Belajar Kesuksesan Berbisnis dari Sosok Rika Harjosuwarno, Pemilik Kembang Kencur

Belajar Kesuksesan Berbisnis dari Sosok Rika Harjosuwarno, Pemilik Kembang Kencur

Ada perasaan takjub ketika pertama kali menginjakkan kaki di Kembang Kencur. Nampak dari jauh saja, bangunan dengan nilai seni cukup tinggi ini sudah cukup menarik perhatian. Konsep artistik yang sangat kental dengan kerajinan tangan ini sangat merefleksikan si tuan rumah itu sendiri.

Begitu masuk, kamu akan disambut dengan soul of art yang berusaha disampaikan oleh Rika Harjosuwarno. Meski berada di tengah padatnya aktivitas perkotaan, lokasi ini justru menggambarkan sebaliknya. Ketenangan, kehangatan dan keramahan seperti mengingatkan akan suasana Yogyakarta.

Rika Harjosuwarno memulai bisnis pertama kali di tahun 2007. Setelah merasa cukup bekal, ia pun mundur dari perusahaan periklanan cukup bergengsi di Jakarta. Bukan tanpa alasan, Rika mantap menjadi pebisnis berawal dari kegemarannya mendesain batik. Berawal dari tumpukan koleksi batik yang ia miliki, dengan jemari yang penuh kreatifitas, ia mulai membuat rancangan pakaian dari batik-batik yang dimilikinya saat itu.

“Modal awal itu nekat saja. Kebetulan saya punya beberapa batik dari hadiah orang tua, teman, atau kerabat lain. Saya buat desain pakaian, saya jual, dan setelah ada pemasukan saya membuat sendiri motif batik dan akhirnya mencari pengrajin yang khusus membuatkan motif tersebut,” papar dia kepada MoneySmart belum lama ini di Kembang Kencur.

Atas kegigihannya itulah membuat Rika semakin yakin membuat Toko Majju. Toko batik hasil karyanya sendiri sejak kurang lebih 12 tahun silam. Ia kemudian menjual satu-satunya aset yakni kendaraan roda empat demi menyewa sebuah bangunan yang bisa dijadikan tempat usahanya tersebut.

Ia juga rela tinggal di kost-kostan untuk lebih menghemat pengeluaran. Meski saat ini Toko Majju dikatakan olehnya tidak mencari pelanggan baru, ia tetap menerima order pelanggan-pelanggan loyalnya selama ini.

“Saat ini memang toko Majju tidak sedang mencari pelanggan baru, bisa dikatakan istirahat sejenak. Karena ada beberapa hal yang sedang difokuskan seperti Kembang Kencur, Halo Niko, Halo Niko Mini dan Gembira Bag. Tetapi bukan berarti berhenti begitu saja, hanya prioritasnya dialihkan ke yang lain,” tambah dia.

Baca juga: 12 Tempat Wisata Gratis di Tokyo Ini Mampu Sempurnakan Pelesiranmu di Jepang

1. Mendirikan Kembang Kencur

Kembang Kencur (Dok: Rika Harjosuwarno).

Dari kesuksesannya menjalankan Toko Majju, menjadikan Rika tergerak untuk terjun membuka usaha lain seperti Kembang Kencur, Halo Niko, Halo Niko Mini dan Gembira Bag.

Kembang Kencur merupakan sebuah tempat yang didesain unik seperti suasana rumah di kawasan Pejaten Jakarta Selatan. Dapat disewa sebagai tempat untuk acara seperti meeting, enggaged party, bachelor party, dan lainnya yang bersifat minimalis.

Kembang Kencur dirancang seperti suasana rumah sendiri, dengan pepohonan yang rindang, kebun yang indah dan kolam yang cantik sehingga memberikan kehangatan pada acara kamu.

Dengan kapasitas tempat maksimal untuk 200 orang, tempat ini bisa jadi pilihan saat kamu mencari tempat untuk acara lamaran, akad nikah atau pernikahan kecil dengan tamu undangan yang tidak banyak.

“Kembang Kencur berawal dari sulitnya orang-orang mencari tempat private untuk wedding dengan kapasitas 200 orang saja. Disini, orang lebih intimate, gak usah bikin acara repot di rumah kan? di Kembang Kencur semua sudah disiapkan. Praktis,” papar wanita kelahiran Yogyakarta 42 tahun silam ini.

