Tawarkan Upah Minimum yang Murah, Negara-Negara Ini Jadi Daya Tarik Para Pengusaha

upah minimum

Akibat perang dagang (trade war), banyak negara yang menderita kerugian lantaran menurunnya barang-barang yang diekspor. Pengusaha pun mau gak mau mencari akal agar bisnisnya tetap mencetak profit. Salah satunya merelokasi pabrik ke negara dengan upah minimum rendah.

Seperti yang kamu tahu, perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang dimulai sejak Maret 2018 memberi pengaruh negatif ke perekonomian global, termasuk perekonomian negara-negara berkembang.

Sejumlah negara di Asia Tenggara mencatatkan angka pertumbuhan ekonomi yang minus. Sebut aja Singapura dengan angka – 1,5, Thailand dengan angka – 0,6, hingga Filipina dengan angka – 0,5. Indonesia sendiri gak minus, tapi pertumbuhannya gak bertambah.

Walaupun melambat, pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia Tenggara masih terbilang bagus. Malahan beberapa negara mencatatkan pertumbuhan di atas 6 persen.

Di sisi ekspor, ada empat negara yang menurun performanya, mulai dari Indonesia, Singapura, Thailand, hingga Malaysia. Namun, kondisi berbeda dialami negara-negara Asean lainnya karena tingkat ekspor mereka bertambah, seperti Vietnam, Myanmar, dan Kamboja.

Melihat ada peningkatan ekspor di sejumlah negara selama berlangsungnya perang dagang ini, ada kemungkinan negara-negara tersebut bakal menjadi tujuan investasi pengusaha-pengusaha lho. 

Apalagi, negara-negara tersebut diketahui menetapkan upah minimum yang murah. Pastinya, mereka bakal menjadi pertimbangan banget bagi para pengusaha. Emangnya seberapa murah upah yang negara-negara tersebut tawarkan? Cari tahu yuk dalam ulasan berikut ini.

Baca juga: Biaya Hidup per Keluarga di Singapura Rp 50 Juta per Bulan, Berapa Pendapatannya?

Ini besaran upah minimum di negara-negara Asia Tenggara tahun 2019

upah minimum
Suasana produksi di sebuah pabrik alas kaki Thailand. (Shutterstock)

Dalam bisnis, upah digolongkan sebagai biaya produksi. Setiap pengusaha pastinya sebisa mungkin menekan biaya produksi demi meningkatkan profit. 

Kalau biaya produksi justru menggerus perolehan profit, pengusaha mau gak mau melakukan efisiensi. Salah satu cara efisiensi yang diambil adalah meminimalkan pemberian upah.

Karena setiap negara udah memiliki ketentuan upah minimumnya masing-masing, merelokasi perusahaan ke negara-negara dengan upah minimum yang lebih rendah menjadi salah satu pilihan yang dipertimbangan para pengusaha.

Seperti yang dihimpun The Economist, beberapa negara dengan upah minimum yang rendah menunjukkan peningkatan nilai ekspor. Negara-negara yang dimaksud tersebut adalah Vietnam, Sri Lanka, Kamboja, Laos, Myanmar, hingga Bangladesh.

Dari data yang diperoleh dari ASEAN Briefing, berikut ini adalah besaran upah minimum tahun 2019 di negara-negara Asia Tenggara.

Negara Asia TenggaraUpah minimum per bulan
MyanmarUS$ 98,88
IndonesiaUS$ 102,74 – US$ 257,73
VietnamUS$ 120 – US$ 173
LaosUS$ 130
FilipinaUS$ 144,11 – US$ 288,3
KambojaUS$ 170
MalaysiaUS$ 229,11 – US$ 249,03
ThailandUS$ 276 – US$ 295

Myanmar menjadi negara ASEAN dengan upah minimum paling rendah dibanding negara-negara ASEAN lainnya. Negara ini menetapkan upah sebesar 144.000 kyat atau US$ 98,88. 

Kemudian, ada Vietnam yang juga memberi upah minimum yang rendah. Negara ini memberlakukan upah sebesar 2.760.000 dong – 3.980.000 dong. Dalam dolar, besarannya tersebut sekitar US$ 120 – US$ 173. Kemudian disusul Laos dan Kamboja.

Negara-negara yang menetapkan upah murah tersebut sedang bagus di sisi ekspor. Walaupun Indonesia dan Filipina juga punya upah yang murah, besarannya gak sama di tiap-tiap wilayah.

Di luar negara-negara ASEAN tersebut, ada Sri Lanka dan Bangladesh yang menetapkan upah murah. Di Sri Lanka, upah minimum yang ditetapkan sebesar 10.000 rupee Sri Lanka per bulan atau sekitar US$ 56,34. Sementara di Bangladesh besarannya 8.000 Taka atau sekitar US$ 94,74.

Nah, itu tadi negara-negara dengan upah minimum terendah, termasuk di dalam negara-negara ASEAN. Semoga informasi di atas bermanfaat ya! (Editor: Ruben Setiawan)