Mengenal Sosok Nilam Sari, Wanita Tangguh Dibalik Suksesnya Kebab Baba Rafi

Mengenal Sosok Nilam Sari, Wanita Tangguh Dibalik Suksesnya Kebab Baba Rafi

Kebab identik dengan kuliner khas Timur Tengah. Begitulah stigma yang melekat di masyarakat begitu mendengar kata Kebab. Yang terbang pun adalah irisan daging berpadu dengan sayuran segar, rempah-rempah khas, dan dibalut dalam kerenyahan. Tahun 2000an sendiri misalnya, nama kuliner yang satu ini terdengar cukup asing di Indonesia.

Kata kebab berasal dari bahasa persia atau Arab yang berarti daging yang digoreng dan bukanlah daging yang dipanggang. Kata kebab berasal dari bahasa Arab tersebut berasal dari Aramaic kabbaba yang berasal dari daerah Akkadin kababu, berarti “membakar atau menggosongkan”.

Pada abad ke-14, kata kebab menurut kamus Lisan al’Arab memiliki persamaan kata dengan kata tabahajah yaitu kata dalam bahasa Persia untuk sajian sepotong daging yang digoreng. Kata dalam bahasa Persia tersebut lebih dikenal pada saat abad pertengahan, yang akhirnya kebab tersebut digunakan dalam buku-buku bahasa Arab. Kata kebab lebih sering digunakan pada saat ini dibandingkan saat di Turki yang sebelumnya menemukan kata shiwa untuk daging yang di panggang.

Namun, kebab tetap memegang teguh kata aslinya dengan menyajikan makanan seperti tas kebab (kebab dalam mangkuk). Sama dengan halnya daging panggang khas Egypt yang disajikan dengan bawang bombay lebih dikenal dengan istilah “kebab halla”.

Berbicara tentang bahan yang telah dibuat kebab yaitu terdiri dari daging yang biasanya digunakan yaitu daging domba, daging sapi, daging ayam dan juga daging ikan. Tentu, berbicara tentang bahan yang telah ada di dalam kebab ini dipercaya memiliki banyak manfaat dan khasiat bagi kesehatan tubuh.

Sejarah Kebab Turki Baba Rafi

Kebab Turki Baba Rafi (Dok: Nilam Sari).

Seiring berjalannya waktu, Kebab justru menjadi salah satu kuliner favorit. Siapa sih yang tak mengenal Kebab Baba Rafi? Berawal dari industri rumahan, kini menjelma menjadi bisnis yang sangat menggiurkan, bahkan hingga ke luar negeri.

Kebab Turki Baba Rafi bermula saat Nilam Sari, perempuan kelahiran Surabaya ini masih berusia 19 tahun. Kala itu, ia merintis bisnisnya ini bermodalkan uang Rp 4 juta saja. Lokasi untuk berjualan pun masih menggunakan garasi di rumah orang tuanya.

Tapi siapa sangka kini outlet Kebab Baba Rafi sudah tersebar hampir di 1300 titik. Termasuk juga sampai ke beberapa negara seperti Malaysia, Filipina, Cina, Srilanka, Brunei Darussalam, Singapura, dan Belanda.

Meski memulai bisnis tidak cukup mudah baginya, apalagi saat itu masih tergolong sangat muda, di usia belasan tahun, Nilam tak pernah patah semangat.

“Waktu itu saya memutuskan untuk menikah muda, punya anak, dan semua masih didukung dari orangtua. Cuma lama-lama berfikir gak bisa nih begini terus. Akhirnya saya saat itu memutuskan untuk menjual burger yang semua bahannya kami ambil dari one-stop-shop burger di Surabaya,” kata dia mengawali perjalanan karier berbisnisnya kepada MoneySmart belum lama ini.

Tetapi di kemudian hari, beberapa gerobak burger terpaksa harus masuk kandang karena tersaingi oleh merek burger yang kala itu sedang hits. Sempat merasa putus asa dan hilang harapan, Nilam mencoba terima tawaran dari keluarganya saat itu untuk pergi ke Qatar. Disana ia melihat beberapa gerobak yang ada di sudut trotoar menjual kuliner yang cukup menggugah selera, itulah kebab.

