Dulu Bikin Pelana Kuda, Ini Kisah Hermes Jadi Tas Favorit Orang Kaya

tas hermes

Siapa yang gak tahu sama tas Hermes? Ini adalah tas mewah buatan Prancis yang digilai oleh kaum sosialita di mana pun, termasuk sosialita tajir asal Indonesia. Keluarga Hermes yang mendirikan brand ini berhasil memiliki kekayaan Rp 718 triliun dari bisnisnya ini.

Harga tas ini mahal banget, dan tentu aja cuma bisa dimiliki orang-orang kaya. Contohnya aja pengacara kondang yang saat ini ditahan KPK, Fredrich Yunani. Pada satu kesempatan dia pernah bilang punya tas Hermes seharga Rp 1 miliar.

Kalau dipikir-pikir, kenapa ya tas ini bisa laris manis gitu, padahal kan harganya mahal banget? Apakah jumlah orang kaya di dunia ini memang bertambah?

Gimana kalau kita simak aja cerita di balik kesuksesan tas Hermes ini? Berikut ulasan lengkapnya.

Sejak awal didirikan, target pasar produknya adalah bangsawan

Saat merek ini didirikan di abad ke-19, Hermes gak menjual tas, melainkan peralatan berkuda, lebih tepatnya pelana kuda yang jadi langganan para bangsawan.

Pendiri brand ini adalah Thierry Hermes, seorang keturunan Jerman-Prancis.

Keluarga Hermes memutuskan buat menetap di Negeri Mode pada 1828 silam. Pada tahun 1837, mereka memulai usahanya.

Pada tahun 1880, bisnis tersebut diambil alih oleh putra Hermes bernama Charles-Emile. Pelana kuda yang mereka produksi akhirnya bisa dijual secara ritel ke negara lain, sebut aja seperti ke Afrika Utara, Rusia, Asia, hingga Amerika.

Mulai memproduksi pakaian dan aksesoris pada tahun 1918

Tepat pada tahun 1918, Hermes pun dipimpin oleh generasi ketiga keluarga ini. Lebih tepatnya oleh Adolphe dan Emile-Maurice.

Selain udah berhasil menjadi klien Tsar Rusia, mereka juga mulai memproduksi pakaian dan aksesoris lainnya. Saat itu Hermes juga memproduksi jaket golf eksklusif pertama yang menggunakan resleting. Jaket itu dipakai oleh Pangeran Edward dari Wales.

Pada era inilah Hermes melakukan pengembangan usaha yang cukup signifikan. Mereka pun merekrut tiga menantu keluarga Hermes buat menjalankan bisnis. Mereka adalah Robert Dumas, Jean-Rene, dan Francis Puec.

Tepat pada 1922, tas Hermes meluncur atas gagasan Emile-Maurice. Maurice pun bikin koleksi handbag buat dirinya sendiri.

Mulai di dekade itu pulalah, Hermes mulai terlihat fokus ke bisnis pakaian. Mereka juga berhasil membuka toko di Amerika Serikat.

Mulai fokus jualan tas, perhiasan, dan aksesoris

Sepeninggal Emile-Maurice pada tahun 1951, Robert Dumas ditunjuk buat memimpin perusahaan. Dumas sejatinya bukanlah keturunan langsung keluarga Hermes, dia cuma seorang menantu tapi tetap diminta mengurus bisnis.

Dumas mengubah namanya menjadi Robert Dumas-Hermes. Di tahun itu pulalah, perusahaan Hermes menggunakan logo kereta kuda buat kemasan produknya.

Dumas juga mulai berfokus jualan tas, perhiasan, dan aksesoris, hingga scarf dari sutera. Pokoknya aksesoris mewah buat orang tajir banget deh.

Pada tahun 1956, aktris asal Amerika Serikat Grace Kelly turut mempopulerkan tas ini. Ceritanya, ketika dia menikah dengan Pangeran Rainier III dari Monako, Grace difoto menenteng tas Hermes Sac a depeches.

Alhasil tas itu pun disebut dengan nama tas Kelly dan jadi populer ketika Grace Kelly wafat.

Jean Louise Dumas menjadikan brand Hermes lebih maju

Sepeninggal Robert, perusahaan ini akhirnya diwariskan ke Jean Louise Dumas, putranya. Berbeda dengan sang ayah, Jean Louise merupakan cicitnya Thierry Hermes.

Bisa dibilang, Jean Louise Dumas gak cuma bikin tas Hermes ngetop, tapi juga bikin terobosan baru. Sebut aja seperti jaket motor kulit ular hingga jam tangan La Montre Hermes dan peralatan makan seperti piring, sendok, garpu, dan sebagainya.

Pada 1990, perusahaan ini mengalami perkembangan yang cukup serius, terutama karena peralatan makan yang mereka produksi dengan material porselen dan kristal.

Pada 1993, Hermes pun resmi melantai di bursa saham. Mereka menawarkan 425 ribu sahamnya dengan harga US$ 55 per lembar. Meski udah melantai, kabarnya keluarga Hermes pada saat itu masih menguasai 80 persen saham perusahaan ini.

Keputusannya buat IPO pada saat itu juga ditujukan buat meredakan ketegangan antar keluarga Hermes soal kepemilikan saham. Dan ketika itu pulalah keluarga asal Prancis ini masuk ke jajaran keluarga terkaya di dunia versi majalah ekonomi kenamaan Forbes.

Produk mereka juga jelas mengalami perkembangan. Mereka mulai memproduksi parfum dan bekerja sama dengan desainer-desainer kondang.

Era kepemimpinan Axel Dumas

Singkat cerita, pada tahun 2013 perusahaan ini akhirnya dipegang oleh Axel Dumas yang merupakan keponakan dari Jean Louise Dumas. Axel Dumas baru bergabung di Hermes pada 2003, lebih tepatnya di divisi audit.

Jadi bisa dibilang saat ini Hermes udah dipimpin oleh generasi keenam keturunan Thierry Hermes.

Pada era kepemimpinan Axel Dumas ini, Hermes terlihat aktif dengan berkolaborasi bersama brand-brand lain.

Gak dipungkiri, Dumas naik di saat Hermes harus bergelut dengan kompetitor utamanya, Louise Vuitton, yang dipimpin Bernard Arnault.

Seperti itulah perjalanan merek Hermes yang ikonik di kalangan sosialita.

Salah satu kunci kesuksesan mereka adalah konsisten pada target market utamanya, yaitu kelas menengah ke atas.

Ketika konsistensi terjaga, maka brand image tas Hermes bakal terbentuk dengan sendirinya. Dan itulah yang bikin brand ini cukup kuat.