Berinvestasi dengan Value Investing, Ini Kelebihan dan Aturan Mainnya

value investing indonesia

Dalam investasi saham ada tiga strategi pendekatan, yaitu value investing, growth investing dan income investing. Value investing, termasuk value investing Indonesia sudah populer.

Pasalnya, banyak orang terkaya dunia, seperti Warren Buffett yang berhasil meraih kekayaannya lewat strategi investasi satu ini. Lantas, apa sih value investing Indonesia?

Menerapkan metode value investing dalam hal analisis saham dapat memberikan second opinion yang ideal bagi siapapun .

Seperti diketahui, investasi saham kini sedang jadi tren mendulang profit yang diminati banyak orang. Apalagi, membuka rekening efek atau rekening saham itu sudah mudah. Makanya sekarang ini orang-orang dengan mudah bisa menjadi investor saham.

Memang sih, berinvestasi saham itu sangat menguntungkan. Sebab, pengembalian atau return-nya bisa tembus hingga 20 persen per tahun.

Namun, keuntungan tersebut bisa dinikmati asalkan si investor saham sudah membekali diri dengan pengetahuan soal analisis fundamental dan analisis teknikal. Selain itu, perlu ditambah juga dengan pengetahuan soal cara mengkategorikan saham berdasarkan kapitalisasi pasarnya.

Investor saham juga harus tahu kayak gimana gaya berinvestasi alias cara berinvestasi yang dilakukannya. 

Dikutip dari Investopedia, ada beberapa gaya investasi yang membedakan investor yang satu dengan investor saham yang lainnya.

Artikel kali ini akan membahas lebih mengenai value investing, growth investing dan income investing.

1. Investor saham gaya value investing

Apa itu value investing Indonesia?

Value investing adalah gaya berinvestasi saham dengan melihat saham dari fundamentalnya yang tercermin dari laporan tahunan (annual reports) dan laporan per kuartal (quarterly reports). Investor saham dengan gaya value investing mencari saham yang punya harga murah.

Value investing menemukan saham yang lagi ada di kondisi ‘salah harga’ kemudian menjualnya di pasar saat sudah normal.

Murah maksudnya tidak hanya dilihat dari nominalnya saja, tapi juga dari nilai sahamnya jika dibandingkan dengan indikator-indikator lain seperti laba dan nilai buku perusahaan.

Kenapa harus value investing Indonesia?

Value investing sudah teruji di pasar modal selama puluhan tahun. Di Indonesia, penerapannya sudah banyak dilakukan oleh para investor, individu atau layanan berbayar yang menawarkan dan menjanjikan pengembalian tinggi atau bahkan keuntungan puluhan sampai ratusan persen dalam beberapa bulan saja.

Keunggulan value investing Indonesia

Kamu tertarik dengan value investing ini? Ini keunggulan yang bakal kamu dapatkan.

1. Bukan cuma buat orang yang bermodal besar

Siapapun bisa pakai teknik investing ini gak cuma orang yang bermodal besar. Modal yang terbatas pun bisa dipakai di teknik value investing. Tapi, perlu diingat kalau kamu harus tetep bisa membaca dan belajar tentang kondisi fundamental sebuah perusahaan.

2. Mengoptimalkan the power of compounding

Compounding ini merupakan kemampuan investasi untuk bunga yang berlipat ganda atau istilahnya bunga yang berbunga. 

Kamu perlu tahu kalau seiring berjalannya waktu, investasi mengalami pertumbuhan eksponensial sebagai dampak pertumbuhan harga saham dan dividen yang dibagikan.

3. Investasi yang teruji

Investing ini sudah diimplementasikan oleh Warren Buffet selama berpuluh-puluh tahun dan menjadikannya salah satu orang terkaya di dunia. 

4. Risiko lebih rendah

Kamu bakal mendapatkan risiko yang lebih rendah dengan memaksimalkan nilai yang didapat. Tentunya, implementasinya khusus untuk jangka panjang. Jadi, kamu bisa terbebas fluktuasi pasar yang sering terjadi dalam jangka pendek.

Keterbatasan value investing Indonesia

Di balik keunggulan pasti ada kelemahannya. Kamu patut mempelajarinya sebagai bahan pertimbangan, ya!

1. Sulit mengukur intrinsic value

Intrinsic value adalah nilai sebenarnya yang ada di sebuah saham yang kamu beli. Biasanya sih disebut nilai wajar yang penentuannya susah diukur, apalagi adanya penggunaan metode yang berbeda.

Cara pengukuran ini sangat tergantung pada informasi yang dapat diakses oleh investor. Kamu mungkin memakai data A, B, dan C, tapi investor lain malah menggunakan data X, Y, dan Z.

2. Keterbatasan historical valuation

Alat yang digunakan pada value investing salah satunya adalah laporan keuangan. Penyusunannya dilakukan berdasarkan kinerja historis atau kinerja masa lalu si perusahaan.

Kinerja masa lalu tersebut tidak bisa menjamin kinerja di masa mendatang dan ada hal yang bisa diukur oleh estimasi dari manajemen. 

