Jadi, hemat mana?

Hemat kopi mana

Jika dihitung berdasarkan asumsi minum kopi per hari satu gelas untuk kopi manual brew dengan harga Rp 18.000 per gelas, maka dalam 30 hari membutuhkan biaya RP 540 ribu, dengan asumsi hanya minum sekali per hari.

Sedangkan untuk konsumsi minuman ini dalam bentuk sachet dengan asumsi sekali minum Rp 5.000, maka dalam 30 hari  membutuhkan biaya Rp 150 ribu. 

Jika dihitung biaya yang dibutuhkan, maka lebih hemat mengonsumsi minuman ini dalam bentuk sachet dibandingkan manual brew.

Dengan asumsi perhitungan secara harga, maka hasilnya memang lebih hemat mengonsumsinya dalam kemasan sachet atau instan. Pasalnya, kehadiran kopi saset ini memang dirancang untuk kebutuhan orang yang menyukai kepraktisan, cepat, dan terjangkau.

Biasanya minuman ini juga dikonsumsi hanya untuk sekadar mengisi waktu luang saat di rumah, saat tidak bisa keluar rumah karena cuaca, hingga tidak adanya pilihan lain, faktor inilah yang membuat kopi instan lebih murah.

Sementara itu, jika mengonsumsi jenis manual brew harus menuju kedai atau outlet kopi yang membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga. 

Akan tetapi, pilihan untuk mengonsumsi yang instan atau manual brew jadi selera masing-masing. Pasalnya, banyak orang memiliki selera kopi berbeda-beda.

Batas aman mengonsumsi kopi

Batas aman mengonsumsi kopi

Konsumsi kopi setiap orang pasti berbeda-beda, ada orang yang mampu menghabiskan bercangkir-cangkir  dalam sehari. Ada juga yang hanya satu cangkir per hari. Apapun alasannya, konsumsi kopi sebaiknya masih dalam batas anjuran kesehatan.

Meski kandungan kafeinnya memang dapat memberikan efek stimulan pada otak, sehingga bisa jadi lebih waspada. 

Tapi, kalau diminum terlalu banyak, justru akan memicu masalah pencernaan dan otak. Adapun tanda-tanda tubuh kebanyakan asupan kafein di antaranya:

– Gelisah

– Pusing

– Sakit perut

– Mudah marah

– Insomnia

– Jantung berdebar-debar

– Tremor

Jika mengalami salah satu atau beberapa gejala tersebut setelah minum kopi, ini bisa jadi pertanda tubuh sensitif terhadap kafein. Segera kurangi porsi minum kopi supaya tubuh terasa lebih nyaman.

Sebuah penelitian dalam American Journal of Clinical Nutrition menyebutkan, penggemar berat kopi yang menghabiskan enam cangkir per hari berisiko 22% lebih tinggi terkena penyakit jantung dan stroke di masa mendatang.

Padahal, minum minuman berkafein ini sebetulnya juga dapat menurunkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes. Hanya saja, manfaat minuman ini baru bisa dirasakan jika mengonsumsinya dalam batas wajar.

Mengutip dari penelitian dalam jurnal PLOS One tahun 2015, rata-rata batas aman minum kopi adalah  2-3 cangkir per hari. 

Bila dikonsumsi sewajarnya, kandungan antioksidan dalam minuman satu ini dapat bekerja secara optimal untuk menangkal paparan radikal bebas dalam tubuh. 

Kondisi itu membuat tubuh semakin terhindari penyakit kardiovaskular, gangguan pencernaan, dan kematian dini. 

Itulah tradisi minum kopi ala masyarakat Indonesia. Kalau kamu termasuk peminum versi sachet atau manual brew? (Editor: Chaerunnisa)