2. Halo Niko, Perpaduan Budaya Jawa Berbalut Yunani dalam Masakan

Halo Niko Restoran citarasa Yunani dan Jawa (Dok: Rika Harjosuwarno).

Sementara di bisnis lain, wanita yang akrab disapa Kika ini menuturkan ia berpartner dengan suaminya sendiri, Nikolaos Avgoustinos, pria berkebangsaan Yunani. Meskipun ini tergolong bisnis keluarga, tetapi Rika tetap disiplin.

Semua dijalankan masing-masing dan sesuai dengan porsinya. Karena sebelumnya memang Niko sudah pernah memiliki restoran di Yunani, dan ketika menikah dengan Rika, restoran itu ia tutup dan membuka Halo Niko di Jakarta.

“Berantem dengan niko membahas bisnis itu sering. Saya pikir itu hal biasa. Intinya tetap harus dipisahkan. Saya dan Niko memiliki sallary masing-masing. Tidak pernah kita sepakat untuk menyatukan rumah dengan tempat bisnis agar menghindari perbedaan pendapat dalam mengelola. Saya tetap butuh privasi kan?”.

Halo Niko merupakan restoran becitarasa Yunani Jawa. Yunani merupakan kelahiran Niko, dan Jawa merupakan etnis yang mengalir di tubuh Rika. Keduanya sepakat menyajikan hidangan antimainstream ini ke masyarakat luas. Tujuannya tetap sama, menghadirkan citarasa Eropa berbalut Indonesia agar bisa dinikmati banyak orang.

Niko menggunakan sayuran lokal yang segar dan bumbu-bumbu asli Indonesia yang diracik dengan bumbu khas Yunani. Sehingga tercipta sajian makanan yang berbeda, menarik dengan cita rasa nikmat. Kepiawaian Niko juga tak bisa dipandang remeh. Ia sudah cukup lama terjun di dunia kuliner sebelum bertemu dengan istrinya.

Baca juga: Punya Mata Panda? Ini Rekomendasi Eye Cream Murah Terbaik yang Bisa Dipilih

3. Gembira Bag, Soul of Art Anak Berusia 2 Tahun

Gembira bag (Dok: Rika Harjosuwarno).

Untuk bisnis lain yang tengah difokuskan oleh Rika adalah tas handmade. Gembira Bag merupakan kreatifitas Rika yang menurun ke si buah hati, Andriana Avgoustinou. Meski baru berusia dua tahun kala itu, ia sudah cukup terampil bermain warna.

Dari hasil coretannya itu, lahirlah Tas Gembira yang berlokasi di Yogyakarta. Rika mengatakan Gembira berangkat dari keinginannya untuk menambah merek lokal bagi wisatawan yang datang ke kota kelahirannya tersebut.

Rika dan Niko nyatanya tidak memaksa Andriana untuk selalu membuat motif. Ia membebaskan buah hatinya itu untuk berkarya kapanpun sesuai dengan mood saat itu. Pemilihan warna juga tidak dipusingkan oleh pasangan Jawa Yunani ini.

Motif abstrak hasil coretan Andriana ini yang menjadikan soul dari Gembira Bag. Meski Rika berupaya meniru coretan si kecil, tetap tidak merasakan jiwa yang sama seperti karya Andriana.

“Saya pernah coba buat juga. Menggunakan warna dan merek cat yang sama, tetap tuh soulnya gak ada. Jadi Gembira ini benar-benar Andriana yang menguasainya,” kata dia bersemangat.

Sebanyak 13 model tas telah tersedia di outlet Gembira yang baru saja resmi dibuka sejak akhir 2018 silam. Diapit oleh Sheraton Mustika Yogyakarta, Gembira Bag buka sejak pukul 09.00 – 18.00 WIB. Meski lokasi toko berada di Yogyakarta, segala bentuk produksi dibuat di Jakarta dan beberapa bahan masih harus impor dari Korea Selatan.

“Saya belum menemukan hardware dengan kualitas bagus disini. Jadi masih harus impor dari Korea. Tetapi hanya sebatas itu saja kok, selebihnya dikerjakan pengrajin lokal yang karyanya juga sudah mendunia.”

Burung Rangkong

Ikon yang digunakan tas ini juga sangat diambil dari burung khas Kalimantan, Rangkong. Filosofinya meskipun ditinggal oleh pasangannya, burung ini tetap setia tidak mencari orang lain untuk menemaninya.