Hal yang harus diperhatikan untuk menjadi value investor

Keberhasilan seorang investor tak lepas dari penerapan metode value investing yang dilakukan dengan sebaik-baiknya. Kamu mau jadi investor sukses? Yuk perhatikan hal-hal di bawah ini.

1. Memilih teknik analisa

Teknik analisa sangat mempengaruhi keberhasilan. Nah, teknik analisa yang biasa dipakai adalah analisa top-down untuk melihat kondisi fundamental perusahaan yang menjadi incaran yang dilanjutkan dengan pengamatan pergerakan saham hingga daya beli masyarakat.

Sedangkan analisa bottom-up adalah menilai saham dari bawah ke atas yang tergantung pada investor yang bertanggung jawab atas dana investasi kamu.

2. Pemantauan bidang yang sedang tren

Memilih saham perusahaan yang sedang tren sangat membantu, seperti pemilihan saham perusahaan perkapalan yang sahamnya melambung berkat masifnya pembangunan infrastruktur di periode Jokowi.

3. Timing pembelian saham yang tepat

Waktu membeli saham yang pas untuk value investing adalah saat harganya sudah murah.

4. Melakukan pemantauan

Selain memahami cara analisa dalam membeli saham, kamu juga harus dapat mengawasi saham yang ada di portofolionya. Terus, apa yang sebenarnya dipantau? Kinerja perusahaanlah yang nantinya kamu pantau. 

Oh ya, kinerja di sini maksudnya adalah laporan keuangan ya. Bisa kamu dapatkan di website perusahaan dan sumber lainnya seperti website IDX atau RTI Infokom.

5. Menentukan waktu yang tepat untuk menjual saham

Waktu yang tepat untuk menjual saham adalah saat ada salah satu perusahaan yang sahamnya telah dibeli mengalami kerugiaan dan masalah serius. Namun, kamu gak boleh gegabah, tetep lakukan analisa mendalam ya.

Selain informasi di atas, apakah kamu tahu kalau penentuan murah atau mahalnya harga saham didasarkan pada Price to Earnings Ratio atau P/E Ratio atau PER saham itu sendiri. 

Apa itu Price to Earnings Ratio atau PER? Price to Earnings Ratio atau PER adalah harga saham per lembar dibagi Earning per share atau EPS.

Earning per share atau EPS merupakan definisi dari jumlah laba dari setiap saham yang beredar. Dengan kata lain, EPS itu menjadi laba bersih dari setiap lembar saham.

2. Investor saham dengan gaya growth investing

Lain dengan value investing, gaya growth investing justru menjadikan perkembangan saham yang pesat dari waktu ke waktu sebagai pertimbangan dalam membeli saham. Sudah gitu si investor gak terlalu ambil pusing dengan kecil atau besarnya PER suatu saham.

Lalu, gimana cara investor growth investing memilih saham yang layak dibeli? Kalau di value investing melihat PER, di growth investing yang dilihat adalah Price Earning to Growth atau PEG.

Price Earning to Growth atau PEG adalah PER dibagi dengan EPS. Saham yang memiliki PEG kecil dianggap sebagai saham yang layak beli. Itu berarti semakin kecil PEG suatu saham, semakin layak saham itu buat dimiliki.

Menurut mereka, laba saham yang terus bertumbuh, bahkan lebih tinggi dari laba-laba sebelumnya dengan sendirinya mendongkrak harga saham itu sendiri. 

Si investor saham mengambil keuntungan dengan cara menjual saham itu di harga tertinggi atau capital gain.

3. Investor saham dengan gaya income investing

Sementara itu, investor yang memilih gaya income investing memperoleh keuntungannya dengan cara membeli saham yang konsisten memberi dividen dan jumlahnya besar. Apa itu dividen? Dividen adalah laba bersih yang diterima pemegang saham.

Besar atau kecilnya dividen tergantung pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS yang kemudian disetujui direksi. Biasanya dividen dibagi setahun sekali. Namun, kadang-kadang dividen gak dibagikan.

Buat memperoleh dividen yang besar, si investor harus berinvestasi dalam jumlah yang besar pula. Artinya, kepemilikan atas saham gak 1 lot atau 2 lot, tapi hingga 100 lot buat merasakan dividen yang signifikan.

Pembayaran dividen sendiri terbagi menjadi dua. Pertama, dividen dibayar secara tunai atau cash dividend. Kedua, dividen dibayar dalam bentuk saham atau stock dividend.

Buat kamu yang punya kecenderungan berinvestasi saham karena dividennya, ada beberapa saham di Indonesia yang kasih dividen besar, mulai dari Adaro Energy, HM Sampoerna, Astra Motor, Indofood Sukses Makmur, BCA, Indah Kiat Pulp & Paper, BNI, Indocement Tunggal Prakarsa, BRI, Indotambang Raya Megah, BTN, Matahari, BJB, hingga Bukit Asam.

Itu tadi beberapa tipe investor saham yang dibedakan dari caranya dalam berinvestasi saham. Jadi, tipe investor yang kayak gimana nih yang cocok buat kamu? (Editor: Chaerunnisa)