Darisana lah ide berjualan Kebab Turki muncul. Ia berpikir bahwa konsepnya hampir sama dengan bisnis sebelumnya yakni grab and go. Untuk penamaannya sendiri diambil dari nama anaknya yakni Rafi Darmawan. Dia meyakini bahwa nama tersebut akan membawa keberuntungan, dan benar saja.

Tantangan berbisnis

Kontainer Kebab Baba Rafi di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan (Dok: Nilam Sari).

Bukan bisnis kalau tidak diliputi dengan tantangan. Bahkan pendiri Kebab Baba Rafi sekalipun. Nilam merasa kala itu tantangannya lebih ke pengetahuan orang Indonesia akan makanan tersebut.

Kebab saat itu hanya familiar bagi Muslim yang sudah pernah ke Tanah Suci atau mengunjungi daerah Timur Tengah lainnya. Strategi saat itu, Nilam membagikan Kebab tersebut ke sanak saudara dan mereka merasa terlalu kuat aroma Timur Tengah, kurang pas untuk masyarakat Indonesia.

Setelah mendapatkan rasa yang cukup pas untuk lidah orang Indonesia, tantangan lain kembali menghampiri. Pengenalan kebab itu sendiri nyatanya gak semudah membicarakannya lho.

“Banyak konsumen yang mengira saya jualan martabak karena pakai gerobak putih pas awal-awal itu. Kemudian kita pasang gambar kebab di gerobak, dan lagi-lagi salah tafsir. Mereka mengira kami jualan lumpia, sampai lahirlah Kebab Turki Baba Rafi,” papar Nilam.

Dalam perjalanannya, bisnis tidak selalu mulus. Di tahun 2008, ketika hampir collapse, ia mengaku sempat hampir menyerah dan menyalahkan Tuhan. “Saya memikirkan kondisi perusahaan serta nasib ribuan karyawan yang ada di bawah saya. Satu hal yang membuat saya bangkit, pada waktu itu bapak saya berpesan, “Nilam, kamu harus kuat. Karena bisnis itu bukan tentang kamu sebagai pemilik perusahaan. Tapi bisnis adalah bagaimana kita berbagi value dan benefit pada orang lain.” Pesan itulah yang selalu saya ingat dan melekat pada diri saya sehingga saya bisa bertahan sampai sekarang.

Rambah pasar luar negeri

Kebab Turki Baba Rafi (Dok: Nilam Sari).

Untuk pasar luar negeri, Nilam mengatakan sama dengan manajemen di Indonesia, yakni menggunakan sistem franchise. “Biasanya mereka datang ke Indonesia. Kami bicara proposal, manajemen dan strategi penjualan di negara mereka. Ketika sudah deal dengan harga, kami bersiap buka disana.”

Setelah itu, dikatakan oleh Nilam pihaknya akan mensurvei sendiri lokasi dari negara tujuan. Mencari supplier sampai tester menu makanan. Menetapkan strategi juga dilakukan di Indonesia agar penjualannya sesuai target. “Mereka juga belajar seperti lokasi kantor di Jakarta. Mereka lakukan sama persis dan dibawa ke negara asal. Hanya saja menu yang kemudian akan mengikuti.”

Untuk bahan baku, bisa dipesan secara mid processing. Resep tetap dipegang oleh Nilam semua disiapkan dengan sistem pre order (PO). Hal itu tentu untuk memudahkan penjualan dan pengiriman bahan baku tentunya.

Produk unggulan

Kebab Baba Rafi (Dok: Nilam Sari).

Produk unggulan dikatakan Nilam masih seputar Kebab original. Meskipun dirinya telah menyiapkan beberapa varian seperti Black Kebab, Gandum, ataupun yang gluten free tetapi di Indonesia sendiri masih lebih laris yang original.

