Apa Itu Investor? Ini Cara Menjadi Investor, Strategi, dan Keuntungannya

Pelajari Sistem Kerja dan Memahami Cara Menjadi Investor

Istilah investasi atau investor barangkali sudah sering kita dengar. Di berbagai kanal berita kita kerap mendengar bagaimana negara berharap datangnya investasi. Investasi inilah yang katanya mendatangkan untung bagi negara. 

Istilah investasi atau investor ini juga terkadang muncul di tengah obrolan warung kopi bersama rekan kerja atau sahabat. “Eh lu investasi-nya apa aja?” atau “Wah gue lumayan dapat untung nih lewat investasi.” 

Jadi apa sih sebenarnya investasi? Apa itu investor?

Investor sering dikenal sebagai orang yang menanamkan modal di perusahaan. kegiatan menanamkan modal dengan tujuan mencari untung ini akrab diketahui sebagai investasi.

Apakah demikian pengertiannya? Lifepal mengulasnya secara lengkap dalam artikel berikut khusus buat kamu yang pengin jadi penanam modal.

Apa itu investor?

Sederhananya, investor adalah orang yang melakukan investasi. Sementara investasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), didefinisikan sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. 

Jadi apa itu investor? Mengacu pada penjelasan di atas maka investor juga diartikan sebagai penanam uang atau modal, orang yang menanamkan uangnya dalam usaha dengan tujuan mendapat keuntungan. 

Dalam pembahasan lain, investor juga diartikan sebagai seseorang yang menginginkan pengembalian uang yang lebih besar daripada yang dapat diberikan oleh deposito bank. Untuk mencapai hal ini, mereka siap menghadapi risiko tinggi dengan harapan mendapat imbalan yang lebih besar. 

Mereka ini adalah seseorang atau kelompok yang memiliki pendanaan untuk membiayai sebuah usaha. Investor yang bijak tidak pernah lupa bahwa mereka mungkin kehilangan semua uangnya dengan menempatkan uang tersebut. Tetapi mereka pun tahu bahwa yang ditanam dapat menghasilkan keuntungan berkali-kali lipat.

Biasanya, dia menggunakan investasi untuk menumbuhkan uang sebagai simpanan atau agar kelak meraih penghasilan saat pensiun.

Jenis-jenis investor

Kita sering mendengar tentang banyak jenis penanam modal, seperti angel investor hingga ethical investor. Jenis-jenis penanam modal tersebut merujuk pada hal-hal yang diinvestasikan daripada karakteristik mereka sendiri.

Namun sebenarnya, terdapat dua jenis penanam modal, yakni ritel dan institusional. Berikut penjelasannya perbedaan kedua jenis investor tersebut. 

1. Investor institusi 

Apa itu penanam modal institusi? Investor institusi adalah organisasi seperti perusahaan keuangan atau reksadana yang berinvestasi dalam saham dan instrumen keuangan lainnya. Mereka membangun portofolio yang cukup besar. 

Sering kali, mereka dapat mengakumulasi dan mengumpulkan uang dari beberapa penanam modal kecil (individu dan atau perusahaan) untuk mengambil investasi yang lebih besar. Karena itu, jenis yang ini sering kali memiliki kekuatan dan pengaruh pasar yang jauh lebih besar daripada jenis ritel individu. Contoh penanam modal institusi adalah dana pensiun, dana lindung nilai, reksadana

2. Investor ritel 

Apa itu investor ritel? Investor ritel adalah individu yang beroperasi di akun mereka sendiri atau perwalian yang bertindak atas nama individu. Karena mereka tidak diizinkan menjadi anggota bursa saham apa pun, mereka harus membeli atau menjual melalui perantara broker-dealer.

Berdasarkan metode pemilihan sahamnya, ada beberapa kelompok penanam modal ritel sebagai berikut:

  • Metode saham investasi nilai, yang khusus mencari sekuritas dengan nilai intrinsik yang tinggi dibanding nilai kapitalisasinya.
  • Metode saham investasi pendapatan,  khusus memilih saham perusahaan yang loyal dalam pembagian dividen sehingga pendapatan yang diterima aman dan rutin.
  • Metode saham investasi pertumbuhan, yaitu berfokus pada pertumbuhan perusahaan jangka panjang.
  • Karakter Investor

    Dalam menentukan jenis investasi yang akan dilakukan, seseorang perlu mempertimbangkan profil risikonya. Profil risiko ini bisa disesuaikan dengan kemampuan finansial kita serta tujuan kita dalam berinvestasi. 

