Wow, Bisnis Ini Malah Untung Gara-Gara Perang Dagang AS dan China

Perang Dagang AS dan China Untungkan Indonesia (Shutterstock)

Perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) tak melulu menghasilkan gejolak ekonomi global dalam hal perdagangan.

Akan tetapi, perang dagang ini juga memiliki faktor yang positif dan memberikan keuntungan bagi pengusaha di berbagai sektor bisnis.

Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Perkasa Roeslani dalam diskusi Economic & Capital Market Outlook 2020 memaparkan, perang dagang ini juga berdampak positif terhadap perkembangan beberapa sektor usaha di Indonesia.

Terlebih, ada berbagai kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah dalam hal fiskal dan moneter yang mendukung dunia usaha ditengah kondisi perang dagang.

“Ada beberapa sektor yang akan diuntungkan oleh perang dagang, seperti tekstil, garmen, hingga ban lokal. Ketika saya bicara dengan asosiasi tekstil, mereka bilang bahwa tahun depan ekspor garmen kita ke AS bakal naik 20-25 persen,” kata Rosan di Jakarta.

Sebab Indonesia Diuntungkan

Menurutnya, dampak positif ini bisa didapatkan Indonesia karena Indonesia dan AS menerapkan sistem perdagangan yang adil (fair trade) dan asas resiprokal. Yakni kebijakan yang didasari oleh apa yang diberikan negara lain kepada Indonesia serta manfaat apa yang Indonesia dapatkan dengan adanya kebijakan tersebut

Tak hanya itu, pengusaha lokal juga diuntungkan oleh beberpaa kebijakan ekonomi. Termasuk pemangkasan suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-DRRR) yang memberikan keringanan bagi beban dunia usaha ditengah perlambatan ekonomi.

“Saya akui dan apresiasi, bauran kebijakan BI sangat membantu dunia usaha. Suku bunga acuan sudah turun, kami berharap cost of fund segera turun,” paparnya.

Namun demikian, Rosan menegaskan masih terdapat beberapa pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah. Salah satunya adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, konsumsi domestik, dan juga investasi.

“Untuk pertumbuhan investasi dan ekspor masih sulit. Mendorong investasi nggak gampang. Kita bersaing dengan negara-negara lain yang lebih siap. Buktinya, Bank Dunia mencatat 33 perusahaan dari Tiongkok keluar, namun tidak satu pun masuk ke Indonesia,” ungkap dia. 

Hambatan Investasi

Sebagai pengusaha, dirinya mengakui bahwa dari sisi peningkatan investasi, Indonesia masih memiliki berbagai hambatan yang membuat investor enggan menanamkan modalnya di Indonesia.

Adapun, beberapa hambatan yang masih terjadi adalah tumpang-tindih kebijakan. Regulasi ketenagakerjaan, redahnya produktivitas, dan tidak masuknya Indonesia dalam rantau pasok global. 

Dengan demikian, satu-satunya cara menjaga pertumbuhan ekonomi nasional adalah dengan meningkatkan daya beli masyarakat. 

“Yang perlu dijaga adalah daya beli jika ingin menjaga pertumbuhan 5 persen. Kita boleh optimistis, tapi harus realistis. Ekonomi tumbuh 5 persen sudah sangat baik di tengah tekanan ekonomi dunia,” jelasnya.

Editor: Ayyi Achmad Hidayah