“Di Indonesia sendiri masih laku itu original dan black. Kalau gandum mereka belum aware, apalagi gluten free. Itu hanya laku di luar negeri seperti Belanda,” kata dia.

Selain menjual Kebab sebagai produk utama, Kebab Baba Rafi juga sudah merambah ke kuliner lain yang ramah anak seperti paket nasi. Ada juga nasi kebuli, hotdog, roti cane, juga burger. Juga Nilam mengatakan telah menambah inovasi produk kuliner lain seperti pempek mozarella. Dan yang sedang berjalan saat ini adalah produk Smokey Kebab dan Smokey Chicken.

“Kedepannya Smokey Chicken akan ikut meramaikan pasar kuliner di Indonesia. Sepertinya di bulan depan, atau tunggu undangan dari kita hehe,” tawa Nilam.

Selain produk bisa dibeli matang, Nilam juga menjual produknya secara daring seperti Frozen Kebab. Hal ini untuk mempermudah ibu rumah tangga yang sedang mencari camilan untuk buah hati mereka. Atau bisa juga digunakan untuk snack seperti arisan, pertemuan, meeting dan segala kepentingan lain.

“Varian rasa juga banyak, gak hanya daging, tetapi kami juga jual dalam bentuk buah-buahan yang mungkin lebih disukai anak-anak karena tidak pedas.”

Strategi pemasaran

Smokey Kebab (Dok: Nilam Sari).

Salah satu strategi pemasaran yang cukup membawa keuntungan adalah bekerjasama dengan ojek online. Saat ini, tipikal konsumen di Indonesia sudah berbeda. Banyak dari mereka yang lebih memilih untuk memesan makanan secara daring atau melalui ojek online. “Nah ini salah satu pemasukan kita terbesar ketimbang offline. Sekitar 30 persen nan lah,” tambah Nilam.

Sementara untuk penjualan frozen food Nilam mengatakan bisa dibeli melalui website babarafi-online.com. Disana kamu gak cuma bisa mendapatkan frozen kebab saja, tetapi camilan lain juga ada.

Untuk animo dari masyarakat sendiri akan kehadiran produk ini lumayan baik. Meski perekonomian sedang tidak baik, Nilam tetap meyakini bahwa Kebab Baba Rafi bisa terus eksis di kancah perkulineran Indonesia.

Menjadi seorang pebisnis wanita

Nilam Sari, Pemilik Kebab Baba Rafi (Dok: Pribadi).

Nilam berpesan, bahwa saat ini jangan takut untuk menjadi pebisnis wanita. Apalagi sekarang sudah banyak pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan untuk mengasah kemampuan mereka dalam berbisnis. Meski menjadi bisnis woman tidak semudah yang dibayangkan, setidaknya ada rasa bangga begitu berhasil mencapai target. Kuncinya tetap fokus dan upayakan bisa membagi waktu mana yang prioritas dan bukan.

“Satu hal lagi, kita sebagai pebisnis harus menjaga attitude. Dunia ini sempit, kita akan bertemu dengan orang yang itu-itu saja. Usahakan selalu berbuat baik agar bisa mendapatkan hal baik lainnya,” tambah dia.  

Ke depan, setelah perceraiannya dengan suami pada 2017 lalu membuat Nilam harus putar otak mengubah nama Kebab Baba Rafi perlahan. Meski belum go public, hingga saat ini sedikit demi sedikit Smokey Kebab nama yang akan menggantikan Kebab Baba Rafi sudah dikenalkan kepada publik. “Insya allah dengan nama baru ini kita akan lebih bergerak cepat dan adaptif mencapai target 2019.”

Kesuksesan bisa diraih kalau kamu tetap fokus dan semangat dalam membangun bisnis yang saat ini sedang digeluti. Kesuksesan tidak pernah datang tiba-tiba tanpa adanya proses, jadi jangan pernah berkecil hati kalau saat ini bisnismu belum terkenal seperti Kebab Baba Rafi ini.

Nah bagaimana nih, apakah kamu tertarik menjadi pebisnis seperti Nilam Sari?