Efek Inggris Keluar Uni Eropa: Pendapatan Nambah, Lapangan Kerja Berkurang

Inggris keluar dari Uni Eropa

Keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa sepertinya sudah bulat. Sayangnya, sejak dikemukakan pada tahun 2016 lalu, hingga kini keputusan tersebut belum terealisasi. 

Pasalnya, perdana menteri sebelumnya, Theresa May tidak berhasil membujuk anggota parlemen menandatangani keputusan itu. 

Banyak anggota parlemen yang menolak terobosan baru itu karena mereka beranggapan kalau keluar dari Uni Eropa alias Brexit, lebih banyak memberikan kerugian daripada keuntungan. 

Pada tahun 2016 lalu, hasil referendum mayoritas warga memilih Inggris keluar dari Uni Eropa. Sebanyak 52 persen memilih keluar dan 48 persen lainnya memilih tetap. 

Kalau berdasarkan negara-negara Britania Raya, yang memilih keluar adalah Inggris dan Wales, sementara yang memilih tetap bersama Uni Eropa adalah Skotlandia dan Irlandia Utara.

Baru-baru ini, Perdana Menteri Inggris terpilih Boris Johnson berjanji segera menyelesaikan permasalahan ini pada 31 Oktober 2019. 

Memang, kira-kira apa sih keuntungan dan kerugian Inggris keluar dari Uni Eropa? Berikut, ulasannya dikutip dari berbagai sumber:

Keuntungan

Inggris keluar dari Uni Eropa
Inggris keluar dari Uni Eropa (Instagram/@london)

Gak perlu lagi bayar biaya keanggotaan yang mahal 

Sebagai anggota dari Uni Eropa, Inggris diharuskan membayar biaya keanggotaan yang super mahal. Dikutip dari Fullfact.org, pada tahun 2018 lalu Inggris membayar 13 miliar poundsterling ke Uni Eropa. 

Sementara pendapatan yang mereka dapatkan dari kerja sama negara-negara Eropa itu cuma 4 miliar poundsterling. Artinya Inggris telah mengeluarkan 9 miliar poundsterling secara cuma-cuma 

Baca juga: Ini 5 Negara Terkaya di Dunia, Upah Minimumnya Ada yang Rp 29 Juta!

Warga Inggris bisa lebih kaya 

Keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa ternyata juga bisa bikin warganya makin kaya! Dikutip dari The Telegraph, satu keluarga diperkirakan bisa mendapatkan tambahan kekayaan mencapai 933 poundsterling atau Rp 16 juta per tahunnya.  

Harga-harga pangan bisa murah 

Ketika Brexit terealisasi, Inggris gak harus lagi bertanggung jawab terhadap kebijakan-kebijakan Uni Eropa. Salah satunya, pertanian bersama. 

Di dalam kebijakan itu, Inggris sebagai negara anggotanya wajib untuk menyisihkan 1 miliar poundsterling per tahun atau Rp 17 triliun untuk membayar petani maupun nelayan asing. Dengan cara ini, memungkinkan harga-harga bahan pangan di supermarket bisa turun. 

Inggris bisa dengan bebas menentukan perdagangan pasarnya sendiri 

Layaknya negara-negara yang bersekutu, segala sesuatunya diatur kebijakan-kebijakan bersama. Kebijakan pajak pertambahan nilai dan biaya perdagangan yang selama ini terjadi antar negara ternyata telah diatur oleh Uni Eropa. 

Seandainya Inggris keluar, mereka gak harus lagi mengikuti peraturan itu dan bisa dengan maksimal mengais pundi-pundi dari perdagangan. 

Inggris menjadi lebih independen 

Seperti yang telah jelaskan di atas, kalau Inggris keluar dari Uni Eropa, mereka gak harus lagi mengikuti aturan-aturan yang mengikat dan berlaku bersama. Artinya, mereka bisa menjadi negara yang lebih independen lagi dan menentukan arah pembangunan sebebas-bebasnya. 

Kerugiannya 

Inggris keluar dari Uni Eropa
Inggris keluar dari Uni Eropa (Instagram/@london)

Bakal banyak kehilangan lapangan kerja

Antar negara Uni Eropa memiliki kerja sama yang sangat kuat di berbagai sektor, termasuk di industri. Diperkirakan ada tiga juta lebih pekerja di Inggris yang bekerja terkait kerja sama dengan Uni Eropa. 

Seandainya Inggris keluar dari Uni Eropa, dikhawatirkan kerja sama tersebut dihentikan dan banyak orang yang berpotensi dirumahkan. Nilai investasi dari kerja sama industri juga gak main-main, sekitar 66 juta poundsterling atau Rp 1,1 triliunan.

Keistimewaan pekerja bakal dicabut 

Uni Eropa memiliki undang-undang bersama, seperti misalnya undang-undang ketenagakerjaan anti-diskriminasi. 

Di situ dituliskan kalau para pekerja berhak mendapatkan gaji meski sedang liburan, cuti bagi pekerja yang memiliki anak, termasuk juga aturan tentang jam kerja dan istirahat. Nah, kalau keluar, takutnya keistimewaan-keistimewaan itu, bakal gak berlaku lagi bagi pekerja di Inggris. 

Pertukaran pelajar bakal semakin sulit 

Di sektor pendidikan, kebijakan Uni Eropa adalah membebaskan warga negaranya untuk mengenyam pendidikan kemanapun selama masih sesama anggota. Mereka juga bakal diperlakukan seperti warga negara aslinya. 

Misalnya, warga Inggris bisa mengambil kuliah di Belanda dengan fasilitas yang sama dengan pelajar WN Belanda, begitu pula sebaliknya

Jika Inggris keluar dari Uni Eropa, dikhawatirkan kebebasan dalam sektor pendidikan itu akan tertutup bagi pelajar-pelajar Inggris. 

Selain itu, jumlah pengajar di Inggris yang berasal dari Uni Eropa lainnya juga cukup banyak, sekitar 15 persen dari total keseluruhan tenaga pengajar. 

Mereka berpotensi untuk dikembalikan ke negara asalnya, dan Inggris harus susah payah lagi menutupi posisi yang ditinggalkan pengajar tersebut. Artinya, transfer ilmu pengetahuan bakal berkurang bagi Inggris. 

Itulah untung rugi yang bakal diderita jika Inggris keluar dari Uni Eropa. Kabarnya sih, dengan adanya perdana menteri baru, mereka akan kembali menggelar referendum. 

Menanyakan sekali lagi ke masyarakat apakah ingin tetap berada di bawah Uni Eropa atau memutuskan untuk hengkang mandiri. (Editor: Chaerunnisa)