Perjalanan Inspiratif Jahja Setiaatmadja, dari Akuntan Hingga Jadi Bos BCA

Jahja Setiaatmadja (IG fikarazmy)

Hampir sebagian besar kaum urban tahu, dan menabung di Bank BCA. Namun, belum tentu banyak yang mengetahui siapa direktur utamanya. Dia adalah Jahja Setiaatmadja,  Presiden Direktur Bank BCA, yang sebelum berada di posisinya saat ini harus merangkak dari nol.

Meski menjadi orang nomor satu di BCA, Jahja Setiaatmadja dikenal dengan karakternya yang low profile. Ia termasuk tipikal orang yang gak terlalu suka menonjolkan diri supaya dikenal banyak orang.

Seperti yang diungkap dalam buku Sang Dirigen: Perjalanan Jahja Setiaatmadja Hingga Menjadi CEO BCA, Jahja Setiaatmadja digambarkan sebagai orang yang rajin dan jujur. Saking baiknya, sampai-sampai ia gak menuntut bayaran tambahan walau dikasih tambahan pekerjaan.

Di bawah kepemimpinannya, BCA kini menjadi salah satu bank terkemuka. Melihat kesuksesannya tersebut, Jahja Setiaatmadja dinobatkan sebagai CEO of the Year dalam Indonesia Property & Bank Award 2016.

Di balik prestasinya tersebut, rupanya ada kisah menarik dari sosok Jahja Setiaatmadja. Penasaran seperti apa? Yuk simak ulasan mengenai kisahnya berikut ini:

1. Terlahir dalam keluarga gak mampu

Jahja Setiaatmadja lahir di Jakarta, 14 September 1955 dengan nama Tio Sie Kian. Ia menjadi anak satu-satunya (anak tunggal) dari pasangan Tio Keng Soen dan Tan Giok Kiem.

Saat menginjak usia 11 tahun, Jahja mengubah namanya menjadi Jahja Setiaatmadja. Nama yang dipilihnya ini mengandung makna ‘Jahja putra yang setia’.

Meski sang ayah berstatus sebagai karyawan di Bank Indonesia (BI), ia dan keluarganya tergolong keluarga gak mampu. Karena keterbatasannya itulah, Jahja mengurungkan niatnya melanjutkan kuliah di jurusan kedokteran.

2. Memilih kuliah jurusan ekonomi

Karena keterbatasan dana, Jahja mengubur impiannya kuliah di jurusan kedokteran ataupun teknik. Opsi yang tersedia baginya saat itu cuma kuliah di jurusan ekonomi. Itu pun atas saran sang ayah, karena biayanya terjangkau.

Jahja pun memilih kuliah di Universitas Indonesia (UI). Padahal, keinginannya saat itu berkuliah di Universitas Trisakti atau Tarumanegara. Karena situasinya yang kurang menguntungkan, pilihan yang masuk akan baginya adalah berkuliah di universitas negeri.

3. Jadi junior accountant di Pricewaterhouse

Jahja bisa disebut sebagai mahasiswa cerdas. Masuk UI pada tahun 1974, ia cuma butuhkan waktu 4,5 tahun untuk menyelesaikan pendidikannya di bangku kuliah. Padahal, rata-rata mahasiswa saat itu menyelesaikan kuliahnya dalam waktu lima tahun.

Setelah lulus, Jahja memilih berkarier di Pricewaterhouse sebagai junior accountant tahun 1979. Dari pekerjaannya tersebut, ia digaji Rp 60 ribu setiap bulannya.

Dedikasinya dalam bekerja patut diacungi jempol. Jahja diketahui gak menolak atau mengeluh kalau mendapat tambahan pekerjaan.

Bahkan, ia masih sempat-sempatnya cari penghasilan tambahan lewat penyewaan kaset video punya temannya. Itu dilakukannya karena merasa penghasilan di Pricewaterhouse belum mencukupi kebutuhannya.

4. Dari penyewaan kaset video, lalu bekerja di Kalbe Farma

Sepertinya Jahja Setiaatmadja gak menyangka bakal menyewakan kaset video ke Rudy Capelle, Direktur PT Kalbe Farma. Tertarik dengan tawaran Rudy, ia pun memutuskan pindah kerja ke Kalbe Farma.

Berkarier di Kalbe Farma sebagai akuntan pada tahun 1980, karier Jahja menunjukkan perkembangan yang bagus. Hingga ia dipromosikan menjadi senior manager atau chief accountant.

Jahja bahkan diberi tanggung jawab lebih dengan menduduki posisi direktur keuangan. Saat itu, usianya masih 33 tahun.

5. Menerima tawaran dari Grup Salim

Alih-alih menjadi pelabuhan terakhir, Jahja Setiaatmadja kepincut tawaran dari salah satu perusahaan Grup Salim pada 1989, yaitu Indomobil. Di perusahaan tersebut, Jahja menjabat sebagai direktur keuangan.

Melihat potensi yang dimilikinya, Jahja ditarik ke Bank BCA pada 1990 yang masih jadi bagian dari Grup Salim saat itu. Konsekuensinya, ia mesti turun pangkat menjadi Wakil Kepala Divisi Keuangan di BCA. Namun, itu terbayar dengan fasilitas yang diberikan kepadanya.

Karena kerja keras dan komitmennya, Jahja dipromosikan menjadi Kepala Divisi Treasury tahun 1996. Sewaktu BCA sedang terpuruk akibat krisis 1998, ia dipercaya menjabat Direktur tahun 1999 saat BCA berada di bawah Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Posisi sebagai direktur terus diembannya hingga ia dipercaya menjadi Wakil Presiden Direktur BCA, lalu Presiden Direktur BCA sejak 2011.

Itulah perjalanan kisah Jahja Setiaatmadja pernah merasakan gimana susahnya menjalani hidup sampai akhirnya bisa sukses seperti saat ini.

Selama berkarier, Jahja Setiaatmadja bersama Aswin Wirjadi membangun kembali BCA yang sempat kolaps. Beberapa perubahan diperkenalkannya mulai dari peluncuran mesin ATM hingga penggunaan kartu debit.

Sejak saat itu, BCA gak cuma sebagai bank penyimpan dana, tetapi sebagai medium transaksi. Pantas aja BCA bisa berjaya ya. Salut deh buat Pak Jahja!

Kamu memiliki pertanyaan seputar asuransi dan lain sebagainya? Tanyakan langsung pada ahlinya lewat fitur Tanya Lifepal!