10 Risiko Investasi yang Wajib Diketahui Kalau Tidak Mau Rugi

Risiko investasi saham

Investasi pada dasarnya emang memberi keuntungan. Malahan keuntungan yang dihasilkan lebih tinggi ketimbang menyimpan uang dalam tabungan. Namun, di balik untungnya berinvestasi, ada beberapa risiko investasi yang sering kali kurang disadari banyak investor.

Investasi ada risikonya? Yap, betul banget. Apa pun pilihan investasi yang kamu ambil pasti ada plus dan minusnya, gak mungkin gak.

Risiko-risiko investasi ini patut diwaspadai kalau gak pengin rugi. Emangnya kamu yang sedang berinvestasi kepengin investasi membuahkan kerugian? Gak, kan? Karena itu, kamu kudu menyadari risiko-risiko apa aja yang bisa aja terjadi saat kamu berinvestasi.

Berikut ini adalah risiko-risiko investasi yang harus diwaspadai kalau pengin dapat untung maksimal.

  • Risiko pasar
  • Risiko likuiditas
  • Risiko konsentrasi
  • Risiko kredit
  • Risiko inflasi
  • Risiko wabah penyakit
  • Risiko politik pemerintahan
  • Risiko suku bunga
  • Risiko nilai tukar mata uang
  • Risiko reinvestasi
  • Risiko gagal bayar
  • Risiko pajak
  • 1. Risiko pasar menjadi salah satu risiko investasi

    Risiko investasi ini bisa menerpa banyak instrumen investasi. Mulai dari deposito, obligasi, saham, hingga reksa dana. Makanya risiko harus kamu ketahui dan pahami agar gak rugi besar nantinya.

    Ada beberapa risiko yang digolongkan sebagai risiko pasar, yaitu:

  • Risiko ekuitas, risiko ini biasanya terjadi pada saham dan juga reksa dana. Risiko ini timbul karena adanya penurunan harga pasar saham.
  • Risiko tingkat bunga, risiko ini umumnya terjadi pada surat utang atau obligasi. Risiko ini muncul karena perubahan suku bunga. Misalnya aja suku bunga acuan naik, nilai pasar obligasi menjadi turun.
  • Risiko mata uang, risiko ini bisa terjadi karena kamu berinvestasi dengan mata uang dalam negeri ataupun luar negeri. Pergerakan mata uang yang menguat ataupun melemah memengaruhi nilai investasi yang kamu lakukan.
  • 2. Risiko likuiditas

    Risiko investasi ini mengakibatkan kamu gak bisa menjual investasi kamu semisal jual saham dengan harga wajar dalam waktu cepat. Kalau pun mau menjual, kamu harus menjual di harga yang paling rendah agar cepat menghasilkan uang.

    Tentu aja menjual di harga yang rendah bikin kamu rugi dalam berinvestasi. Bahkan, sialnya nih saham yang kamu beli bisa gak ada nilainya sama sekali.

    3. Risiko konsentrasi

    Risiko investasi ini dimaksudkan karena kamu berinvestasi pada satu pilihan instrumen aja. Idealnya nih kamu sebaiknya berinvestasi pada beberapa pilihan instrumen investasi.

    Misalnya aja kamu berinvestasi saham. Kamu sebaiknya jangan menempatkan dana di satu saham aja. Tempatkan juga dana kamu di saham-saham lainnya. Dengan begitu, kerugian di saham satu bisa tertutupi keuntungan di saham lainnya.

    Selain itu, investasikan dana kamu ke pilihan instrumen selain saham. Katakanlah kamu gak cuma investasi di saham, tetapi juga investasi di deposito, Surat Berharga Negara, ataupun emas.

    4. Risiko kredit

    Kamu juga perlu mewaspadai risiko investasi yang satu ini. Risiko ini rentan terjadi pada surat utang swasta atau obligasi.

    Risiko kredit yang dimaksud di sini adalah risiko yang dialami perusahaan yang mengambil kredit atau pinjaman buat tujuan pengembangan usahanya. Salah satu sumber pinjaman perusahaan adalah obligasi.

    Memiliki obligasi itu emang menguntungkan. Sebab besaran return instrumen investasi ini lebih besar dari deposito.

    Namun, di balik keuntungannya tersebut, obligasi berisiko karena bisa aja si perusahaan gak membayar return yang disebut dengan kupon obligasi. Gak cuma itu uang yang kamu pakai buat beli obligasi juga gak balik lho.

    5. Risiko inflasi

    Risiko investasi yang satu ini bisa terjadi kalau kamu memilih berinvestasi di obligasi. Lain halnya dengan berinvestasi di saham. Risiko inflasi kurang begitu berdampak negatif.

    Malahan harga saham ada kecenderungan naik kalau inflasi naik. Sebab perusahaan-perusahaan bakal menaikkan harga produk mereka menyesuaikan dengan besaran inflasi.

