Investasi Emas atau Reksadana, Lebih Untung Mana?

reksadana bri

Emas atau reksadana adalah dua instrumen yang dapat jadi pilihan untuk mulai berinvestasi karena risikonya cukup kecil, namun prospek imbal hasilnya menarik. Investasi emas atau reksadana bisa dicicil sedikit demi sedikit sehingga bisa dilakukan semua kalangan. 

Baik investasi emas atau reksadana, keduanya termasuk dalam kategori investasi jangka panjang meski dapat ditarik dalam bentuk cash kapanpun kita mau. 

Sebagai investasi jangka panjang, idealnya kedua investasi ini disimpan dalam waktu lima tahun atau lebih kecuali untuk jenis reksadana tertentu. 

Emas merupakan instrumen investasi yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia sejak dulu. Sementara reksadana terutama jenis reksadana pasar uang sering kali jadi batu loncatan investor pemula untuk masuk ke pasar modal. 

Sebagai investor pemula, mungkin kamu bingung memilih antara investasi emas atau reksadana pasar uang. Ulasan ini mencoba mengulas bagaimana sih prospek imbal hasil kedua jenis instrumen investasi tersebut. 

Fakta tentang investasi emas atau reksadana

Meski masuk dalam kategori investasi dengan profil risiko rendah, bukan berarti emas dan reksadana dapat dibeli dan ditinggal begitu saja. Terutama pada reksadana, instrumen investasi ini perlu dibeli dengan cermat dan dipantau kinerjanya secara berkala. 

Sebagai instrumen investasi, keduanya mengandung risiko penurunan nilai. Harga emas dipengaruhi terutama oleh kondisi ekonomi dunia sementara reksadana bergantung pada kinerja portofolio di dalamnya. 

Karena itulah emas dan reksadana disarankan untuk disimpan dalam jangka waktu panjang mengingat dalam jangka pendek masih mengalami fluktuasi harga. Baik emas dan reksadana disukai karena menawarkan imbal hasil yang lumayan, lebih besar dari bunga deposito.  

Waktu tepat investasi emas atau reksadana

Kapan waktu yang tepat untuk berinvestasi? Sebenarnya, investasi perlu dilakukan sedini mungkin saat masih muda namun perlu dilihat waktu yang tepat untuk masuk. 

Dalam kaitannya dengan keuangan pribadi, kamu perlu memperhatikan faktor kesehatan finansial mu terlebih dulu sebelum mulai berinvestasi. Ada baiknya kamu menyiapkan dana darurat sehingga enggak mudah narik kembali uang yang udah diinvestasikan. 

Ini penting agar kamu bisa konsisten berinvestasi namun punya cadangan uang yang bisa diambil jika sedang dibutuhkan. Kamu juga perlu mempertimbangkan faktor tren dan kondisi ekonomi global untuk memilih instrumen investasi yang tepat. 

Perbedaan investasi emas dan reksadana

Emas masuk dalam kategori komoditi berjangka yang dijual di bursa berjangka sementara reksadana adalah salah satu produk dari pasar modal. Portofolio investasi di dalam produk reksadana biasanya terdapat saham yang dijual di bursa saham atau bursa efek. 

Dari segi popularitas, emas jauh lebih populer dari reksadana. Kebanyakan orang masih takut untuk investasi reksadana karena faktor risikonya, terutama jika dihubungkan dengan reksadana saham. 

Berinvestasi emas cenderung pasif, dalam arti kita hanya perlu membelinya sekarang dan menunggu sampai harganya naik. 

Reksadana pun begitu namun masih perlu melakukan analisa seperti mempelajari kredibilitas manajer investasi. kinerja portofolio sampai memilih reksadana mana yang tepat. 

Minimum investasi

Investasi Emas

Harga emas Antam batangan pada 10 Juli 2020 adalah Rp937.000 per gram. Namun, bukan berarti itu adalah minimum uang yang perlu disiapkan agar kita bisa berinvestasi. 

Investasi emas dapat dilakukan dengan metode mencicil di Pegadaian dengan minimum pembelian mulai dari 0,01 gram aja. Selain di pegadaian, sekarang banyak bermunculan platform investasi emas online yang bisa dibeli dengan harga Rp10.000. 

Berinvestasi emas dengan mencicil membutuhkan biaya tambahan.  Seperti biaya penitipan emas di Pegadaian sebesar Rp30.000 dan biaya administrasi Rp10.000. 

Reksadana pasar uang

Investasi reksadana pun dapat dimulai dengan modal yang terbilang kecil. Perbedaan minimum pembelian reksadana tergantung jenis dan kebijakan manajer investasinya. 

