Sumbang Cukai Rp 153 Triliun, Ini Lho Daftar Produsen Rokok Terbesar di Indonesia

Sumbang Cukai Rp 153 Triliun, Ini Lho Daftar Produsen Rokok Terbesar di Indonesia

Rokok menjadi barang konsumtif yang paling menjanjikan dalam bisnis. Sebab pemasukan yang diberikan terbilang besar. Gak heran kalau beberapa perusahaan menjelma jadi perusahaan besar di Indonesia berkat industri ini.

Hebatnya lagi, cukai rokok menjadi komponen penerimaan negara paling besar di penerimaan bea cukai. Seperti yang diungkap Kompas, cukai rokok menyumbang Rp 153 triliun dari keseluruhan penerimaan bea cukai 2018 yang mencapai Rp 205,5 triliun.

Malahan kalau dirunut ke tahun-tahun sebelumnya, cukai rokok selalu konsisten sebagai penyumbang cukai terbesar. Kebayang dong kalau cukainya aja besar, pemasukan dari industri rokok juga besar?

Besarnya penerimaan cukai tersebut gak lepas dari tingginya jumlah perokok aktif di Indonesia. Sampai April 2018 aja, jumlah perokok aktif di Indonesia terungkap mencapai 60 juta jiwa.

Wajar aja kalau banyak perusahaan rokok menjadi perusahaan besar di Indonesia. Seperti perusahaan-perusahaan berikut ini yang dikutip dari berbagai sumber.

Baca juga: Pengin Jadi Generasi Milenial yang Kaya Raya, Yuk Ikuti Tips Mengelola Gaji Ini

1. Djarum

Berdiri pada 21 April 1951, PT Djarum adalah salah satu perusahan besar di Indonesia yang telah lama menjadi produsen rokok. Oei Wie Gwan menjadi sosok di balik lahirnya Djarum.

Dulunya perusahaan ini hampir gak ada akibat kebakaran yang melalap habis pabrik rokoknya tahun 1963. Berkat anak-anaknya Oei Wie Gwan, Budi dan Bambang Hartono, Djarum bisa bangkit dan berkembang pesat seperti sekarang.

Sejumlah merek rokok yang terkenal di pasaran berasal dari PT Djarum. Mulai dari Djarum Super, Djarum Super Mild, Djarum Super MLD Black Series, Djarum Coklat, Djarum Coklat Extra, Djarum Coklat Filter, Djarum Coklat Retro, hingga Cigarillos.

Dari penjualan merek-merek rokok tersebut, banyak pemasukan yang diperoleh PT Djarum. Asal tahu aja nih, penerimaan bea cukai di Kota Kudus tahun 2018 yang mencapai Rp 31,3 triliun berasal dari cukai PT Djarum yang sebesar 80 persen.

2. HM Sampoerna

Perusahaan besar di Indonesia berikutnya yang menjadi salah satu produsen rokok paling besar adalah PT HM Sampoerna. Sama seperti PT Djarum, perusahaan ini juga merupakan pemain lama di industri rokok.

Didirikan pada 1913 oleh Liem Seeng Tee dan istrinya, HM Sampoerna awalnya adalah industri rokok rumahan. Seiring perkembangannya, HM Sampoerna sukses menggaet banyak konsumen lewat produk andalannya, seperti Dji Sam Soe, Sampoerna, dan U Mild.

Pada 2005, PT HM Sampoerna resmi diakuisisi Philip Morris International. Sebanyak 92,50 persen sahamnya dikuasai Philip Morris International. Sejak saat itu PT HM Sampoerna memperdagangkan rokok merek Marlboro.

Seperti yang termuat di IDX, PT HM Sampoerna mencatatkan pertumbuhan income yang bagus. Pada 2017, perusahaan yang berkantor pusat di Surabaya ini memperoleh revenue sebesar Rp 99,1 triliun.

Baca juga: Gak Usah Takut Apalagi Ragu, Begini Tips Membeli Saham Bagi Wanita Pemula

3. Gudang Garam

Berikutnya ada PT Gudang Garam yang merupakan perusahaan besar di Indonesia bergerak di industri rokok. Berdiri di Kota Kediri pada 1958, perusahaan ini juga berawal dari perusahaan rumahan.

Gudang Garam saat itu bisa berdiri dan berjalan berkat jasa Tjoa Jien Hwie atau Surya Wonowidjojo. Berangkat dari perusahaan inilah, merek-merek rokok ternama lahir, seperti Gudang Garam, Gudang Garam Merah, Surya Pro, hingga GG Mild.

Dikutip dari IDX, produsen rokok ini mencetak revenue yang meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2017 aja, Gudang Garam berhasil mencatatkan revenue sebesar Rp 83,3 triliun.

4. Bentoel International Investama

Produsen rokok ini juga termasuk produsen rokok tertua di Indonesia. Bentoel International Investama didirikan pada 1930 oleh Ong Hok Liong.

Sama seperti produsen-produsen rokok lainnya, perusahaan besar di Indonesia juga berawal dari industri rumahan yang saat itu bernama Strootjes Fabriek Ong Hok Liong.

Dari Bentoel, sejumlah merek rokok di pasaran lahir, seperti Dunhill Filter, Dunhill Mild, Club Mild, dan Lucky Strike Mild.

Bentoel International Investama resmi menjadi perusahaan terbuka sejak 5 Maret 1990. Mayoritas sahamnya dikuasai British American Tobacco.

Revenue perusahaan ini juga terus naik walaupun profitnya cenderung negatif. Pada 2017, Bentoel International Investama hasilkan revenue sebesar Rp 20,3 triliun.

Nah, itu tadi daftar perusahaan besar di Indonesia yang besar berkat jualan rokok. Berawal dari industri rumahan, perusahaan-perusahaan tersebut kemudian berubah menjadi perusahaan besar, bahkan bisa beri sumbangan signifikan pada pemasukan negara. Luar biasa ya!