Penyebab Penyakit Neuropati, Gejala, dan Cara Pencegahannya
![neuropati](https://blog-media.lifepal.co.id/app/uploads/sites/3/2022/01/25101606/Penyebab-Penyakit-Neuropati-Gejala-dan-Cara-Pencegahannya.jpg)
Neuropati adalah gangguan kesehatan pada saraf manusia. Seluruh orang berpotensi terjangkit penyakit neuropati. Namun, hanya orang yang berusia lanjut yang berpotensi besar untuk terjangkit penyakit neuropati. Kebanyakan pasien penderita neuropati berjenis kelamin wanita.
Orang yang sering melakukan kegiatan atau pekerjaan dengan gerakan yang repetitif atau gerakan yang sama secara berulang-ulang juga memiliki tingkat risiko terjangkit neuropati lebih tinggi dibandingkan yang tidak.
Penyakit neuropati erat kaitannya dengan penyakit diabetes sehingga sebagian besar pasien penderita neuropati mengidap diabetes juga. Menurut data dari Hellosehat.com, sebanyak 60 persen sampai dengan 70 persen penderita diabetes memiliki gejala neuropati.
Adapun beberapa gejala neuropati di antaranya kram otot, kesemutan, nyeri hingga kesulitan buang air kecil. Sekalipun terlihat sepele tetapi sebaiknya segera konsultasikan ke dokter.
Apa itu penyakit neuropati?
Neuropati adalah masalah kesehatan yang diderita manusia di mana terjadinya kerusakan saraf yang disebabkan oleh beberapa kondisi seperti saraf terjepit, cedera, atau kondisi medis tertentu yakni diabetes hingga kemoterapi.
Apabila saraf yang rusak hanya satu maka dalam dunia medis dikenal dengan istilah mononeuropathy. Sedangkan bila ada lebih dari satu saraf yang rusak maka kondisi tersebut dalam dunia medis disebut polyneuropathy.
Dalam kasus polyneuropathy, gejala yang dirasakan pasien berkaitan dengan saraf mana yang rusak. Sebab, saat saraf otonom, saraf sensorik, saraf motorik atau kombinasi, keempat masalah kesehatan tersebut memiliki gejala yang berbeda-beda.
Misalnya saja pada saraf otonom, kerusakan yang terjadi akan memengaruhi fungsi tubuh, pasien mengalami gangguan pencernaan, hingga gangguan tekanan darah.
Sedangkan, dalam kasus saraf sensoriknya yang mengalami gangguan maka akan memengaruhi rasa keseimbangan manusia.
Dalam kasus kerusakan saraf motorik, kerusakan tersebut akan memengaruhi gerakan dan refleks manusia.
Ada juga beberapa kasus di mana saraf sensorik dan motorik mengalami kerusakan secara bersamaan maka seluruh sel-sel saraf, serat (akson), dan penutup (selubung mielin) akan terpengaruh.
Secara garis besar, penyakit neuropati tergolong ke dalam 5 golongan, yakni neuropati perifer, neuropati proksimal, neuropati kranial, neuropati otonom, dan neuropati fokal.
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa penyakit neuropati tergolong ke dalam 5 golongan yakni neuropati perifer, proksimal, kranial, fokal, dan neuropati otonom. Berikut ini penjabaran dari setiap jenis penyakit neuropati tersebut. Neuropati perifer adalah gangguan kesehatan pada saraf yang berada di otak dan tulang belakang. Dampak dari neuropati perifer akan terasa pada kaki, lengan, tangan dan jari. Jenis neuropati yang satu ini yang paling sering diderita pasien. Ada 2 jenis neuropati perifer, di antaranya adan mononeuropati dan polineuropati. Sesuai namanya, pada kasus mononeuropati hanya menyebabkan satu saraf yang rusak. Lain halnya dengan polineuropati yang bisa menyebabkan kerusakan lebih dari satu saraf. Jenis penyakit neuropati yang sati ini terbilang langka. Kerusakan saraf yang terjadi hanya pada saraf di bagian paha, pinggang, atau pantat dan hanya menyerang satu sisi bagian tubuh. Umumnya, neuropati proksimal akan lebih banyak diderita oleh pasien pria ketimbang pasien wanita dengan usia di atas 50 tahun dan riwayat kesehatan kadar gula darah dan kolesterol tinggi. Tahukah kamu penyakit bell’s palsy? Ternyata penyakit bell’s palsy termasuk ke dalam jenis penyakit neuropati kranial. Penyakit neuropati jenis kranial ini akan menyerang saraf yang terletak di otak atau batang otak sehingga dampak nyata yang terlihat adalah gangguan