    Profil risiko juga yang nantinya akan berpengaruh pada tingkat imbal balik (return) yang akan kita ambil dan seberapa besar toleransi risiko yang dapat kita tanggung. Ingat, dalam investasi ada idiom ‘high risk, high return’ yang maksudnya, investasi dengan risiko tinggi memberikan dua hal: untung yang tinggi atau malah kerugian yang tinggi pula. 

    Nah, secara umum profil risiko ini menggambarkan karakter penanam modal dalam berinvestasi. Karakternya terbagi menjadi tiga jenis, yakni tipe konservatif, moderat, dan agresif. Kita bahas satu per satu yuk!

    1. Tipe Konservatif (Risk Averse)

    Apa itu investor konservatif? Seorang penanam modal yang menganut tipe konservatif cenderung memiliki profil risiko yang rendah dan lebih memilih bermain aman.

    Ia menghindari instrumen investasi yang berisiko tinggi dan berpotensi membuatnya kehilangan aset atau modal pokoknya berkurang. Penanam modal dengan tipe konservatif juga cenderung lebih memilih instrumen investasi yang imbal hasilnya tidak terlalu besar namun stabil. 

    Sebagai siasat atas imbal hasil yang tidak besar namun stabil, maka investasi yang dilakukan oleh penanam modal tipe konservatif lebih baik dilakukan untuk jangka waktu yang panjang. Alasannya, dengan return yang minimalis tentu butuh waktu cukup lama untuk mencapai jumlah yang besar. 

    Beberapa instrumen investasi yang cocok untuk penanam modal bertipe konservatif adalah deposito, reksadana pasar uang, dan emas

    2. Tipe Moderat (Sedang)

    Apa itu investor moderat? Sesuai namanya, tipe moderat diisi oleh penanam modal yang sedang-sedang saja. Maksudnya, ia masih mau menerima risiko kerugian jangka pendek namun juga masih menargetkan keuntungan yang lebih tinggi dari tingkat inflasi atau bunga deposito. 

    Sederhananya, penanam modal tipe moderat memahami bahwa risiko investasi itu ada, namun dia tidak ingin modal pokoknya lenyap atau rugi banyak. Instrumen investasi yang cukup sesuai untuk penanam modal tipe moderat adalah reksdana pendapatan tetap atau campuran. 

    3. Tipe Agresif

    Apa itu investor agresif? Penanam modal tipe agresif tentu saja dia maunya agresif dalam menanamkan modalnya. Dia memahami risiko dan juga berani mengambil risiko. Investor jenis ini juga siap jatuh miskin akibat kehilangan modal pokoknya. 

    Investor dengan profil risiko agresif biasanya bermain di instrumen investasi yang memiliki risiko tinggi, seperti trading saham, reksadana saham, dan forex. Investor jenis ini juga tak segan masuk ke sektor properti. 

    Perbedaan Investor Institusi dan Investor Individu

    Dalam pembahasan jenis-jenis investor di atas kita sudah membahas mengenai investor institusi dan investor individu atau ritel. Perbedaan pokok antara keduanya terletak pada pelaku investasinya dan besaran dana investasi yang diampu. Investor institusional biasanya merupakan perusahaan dengan dana kelolaan investasi yang besar. Sementara investor ritel menggunakan nama pribadi dan bertujuan untuk mencari keuntungan personal. 

    Khusus untuk investor institusi, ada enam jenisnya yakni:

    1. Dana pensiun
    2. Reksa dana
    3. Pengelolaan investasi global atau dana lindung nilai
    4. Bank
    5. Perusahaan asuransi
    6. Dana abadi

    Bagaimana sistem kerja investor?

