Terus Konsisten Berikan Cuan, Ini Lho Emiten-emiten Bank yang Masuk LQ45

Terus Konsisten Berikan Cuan, Ini Lho Emiten-emiten Bank yang Masuk LQ45

Indeks Saham LQ45 menjadi salah satu indeks yang direkomendasikan buat yang pengin berinvestasi saham. Sebab emiten-emiten yang masuk daftar indeks ini telah melalui seleksi kriteria dari Bursa Efek Indonesia atau BEI.

Sebagai informasi aja nih buat kamu yang belum tahu, Indeks Saham Liquid 45 atau Saham LQ45 adalah indeks saham hasil seleksi BEI yang memasukkan 45 emiten berdasarkan tingginya volume transaksi perdagangan saham itu sendiri.

Bisa dipastikan emiten yang masuk daftar Indeks Saham LQ45 adalah saham yang punya kapitalisasi yang besar.

Saham-saham dengan kapitalisasi besar tersebut nantinya diseleksi lagi berdasarkan ukuran:

  • Masuk 60 perusahaan dengan kapitalisasi pasar tertinggi selama 1-2 bulan terakhir.
  • Masuk 60 perusahaan dengan transaksi tertinggi selama 12 bulan terakhir.
  • Tercatat di BEI minimal selama 3 bulan.
  • Punya kondisi keuangan, prospek pertumbuhan, dan nilai transaksi yang bagus.
  • Dari hasil seleksi tersebut, didapat beberapa emiten saham yang layak masuk daftar Indeks Saham LQ45. Beberapa di antaranya adalah emiten perbankan yang konsisten menghasilkan untung.

    Dijamin deh emiten-emiten perbankan tersebut pas banget dimiliki buat investasi. Apa aja pilihannya? Yuk, disimak berikut ini seperti yang dikutip dari IDX.

    1. Bank Rakyat Indonesia atau BBRI

    Bank Rakyat Indonesia atau BBRI bakal memberikan banyak keuntungan buat kamu, (Ilustrasi/Shutterstock).

    Sejak melantai di Bursa Efek Indonesia tahun 2003, saham Bank Rakyat Indonesia atau BRI punya kecenderungan terus menanjak dari tahun ke tahun. Gak heran kalau saham ini bisa masuk daftar Indeks Saham LQ45 karena pergerakannya yang progresif.

    Bank BRI sendiri secara resmi melakukan penawaran saham perdana atau IPO di BEI pada 10 November 2003. Di bawah underwriter Bahana Securities dan UBS Securities Indonesia, saham perdana BBRI saat itu dijual dengan harga Rp 875 per lembar.

    Di tahun 2017, harga saham BBRI telah berada di angka Rp 15.400 per lembar. Kebayang bukan gimana untungnya punya saham bank BUMN ini sejak 2003? Pada 2017 pula, saham BBRI di-stock split atau dipecah dengan harga jual per lembar Rp 3.000.

    Kini harga saham BRI berada di angka sekitar Rp 3.800 – Rp 3.900 per lembar. Gak menutup kemungkinan bank yang 56 persen dari keseluruhan sahamnya dimiliki Negara bakal terus menanjak seiring meningkatnya income dan revenue yang dihasilkan.

    2. Bank Mandiri atau BMRI

    Bank Mandiri atau BMRI setiap tahunnya mengalami kenaikan, (Ilustrasi/Shutterstock).

    Saham bank BUMN yang masuk daftar Indeks Saham LQ45 ini juga gak kalah menarik. Pergerakannya terus menanjak selama 10 tahun terakhir. Wajar aja kalau volume transaksi saham ini cukup tinggi.

    Saham Bank Mandiri mulai tercatat di BEI dengan kode BMRI tahun 14 Juli 2003. Saat itu harga perdana atau IPO emiten ini Rp 675 per lembar.

    Sama seperti BRI, saham Bank Mandiri juga di-stock split atau dipecah pada 2017. Ketika itu harga saham ini telah mencapai Rp 13.000 per lembar. Setelah dipecah, saham BMRI diperdagangkan di angka Rp 6.600 per lembar.