pergerakkan pada mata dan wajah. Ada banyak sistem saraf yang rusak dalam kasus neuropati otonom. Di antaranya kerusakan pada sistem saraf involunter yang berperan dalam mengontrol kerja jantung, saraf dalam sistem ekskresi, sistem pencernaan, sirkulasi darah, kelenjar keringat, suhu tubuh hingga fungsi organ reproduksi. Jenis penyakit neuropati yang satu ini yang paling jarang terjadi. Kerusakan saraf yang terjadi terletak pada pergelangan tangan, kepala atau kaki. Tak jarang juga saraf di bagian punggung, dada dan mata juga ikut rusak. Ada banyak penyebab seseorang bisa terkena neuropati. Bisa saja penyebab neuropati karena penuaan atau cedera yang berdampak saraf meregang, terjepit hingga terputus. Berikut ini beberapa penyebab neuropati yang harus kamu ketahui. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa penyakit neuropati ini erat kaitannya dengan penyakit diabetes. Sudah banyak kasus di mana para penderita diabetes juga akan mengalami kerusakan saraf. Baik dalam kasus sedang hingga kerusakan saraf yang berat yang terjadi pada sistem saraf motorik, sensorik ataupun otonomik. Kemungkinan penyebab neuropati yang pertama adalah karena adanya sel tumor atau kanker di dalam tubuh. Untuk diketahui bahwa sel tumor seringkali masuk dan menekan serat-serat pada saraf yang berakibat fatal yakni kerusakan pada saraf. Dalam situasi tersebut nyatanya didukung dengan respons sistem imunitas tubuh pasien pengidap kanker tersebut yang bisa memengaruhi kerusakan pada saraf. Sekali fungsi obat adalah untuk memberikan kesembuhan atau mengatasi rasa sakit. Rupanya justru dengan mengonsumsi obat kemoterapi kamu berpotensi lebih besar untuk terkena neuropati khususnya neuropati perifer jenis polineuropati. Data yang ditulis Hellosehat.com, sebanyak 30 persen sampai 40 persen pasien penderita kanker yang mengonsumsi obat kemoterapi berpotensi lebih besar terkena polineuropati. Pengobatan medis lainnya seperti terapi radiasi juga menciptakan gejala-gejala yang mirip dengan kerusakan saraf dalam beberapa bulan atau beberapa tahun pasca terapi radiasi. Saat ginjal dan hati mengalami gangguan kesehatan, maka darah memiliki kadar racun lebih banyak dibandingkan biasanya. Dampaknya tentu kerusakan pada sistem jaringan saraf tak terhindari. Beberapa jenis penyakit autoimunitas juga bisa menyerang sistem saraf sehingga kemungkinan pasien akan menderita neuropati tinggi. Misalnya saja sindrom Guillain-Barre di mana sistem imunitas tubuh justru menyerang saraf perifer. Penyakit lainnya seperti radang pencernaan, lupus, multiple sclerosis, dan myasthenia gravis. Beberapa obat-obatan memiliki peran besar untuk meningkatkan risiko terkena neuropati. Sementara itu, kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol juga turut menyumbang kemungkinan besar kamu akan terjerat penyakit neuropati. Pasalnya, di dalam rokok dan alkohol tersebut terdapat zat beracun yang bisa menimbulkan gejala neuropati dalam kasus yang cukup parah. Bagaimana bila tanpa sadar kamu mengonsumsi zat beracun, misalnya saja zat beracun seperti arsenik, timbal, dan merkuri. Maka, sekalipun tidak sengaja kamu tetap berisiko terkena neuropati. Penting untuk memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisi tubuh agar tidak terjerat berbagai penyakit serius. Salah satunya adalah penyakit neuropati. Kamu yang kekurangan vitamin B6 dan vitamin B12 berpotensi memiliki gejala kerusakan saraf lebih besar. Beberapa penyakit menular seperti penyakit herpes, HIV, hepatitis C, dan Lyme berpotensi merusak sistem saraf pusat lebih besar sehingga penderitanya kemungkinan besar akan mengidap penyakit neuropati perifer. Pasca benturan yang terjadi sehingga menimbulkan cedera yang cukup serius biasanya akan menciptakan traumatik yang cukup serius juga hingga berdampak langsung pada kerusakan sistem saraf. Sementara itu, ada juga beberapa penyebab khusus pada kasus penyakit neuropati perifer dan neuropati kranial. Pada penyakit neuropati