    Meski seorang investor menanamkan uangnya pada satu kegiatan usaha, namun hal tersebut tidak berarti bahwa dia memercayakan seluruh uangnya pada kegiatan tersebut. 

    Idealnya, sebuah investasi memiliki toleransi risiko, modal, gaya, preferensi, dan kerangka waktu terhadap dana yang ditanamkan. 

    Apabila dikaitkan dengan investor keuangan, maka gambarannya dia merupakan penanam modal yang konservatif atau berhati-hati dalam menempatkan investasinya. Maka, produk keuangan yang dipilihnya untuk berinvestasi bisa ke dalam deposito, obligasi atau emas. 

    Produk keuangan tersebut berisiko rendah, dengan keuntungan yang diperoleh tetap dan kecil. 

    Sementara investor agresif atau yang gemar mencari cuan dalam menempatkan investasinya, cenderung untuk memilih instrumen berinvestasi saham dan mata uang asing

    Oya, penting untuk kita ketahui, investor dan pedagang itu berbeda, ya. Investasi biasanya dipertahankan selama bertahun-tahun hingga puluhan tahun. Sementara itu, pedagang adalah orang yang melakukan jual beli barang secara rutin, biasanya pedagang tidak memproduksi barang melainkan hanya mendistribusikannya saja.

    Meski pada satu sisi, investor dapat juga berperilaku sebagai pedagang, yakni, saat membeli dan menahan investasi.  

    Bagaimana cara menjadi investor?

    Merujuk pada referensi cara menjadi investor di pasar modal, yakni Bursa Efek Jakarta, Lifepal merangkumnya menjadi tiga langkah utama berikut. 

  • Siapkan dokumen pribadi. Dokumen yang disiapkan antara lain: KTP, NPWP, Buku Tabungan 
  • Isi formulir di perusahaan sekuritas dan membawa materai 6.000 untuk proses penandatanganan dokumen.
  • Setorkan dana awal ke nomor rekening dana investor untuk deposit dengan besaran dana tergantung kebijakan perusahaan sekuritas.
  • Perlu diketahui juga, perusahaan sekuritas yang dipilih baiknya adalah yang telah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Perusahaan sekuritas membantu kita melakukan transaksi jual beli saham yang dipilih. 

    Ini adalah bukti bahwa kita telah berinvestasi pada saham di perusahaan sekuritas. Rekening dana investor sebagai tempat kita untuk berinvestasi dalam jual beli saham. 

    1. Lebih berminat aktif atau pasif?

    Kita dapat memilih dua jenis investor apakah aktif dan pasif. Pilihan tersebut dilakukan berkaca pada tujuan investasi kita. 

    Apakah kita menginginkan keuntungan secara rutin dan nilai besar. Atau kita menginginkan keuntungan yang tetap, tapi nilai yang tidak besar.

    Pilihan tersebut akan mengerucut pada jati diri kita, apakah lebih menyukai peran yang pasif atau aktif. Keduanya akan mengadopsi berbagai strategi pasar dalam pilihannya.

    Seseorang atau perusahaan yang menjadi investor aktif dapat terlihat pada karakteristik berikut:

  • Bertindak sebagai manajer portofolio.
  • Selalu ingin mendapatkan pengembalian rata-rata pasar saham dan mengambil keuntungan penuh dari fluktuasi harga jangka pendek.
  • Ahli untuk mengetahui kapan masuk atau keluar dari saham, obligasi, atau aset apa pun.
  • Mampu menganalisis dan menentukan di mana dan kapan harga akan berubah.
  • Di sisi lain, karakteristik berikut akan menggambarkan pihak investor pasif.

  • Membatasi jumlah pembelian dan penjualan dalam portofolio mereka.
  • Umumnya mereka tahan godaan, jadi tidak terpancing melakukan penjualan saat harga sedang bagus dan membeli saat harga sedang rendah. 
  • Percaya pada indeks saat membuat keputusan keuangan berdasarkan, bukan kepada kondisi ekonomi terkini.
  • 2. Cari tahu investasi yang tepat!