    Sejak dipecah, saham BMRI kini berada diperdagangkan di angka Rp 7.500 – Rp 7.600 per lembar. Dari informasi yang diperoleh RTI Business, income terus bertumbuh dan peluang BMRI tembus di harga puluhan ribu per lembar bukanlah mustahil.

    3. Bank Negara Indonesia atau BBNI

    Bank Nasional Indonesia atau BBNI, (Ilustrasi/Shutterstock).

    Masih saham bank BUMN, saham Bank Negara Indonesia atau BNI juga layak dimiliki sebagai pilihan investasi. Emiten dengan kode BBNI ini konsisten bercokol di daftar Indeks Saham LQ45.

    Dibandingkan dengan BRI dan Bank Mandiri, Bank BNI lebih dulu tercatat namanya di bursa dengan kode BBNI pada 25 November 1996. Waktu itu harga IPO Bank BNI berada di angka Rp 850 per lembar.

    Harga per lembarnya yang cenderung naik membawa saham BBNI kini berada di angka Rp 8.900 – Rp 9.000 per lembar. Dari income statement yang tercatat di RTI Business, revenue Bank BNI terus naik. Tentu aja ini menjadi kabar baik buat yang koleksi saham bank ini.

    4. Bank Tabungan Negara atau BBTN

    Saham bank BUMN yang masuk daftar Indeks Saham LQ45, yaitu saham Bank Tabungan Negara atau BTN, (Ilustrasi/Shutterstock).

    Satu lagi nih saham bank BUMN yang masuk daftar Indeks Saham LQ45, yaitu saham Bank Tabungan Negara atau BTN. Bank yang 60 persen keseluruhan sahamnya dimiliki negara ini layak dikoleksi buat investasi.

    Bank BTN mulai mencatatkan diri di bursa sejak 17 Desember 2009. Saat itu harga perdana atau IPO saham di angka Rp 800 per lembar.

    Bank yang dikenal sebagai bank pemberi KPR ini terus mencatatkan pertumbuhan revenue dari tahun ke tahun. Karena itulah, harga jual per lembarnya kini berada di angka Rp 2.500 – Rp 2.600 per lembar.

    5. Bank Central Asia atau BBCA

    Satu-satunya bank swasta Indonesia yang namanya konsisten di Indeks Saham LQ45 adalah Bank Central Asia atau BCA, (Ilustrasi/Shutterstock).

    Satu-satunya bank swasta Indonesia yang namanya konsisten di Indeks Saham LQ45 adalah Bank Central Asia atau BCA. Dibandingkan dengan harga saham bank-bank lainnya, harga saham emiten yang berkode BBCA ini lebih tinggi, yaitu sekitar Rp 27.400 per lembar.

    Asal tahu aja nih, harga perdana atau IPO saham BCA itu berada di angka Rp 1.400 per lembar. Harga tersebut tercatat pada 31 Mei 2000.

    Kenaikan yang sungguh luar biasa bukan dalam waktu 18 tahun? Sama seperti bank-bank lainnya, kenaikan harga saham ini gak lepas dari pertumbuhan revenue dan net income yang dicatatkan bank ini dari tahun ke tahun.

    Padahal, bank ini sempat kolaps gara-gara krisis 1998. Berkat pembenahan sana sini, bank swasta ini akhirnya bangkit dan menunjukkan perkembangan yang luar biasa.

    Nah, itu tadi emiten-emiten bank yang namanya tercatat dalam Indeks Saham LQ45. Karena harga sahamnya cenderung naik dan income-nya yang terus bertumbuh, gak heran kalau saham-saham tersebut disarankan banget buat investasi, terutama khusus pemula.

    Makin banyak dan makin lama mengoleksi saham ini, gak menutup kemungkinan untung atau cuan yang diperoleh bakal makin besar lho. Kepengin punya saham-saham bank tersebut? Segera deh beli sebelum harganya udah ketinggian. (Editor: Mahardian Prawira Bhisma).