Jadi ibarat pelanggan, bisa loyal dan terus mengingat Gembira Bag. Selain itu, kata Gembira juga menggambarkan proses Andriana bermain cat dengan mimik yang selalu bersemangat dan gembira.

“Jadi itu kenapa saya beri nama produk ini Gembira, karena Andriana selalu gembira saat membuat motif. Meski kadang warnanya ngawur, tetap hasilnya ekspresif dan artistik ya. Saya ingin orang pakai tas ini juga gembira sesuai mereknya.”

Untuk harga, tas ini dibanderol dari Rp 250 ribu hingga Rp 900 ribu. Rika sengaja tidak memberikan harga tinggi pada produk tasnya agar setiap elemen masyarakat bisa menjangkau dengan mudah tas ini. Gembira merupakan karya asli Indonesia dengan citarasa modern. Meski tradisional, dibuat sendiri, dengan karya anak berusia tiga tahun, tetap sepadan untuk dipakai ke semua acara. Itu yang ia harapkan.

Tips menjadi pebisnis wanita

Rika Harjosuwarno (Dok: Pribadi).

Bukan hal mudah menjalani bisnis. Kegagalan selalu datang menghampiri para pebisnis baru. Intinya adalah, tetap fokus pada tujuan dari bisnis itu sendiri. Bagi wanita, tentu kegagalan ini menjadi ketakutan yang cukup besar. Namun sebelum memulai terjun ke bisnis, Rika mengatakan perlu modal nekat berpadu dengan kreatifitas tinggi.

“Meski diawali nekat seperti saya, tetapi kamu tetap harus belajar juga. Misalnya, kamu hanya bisa membuat puding sambil jaga anak di rumah, tetapi yang jualan ini udah banyak banget. Caranya dengan kamu buat sendiri cetakannya. Custom motif kartun yang saat ini lagi digandrungi anak-anak misalnya. Kasih tester ke tetangga, kalau responnya baik, buat akun media sosial, foto produk kamu, dijual disana.”

Baca juga: 6 Bedak Tabur Murah yang Cocok Untuk Kantong Mahasiswa, Bikin Kamu Makin Cantik

Hal yang ditekankan oleh Rika bahwa menjadi pebisnis memang sulit, tetapi jika memiliki keinginan kuat harus tetap dijalani. Lalu bagaimana jika terkendala modal? Cari cara atau keahlian lain sesuatu yang bisa dijual terlebih dahulu. Dari sana kumpulkan modal sedikit demi sedikit, setelah terkumpul, gunakan uang itu untuk membeli sesuatu yang bisa menjadi awal bisnis kamu.

Tips selanjutnya adalah pandai dalam mengelola keuangan, memisahkan mana modal dagang dan uang pribadi. Jangan sampai uang modal terpakai untuk menutupi kebutuhan sehari-hari lho. Itu gak baik untuk awal bisnismu. Kamu bakalan sulit untuk mendapatkan uang lagi ke depannya. Komitmen yang tinggi sangat diperlukan dalam berbisnis. Dan jika usahamu sudah mulai terlihat peningkatannya, kamu berhak menggaji diri sendiri yang nantinya dipakai untuk urusan pribadi.

“Jujur saya belum pernah kekurangan dana. Itu karena selama ini saya selalu tegas dan disiplin dalam mengelola keuangan. Jika tidak ada uang, ya slow down. Jangan belanja, jangan bepergian. Sebaliknya jika sudah mendapatkan keuntungan, saya gaji diri sendiri ini yang nantinya ditabung untuk jalan-jalan, mudik, atau melakukan hal lain. Sesederhana itu kok!”.

Tantangan

Tantangan tersulit menjadi seorang pebisnis adalah memanajemen karyawan dengan baik. Bagaimana kamu bisa memberikan edukasi atau pelajaran yang baik bagi staf karena itu adalah kaki dari bisnismu. Kalau kamu tidak bisa mengirim ilmu ke staf, jadinya hanya one man show, sendirian!.

“Bagi saya tantangan terberat bagaimana mendidik staf agar bisa berfikir yang sama dengan kita demi memajukan bisnis ini. Saya sadar juga bahwa mereka tidak selamanya bekerja di bisnis ini. Saya juga tidak pelit ilmu untuk mereka, jika ada yang lebih baik ya silahkan. Mau buka bisnis sendiri juga ya monggo! Saya malah senang.”

Jadi bagaimana nih? tertarik gak kamu jadi pebisnis sukses seperti Rika Hardjosuwarno? (Editor: Winda Destiana Putri).