Produk reksadana pasar uang PT Danareksa Investment Management yang dijual di Bareksa misalnya, minimal pembeliannya cuma Rp10.000. Tapi umumnya reksadana dijual dengan minimal pembelian Rp100.000 seperti produk reksadana pasar uang dari  PT Sucorinvest Asset Management yang juga dijual di platform Bareksa. 

Dengan minimal pembelian yang kecil jadi tidak terlalu memberatkan, bukan?

Bentuk fisik

Investasi Emas

Emas lebih populer karena secara fisik sudah diketahui oleh masyarakat. Emas bisa dipakai dalam bentuk perhiasan maupun disimpan dalam bentuk batangan.

Boleh saja kita menyimpan emas di rumah sendiri asalkan berada di tempat aman. Ini tentu akan menghilangkan biaya penitipan jika dibanding harus menabung emas di Pegadaian. Tetapi, perlu diingat menyimpan emas mengundang risiko kejahatan. 

Reksadana Pasar Uang

Investasi reksadana secara fisik memang tidak terlihat. Pada reksadana pasar uang, dana kelola investasi difokuskan pada instrumen pasar uang seperti surat utang, deposito, dan obligasi. 

Saat membeli reksadana, itu berarti kita sedang membeli unit penyertaan (UP) produk reksadana tersebut. Keikutsertaan pada produk reksadana dapat dilakukan dengan membeli sejumlah unit penyertaan atau sejumlah uang uang dikonversikan ke dalam unit penyertaan. 

Di platform seperti Bareksa atau Bibit, umumnya investor membeli reksadana dengan nominal rupiah tertentu kemudian sistem akan menghitung berapa unit penyertaan yang kita dapatkan.  

Return

Emas

Harga emas mengalami peningkatan pesat terutama saat terjadi krisis atau kelesuan ekonomi seperti yang terjadi pada saat Pandemi COVID-19. Menurut CNBC Indonesia, harga emas dunia sudah mencapai level tertingginya sejak 9 tahun terakhir di angka 1.800/troy ons pada Rabu 8 Juli lalu. 

Bank Investasi Goldman Sachs memprediksi harga emas akan mencapai 2.000/troy ons dalam waktu 12 bulan ke depan. Bahkan, salah seorang pendiri Myrmikan Capita memprediksi harga emas dunia dapat mencapai 10.000/troy ons atau sekitar US$ 322 per gram. Bila dikonversikan ke rupiah sekitar Rp4,5 juta per gram. 

Pada akhir Desember 2019, harga emas masih berada di angka Rp762.000 berdasarkan data yang dikutip dari Beritagar.id. Jika mengacu harga emas pada 10 Juli sebesar Rp937.000, maka investor emas setidaknya sudah untung  Rp175.000 per gram atau 18,68 persen. 

Tentu kenaikan sebesar itu tidak terjadi setiap tahun. Ada masa – masa di mana harga emas cenderung stagnan bahkan menurun. Menurut analisa Warta Ekonomi, rata – rata kenaikan emas adalah 10% per tahun, masih lebih besar dari rata – rata inflasi sebesar 4,7%. 

Reksadana pasar uang

Dengan adanya Pandemi COVID-19, proyeksi imbal hasil reksadana pasar uang juga terpengaruh. Salah satunya karena suku bunga acuan yang turun sehingga menurunkan potensi imbal hasil deposito yang merupakan bagian dari portofolio reksadana pasar uang.  

Meski demikian, analis yakin reksadana pasar uang masih bisa tumbuh 4,8 – 5 persen di tahun 2020. reksadana pasar uang memang memiliki imbal hasil yang tidak terlalu besar namun banyak dipilih karena resikonya kecil. 

Karena risikonya kecil dan bisa ditarik kapanpun, reksadana pasar uang sering kali dijadikan instrumen investasi untuk menempatkan dana darurat. 

Mana yang lebih untung?

Bila melihat uraian di atas, kamu sudah dapat menghitung sendiri instrumen mana yang lebih menguntungkan. Pada akhirnya, kamu perlu menyesuaikan portofolio investasi dengan tujuan keuangan kamu sendiri. 

Ketidakpastian ekonomi yang diprediksi masih akan terjadi dalam beberapa bulan atau tahun ke depan berpotensi terus mendongkrak harga emas.Trend pasar modal yang sedang fluktuatif dapat berpengaruh pada reksadana termasuk reksadana pasar uang. 

Kesimpulan

Investasi emas atau reksadana sama-sama memiliki potensi imbal hasil yang cukup menjanjikan. Keduanya dapat dipilih sebagai alternatif investasi pada saat pandemi COVID-19 seperti sekarang ini karena sifatnya yang likuid.

Kamu perlu mengelola portofolio investasi dengan perencanaan yang matang agar menguntungkan di masa depan. (Editor: Chaerunnisa)