Kerja Tim atau Sendiri, Siapa Takut! Simak yang Ini Deh

belajar bahasa inggris

Biasanya dalam lowongan kerja ada syarat sanggup bekerja secara individual atau kelompok/tim. Iya kan? Artinya, syarat itu tuntutan. Tuntutan punya skill yang fleksibel.

Ketika situasional menuntut seseorang harus bekerja sendiri tanpa pengawasan, dia sanggup. Di saat bersamaan pula mesti piawai kerja secara kelompok karena lagi-lagi tuntutan pekerjaan.

Kebanyakan perusahaan mengharuskan karyawannya bisa bekerja secara tim ketimbang individual. Alasannya, kerja model teamwork dipercaya hasilnya lebih optimal. Beban kerja bisa dibagi ke beberapa orang.

Menjatuhkan pilihan pada kerja tim atau sendiri ada konsukuensi plus minusnya. Plusnya kerja tim itu bakal mudah mencari solusi ketika berhadapan dengan masalah besar.

Minusnya, justru masalah ada di tiap kepala anggota tim yang punya pemikiran beda-beda. Bila tak juga diatasi, perbedaan itu jadi sumber perpecahan.

Lain halnya jika kerja sendiri. praktis mengandalkan isi kepalanya seorang ketika dihadapkan pada hal yang besar dan kecil. Solusi yang diambil biasanya itu-itu aja dan tak berkembang.

Problemnya, tak semua orang luwes dalam hal ini. Ada sebagian yang nyaman bekerja sendiri. Golongan ini merasa lebih fokus kalau semua pekerjaan dituntaskan seorang diri.

Ketika dipaksakan bekerja secara teamwork malah hasilnya jadi berantakan. Sebaliknya, begitu dibiarkan kerja sendiri output-nya malah memuaskan.

Kenapa bisa begini? Lagi-lagi kembali ke karakter atau kepribadian si pekerjanya. Misalnya yang punya sifat introvert selalu diasumsikan suka kerja sendiri. Alasannya, dia punya kadar pemalu ‘berlebih’.

Bandingkan yang punya sifat ekstrovert yang punya kemampuan sosial yang baik, banyak teman, komunikatif, dan ceria. Bisa jadi nyaman diajak kerja secara tim.

Terus situ tipe yang mana? Tipe one man show? Kenapa suka kerja sendiri? kenapa malas libatkan orang lain? Kalau punya tipikal seperti di bawah ini, jawabnya sudah pasti: senang kerja sendiri. Apa saja tipikal itu?

1. Ego tinggi

Karena ego yang gede, dia selalu pede kerja sendiri karena yakin sanggup menyelesaikan semuanya sendiri tanpa mau sedikit pun berbagi. Lebih dari itu, dia ingin menunjukkan kalau bisa sukses tanpa bantuan orang lain.

2. Perfeksionis

Pekerja tipikal ini bakal merasa frustasi kalau bekerja dalam tim. Apalagi kalau dia mengganggap level skill anggota tim di bawahnya. Maka itu, dia lebih suka bekerja seorang diri agar hasilnya sempurna dengan ukuran yang dibuatnya sendiri.

3. Well-organized

Pokonya tipikalnya piawai bikin planning dengan matang dan terorgansir. Dia selalu patuh dengan perencanaan yang dibuatnya. Pekerja dengan tipikal ini agak susah kerja tim karena bakal bentrok dengan yang lain bila beda pendapat soal perencanaan.

4. Temperamental

Bagi yang enggak suka sabaran ketika berhadapan dengan orang lain, rada susah kerja tim. Dia menilai cara kerja orang lain lelet dan tak bisa mengimbangi dirinya.

5. Rasa tidak aman

Bekerja itu selalu diidentikkan dengan kompetisi. Siapa yang terbaik dia yang menang. Wajar ketika kolega kerja dianggap rival dan membuatnya tidak aman dalam posisi yang dipegang sekarang.

Siapa yang nyaman kerja tim?

Seperti yang ditulis sebelumnya, dunia kerja zaman sekarang hampir semuanya mengandalkan kerja tim. Kenapa? Ya karena tiap orang punya talent yang beda-beda. Perbedaan ini yang membuat mereka punya spesialisasi masing-masing.

Ada yang jago di hitung-hitungan, ada yang menang di skill teknik, terus bagus di sisi kreatif. Bayangkan kalau semuanya dijadikan satu, wah bakal dahsyat hasilnya. Mereka yang punya spesialisasi tertentu cocoknya kerja dalam tim untuk mencapai hasil maksimal.

Selain itu, pekerja dengan tipikal suka penolong juga pas diajak kerja secara tim. Harus diakui, si penolong memegang kunci peranan dalam kerja tim.

Satu lagi, orang yang enggak ambisius juga asyik kerja dalam tim. Dia enggak suka menonjolkan diri dan merasa semua prestasi kerja adalah hasil kerja bareng.

The last, situ masuk tipikal yang mana nih?