Gak Nyangka! Ini Kerjaan Louis Vuitton Sebelum Punya Bisnis Fashion

Gak Nyangka! Ini Kerjaan Louis Vuitton Sebelum Punya Bisnis Fashion

Atlet-atlet bulutangkis Indonesia ditraktir belanja Louis Vuitton (LV) oleh seorang miliarder berkat tampil gemilang di Asian Games 2018. Fotonya viral di media sosial.

Seperti yang kita tahu, LV merupakan salah satu brand fashion ternama dengan harga yang cukup tinggi. Tasnya aja dibanderol mulai dari puluhan juta.

LV pernah menjadi brand fashion paling bernilai pada 2017 versi situs Interband. Sementara dalam kategori umum alias Best Global Brands, ia menempati urutan ke-19. Posisinya berhasil menyaingi merek populer lain semisal Gucci dan Hermes.

Louis Vuitton sendiri diambil dari nama pendirinya. Ia adalah perancang barang-barang kulit paling terkenal di Perancis pada masanya.

Meski telah lama meninggal dunia, perusahaan LV tetap bertahan hingga ratusan tahun.

Bermula dari kerja serabutan

Louis Vuitton. (Wikimedia Commons)
Louis Vuitton. (Wikimedia Commons)

Louis Vuitton adalah anak petani dan tukang giling. Pada suatu hari dia mengalami kekerasan oleh ibu tirinya sendiri. LV pun memutuskan buat kabur dari rumah.

Louis Vuitton nekat merantau ke Paris tanpa punya pekerjaan apa pun. Di sepanjang perjalanan menuju Paris, LV bekerja serabutan demi bisa melanjutkan hidup dan perjalannya.

Setibanya di Paris, LV bekerja sebagai pengepak koper. Pada saat itu bisnis ini lagi ramai-ramainya. Orang-orang kaya dulu suka menitipkan koper kalau berangkat liburan. Mereka enggan membawanya sendiri.

Menjadi pengepak koper pribadi bangsawan

Melalui pekerjaan inilah Louis Vuitton jadi berhubungan langsung dengan para bangsawan hingga diangkat sebagai pengepak kotak pribadi Ratu Perancis Eugenie de Montijo, yang gak lain merupakan istri Napoleon Bonaparte.

Selain mengepak, LV juga diminta bikin kotak pakaian buat dibawa bepergian. Profesi ini semakin bikin da dikenal oleh orang-orang kelas wahid.

Mendirikan perusahaan sendiri

Setelah menikah, Louis Vuitton mendirikan perusahaan pembuat koper sendiri. Koper pertama yang ia produksi langsung terkenal dan ditiru banyak orang.

Saat itulah George Vuitton, anaknya, memberi ciri khas pada tiap produk-produk ciptaan sang bapak biar gak bisa ditiru. Maka terciptalah bulatan berisi bunga dan bintang bersudut empat yang kini menjadi ikon Louis Vuitton.

Apa sampai situ aja? Enggak dong. Udah jadi brand fashion dunia, ini strategi bisnis Louis Vuitton lain yang jarang ada pada brand pada umumnya:

1. Menggabungkan tradisi dan inovasi

Saat pertama kali berdiri, pelanggan dapat melakukan personalisasi pesanan serta memesan desain khusus. Kebijakan ini masih berlaku hingga saat ini.

Louis Vuitton melebarkan sayapnya gak cuma pada produksi koper atau peti, namun juga barang-barang fashion seperti pakaian, sepatu, parfum, jam tangan, hingga buku.

2. Menawarkan kualitas tinggi

Buat menjaga kualitas, produksi LV memadukan teknik manual dengan teknologi. Produk dikerjakan oleh tangan-tangan ahli sehingga kualitas terjaga, sementara teknologi dipakai buat memastikan kesamaan kualitas antar produk.

Louis Vuitton menghindari banget produksi massal seperti brand-brand kelas menengah ke bawah.

3. Semakin eksklusif dengan seri edisi terbatas

LV sering mengeluarkan seri produk dalam jumlah yang terbatas. Strategi ini bikin pelanggan takut kehabisan sehingga gak berpikir panjang buat segera membeli.

Di sisi lain,  barang yang diproduksi secara terbatas juga bisa menjadi daya tarik buat pembeli. Mungkin hitung-hitung investasi.

4. Cuma dijual di toko khusus

Pembeli gak bisa dapat produk brand ini di sembarang tempat. Maklum, LV emang gak memasarkan produknya di sembarang toko, termasuk department store.

Dengan strategi ini, pelanggan harus menuju langsung ke toko resminya. Strategi ini bikin Louis Vuitton menjadi produk yang mewah sekaligus eksklusif.

5. Gak pernah mengadakan sale

Sepanjang sejarah Louis Vuitton berdiri, mereka gak pernah mengadakan sale atau diskon harga. Strategi ini bikin mereka dipandang sebagai merek yang mewah. Kebijakan ini beda dengan, misalnya, Hermes dan Chanel.

Strategi Louis Vuitton ini bikin produk-produknya jadi barang mewah yang bisa bertahan hingga ratusan tahun. Bisa ditiru nih buat bisnis yang sedang kamu jalankan.