    Bagi kamu yang pengin jadi investor, harus tahu instrumen investasi apa yang tepat buat kamu. Caranya, coba isi Kuis Profil Risiko Investasi dari Lifepal berikut ini:

    Strategi menanam modal sebagai investasi

    Sebelum benar-benar terjun berinvestasi, kita harus membuat strategi agar dapat sukses dalam berinvestasi. Strategi tersebut berguna untuk memandu kita untuk menentukan arah investasi dan membuat keputusan apabila dalam kondisi keuangan sedang tidak baik. 

    Bagaimana membuat strategi investasi? Cara sederhana di bawah ini dapat menjadi acuan untuk kita.

    1. Menentukan tujuan dan keinginan kita sendiri

    Apa tujuan utama dari kegiatan investasi yang kita lakukan, apakah untuk meraih dividen, kepemilikan perusahaan, atau berdagang saham. Tetapkan tujuan tersebut agar kita dapat mengukur jangka waktu, kapan harus mengakhiri investasi dan kembali memulainya. 

    2. Tentukan jangka waktu berinvestasi

    Setelah memastikan ketersediaan dana, maka yang kita harus lakukan selanjutnya adalah kapan memulai, mengambil keuntungan, dan mengakhirinya. Dalam membuat keputusan tersebut, ada baiknya kita mengetahui kondisi ekonomi terkini. 

    3. Menghadapi risiko

    Setiap tindakan keuangan selalu memiliki risiko atas kegiatan keuangan yang dilakukan. Sekali pun jenis investasi kita bersifat konservatif tetap ada risiko yang membayangi. Misalnya krisis ekonomi yang membuat investasi kita sulit untuk dicairkan atau dijual. Nah, pada situasi tersebut ada baiknya kita mulai menentukan rencana-rencana baru apabila terjadi risiko. 

    4. Mendengarkan narasumber atau penasihat keuangan

    Mendapatkan nasihat dari seseorang yang independen amat bagus. Ini akan menjadi masukan kita saat menentukan investasi. Sebab, dari orang tersebut baik narasumber atau perencana keuangan akan diketahui bagaimana prospek dan risiko dari investasi yang kita tanam. 

    5. Apakah kita mengincar pengembalian modal atau keuntungan?

    Tidak semua orang berinvestasi semata-mata demi keuntungan. Ada pula investor yang menanamkan uangnya sekadar untuk membagi-bagi keranjang investasi. Ingatlah idiom terkenal “jangan menaruh investasi pada satu keranjang saja, baiknya berikan ke keranjang lain. Agar aman investasi kita”. 

    Namun, apabila kita menginginkan keuntungan dari investasi yang ditanam, maka tidak salah juga untuk meraih cuan sebanyak-banyaknya. 

    Sudah jelas tentang pengertian dan cara menjadi investor? Nah, sekarang waktunya untuk mempraktikkannya, ya. Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap tentang tips-tips berinvestasi, jangan ragu untuk mengunjungi Lifepal.

    Tanya jawab seputar apa itu investor?

    Sederhananya, investor adalah orang yang melakukan investasi. Sementara investasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), didefinisikan sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. 

    Jadi, mengacu pada penjelasan di atas maka investor juga diartikan sebagai penanam uang atau modal, orang yang menanamkan uangnya dalam usaha dengan tujuan mendapat keuntungan. 

    Dalam pembahasan lain, investor juga diartikan sebagai seseorang yang menginginkan pengembalian uang yang lebih besar daripada yang dapat diberikan oleh deposito bank.

    Manfaat utama menjadi seorang investor tentu saja: mendapat keuntungan. Namun ada manfaat lain yang juga diperoleh antara lain:

    • Mengurangi tekanan inflasi terhadap aset 
    • Penghasilan bertambah
    • Nilai uang bertambah
    • Menyiapkan kebutuhan di masa depan
    • Merdeka finansial
    • Pensiun lebih siap
    • Melatih tanggung jawab dan belajar mengambil keputusan.

    Aktivitas yang berpotensi menaikkan nilai aset kita bisa disebut sebagai investasi. Beberapa contohnya adalah:

    • Deposito
    • Menabung atau menyimpan emas
    • Membeli properti
    • Trading saham
    • Reksa dana
    • Peer to peer lending.