    6. Risiko wabah penyakit

    Selanjutnya ada wabah penyakit yang sedang dialami warga seluruh dunia akibat Covid-19. Dampaknya sangat terasa, terutama di dunia pasar saham yang mengalami penurunan cukup tajam.

    Sebut aja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun lebih dari 20 persen dalam kurun waktu kurang dari sebulan pada periode Februari hingga Maret 2020 lalu.

    Semetara emiten-emiten besar perbankan seperi Bank BNI, Bank Mandiri dan Bank BCA pun gak luput dari penurunan harga saham lebih dari 5 persen.

    7. Risiko politik pemerintahan

    Terakhir ada risiko investasi dari sektor politik pemerintahan. Masih teringat dalam ingatan kita ketika pemilu tahun 2019 lalu terdapat aksi yang cukup anarkis di Jakarta sehubungan dengan hasil rekapitulasi Pemilihan Presiden.

    Hal ini membuat kondisi ekonomi menjadi kurang pasti sehingga masyarakat luas menjadi panik. Namun untungnya risiko seperti ini relatif lebih pendek waktunya jika dibandingkan dengan wabah penyakit yang bisa memakan waktu berbulan-bulan.

    8. Risiko suku bunga

    Peningkatan suku bunga yang berlebih jelas menjadi salah satu risiko investasi. Sebab pinjaman atau obligasi terdampak efek negatif akibat meningkatnya suku bunga.

    Risiko ini muncul karena adanya perubahan suku bunga yang signifikan yang memengaruhi pendapatan dari investasi yang ditanamkan. Akibatnya, jika suku bunga meningkat, harga obligasi akan turun. 

    9. Risiko nilai tukar mata uang

    Pergerakan nilai tukar mata uang atau valuta asing yang dinamis jelas mempengaruhi stabilitas nilai investasi yang ditanamkan.

    Hal ini disebabkan oleh perubahan kurs valuta asing di pasaran yang gak sesuai dengan yang diharapkan, terutama pada saat dikonversikan ke mata uang domestik. 

    Gambarannya seperti ini:

    Seorang investor ingin menanamkan investasi berdenominasi dolar. Saat yang sama, nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah sehingga investor harus mengeluarkan jumlah rupiah yang lebih banyak dari pada ketika nilai rupiah terhadap dolar menguat.

    10. Risiko reinvestasi

    Apa yang terjadi jika fluktuasi harga dan suku bunga pasar saling berseberangan? Pastinya akan timbul risiko reinvestasi.

    Ya, risiko yang satu ini memaksa investor menempatkan pendapatan yang diperoleh dari bunga kredit atau surat-surat berharga ke investasi yang berpendapatan rendah akibat turunnya tingkat bunga.

    Langkah ini harus diambil jika arus kas investasi menghasilkan imbal hasil yang lebih rendah setelah diinvestasikan kembali ke instrumen investasi yang baru.

    Sebagai contoh, jika kamu memiliki portofolio obligasi dengan bunga kupon 5 persen untuk periode 5 tahun, imbal hasil obligasi ini akan turun menjadi 3 persen.

    Kabar baiknya adalah pada saat jatuh tempo, kamu menerima semua pembayaran bunga sebesar 5 persen dan pokok investasinya sesuai kesepakatan.

    Masalahnya, jika kemudian kamu menginvestasikan kembali uangnya dengan membeli obligasi lain di kelas yang sama, kamu gak akan lagi menerima bunga kupon 5 persen, melainkan hanya 3 persen.

    11. Risiko gagal bayar

    Risiko yang satu ini mungkin bisa terjadi kepada siapapun yang terlibat dalam investasi peer to peer lending (P2P). Dalam situasi ini, peminjam gak mampu untuk memenuhi kewajiban pembayaran yang telah disepakati di awal. 

    Dalam situasi ini, kamu mungkin perlu mengestimasi tingkat kerugian sebesar 1,5 persen setiap tahunnya dari pengalokasian dana yang kamu tanamkan pada produk investasi peer to peer lending karena adanya risiko gagal bayar.

    12. Risiko pajak

    Risiko yang terakhir ini memang gak bisa dihindari. Sebagai warga yang baik, kamu memiliki kewajiban kewajiban dalam hal perpajakan saat berinvestasi. 

    Sayangnya, struktur pajak di Indonesia relatif masih sederhana karena jumlah wajib pajak perorangan (bukan badan usaha) yang jumlahnya relatif belum banyak.

    Hal ini membuat perencanaan pajak perorangan dengan menggunakan produk-produk investasi di Indonesia belum bisa dilakukan dengan maksimal.

    Itu tadi beberapa risiko investasi yang kudu kamu ketahui dan pahami kalau gak mau investasi berbuah kerugian. Dengan menyadari sejak awal adanya risiko-risiko di atas, kamu bisa mengambil keputusan dengan tepat dalam berinvestasi agar hasilkan keuntungan seperti yang kamu harapkan.