kranial, beberapa penyebab khusus yang berpotensi kamu mengidap neuropati kranial adalah adanya infeksi, kanker, gangguan pada pembuluh darah, meningkatnya tekanan di dalam otak, mengidap penyakit autoimun atau karena penyakit bawaan sejak lahir. Sedangkan pada penyakit neuropati perifer, penyebabnya, seperti: Gejala neuropati antara pasien satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Namun, secara garis besar gejala neuropati meliputi: Gejala yang dialami pasien penderita neuropati diabetes biasanya terjadi di sekitar kaki. Sedangkan dalam kasus pasien yang menjalani kemoterapi, gejala baru akan benar-benar hilang setelah pasien memutuskan untuk menghentikan kegiatan kemoterapi. Namun, biasanya gejala tersebut akan hilang dalam beberapa waktu saja atau sifatnya nonpermanen. Berikut ini gejala neuropatik berdasarkan jenis kerusakan saraf yang dialami pasien. Dalam kasus neuropati otonom atau otonomik, gejala yang akan dirasakan pasien mulai dari ketidakmampuan merasakan nyeri dada, sering mengeluarkan keringat (hiperhidrosis) atau sulit untuk mengeluarkan keringat (anhidrosis). Gejala lainnya seperti pusing, mata dan mulut terasa kering, sembelit, disfungsi kantong kemih dan disfungsi seksual. Pasien yang mengalami kerusakan saraf pada saraf sensorik memiliki gejala sebagai berikut: Pasien yang mengalami kerusakan saraf motorik di mana akan merasakan kesulitan dalam mengontrol pergerakan dan tindakannya akan mengalami beberapa gejala seperti lemas, kejang atau fasciculation, atrofi otot hingga kelumpuhan. Untuk mendiagnosis penyakit neuropati, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan medis. Mulai dari wawancara medis terkait riwayat kesehatan pasien. Melakukan tes fisik dan neurologis untuk mengetahui penyebab neuropatik pada pasien. Selanjutnya pemeriksaan motorik dan sensorik, refleks tendon dalam serta tes fisik dan neurologis untuk mencari tahu penyebabnya. Ada tes darah untuk mengetahui kadar gula darah pasien, kondisi vitamin di dalam tubuh pasien, apakah pasien mengidap diabetes, adakah faktor keturunan dan gangguan metabolisme tubuh, infeksi serta ketidaknormalan sistem imunitas tubuh. Selanjutnya pasien akan diminta untuk melakukan tes fungsi saraf melalui Nerve Conduction Velocity (NCV) dan Elektromiografi (EMG). Ada juga tes neuropatologi tampilan saraf yakni biopsi saraf untuk mengukur fungsi saraf. Kemudian melakukan tes otonom melalui tes QSAT. Dan terakhir melakukan tes radiologi yang meliputi pemindaian melalui foto rontgen, CT scan dan MRI untuk mengetahui tekanan dan besarnya kerusakan saraf. Setiap kasus pasien penderita neuropati, cara pengobatannya berbeda antara satu pasien dengan pasien lainnya. Sebagai contoh dalam kasus pasien neuropati kasus ringan, maka biasanya dokter hanya akan menyarankan kepada pasien untuk melakukan istirahat yang cukup di rumah dan mengonsumsi beberapa obat penghilang rasa sakit. Adapun dalam kasus pasien penderita neuropati karena diabetes, maka pasien akan diresepkan obat untuk mengontrol diabetes. Contoh selanjutnya adalah dalam kasus pasien neuropati yang disebabkan oleh kurangnya vitamin B12 maka pasien akan diresepkan suplemen vitamin B12. Selain itu, beberapa obat-obatan yang akan diberikan dokter, di antaranya: Agar terhindar dari penyakit neuropati, sebaiknya kamu mulai mengubah gaya dan pola hidup menjadi pola hidup sehat dengan mengonsumsi buah-buahan dan sayur mayur, biji-bijian dan protein tanpa lemak untuk menjaga kesehatan saraf. Beberapa makanan yang disarankan untuk dikonsumsi adalah telur, ikan, daging, makanan rendah lemak dan serat pangan yang cukup untuk mencegah kurangnya asupan vitamin B12. Ada banyak pasien penderita yang diberikan suplemen tambahan berupa vitamin B1, B6, dan B12. Ketiga vitamin tersebut dinilai ampuh untuk memproteksi sistem saraf dari kerusakan dan mengurangi gejala neuropati. Oleh karena itu, sebaiknya mulai mengonsumsi vitamin B1, B6, dan B12 untuk mencegah terjangkitnya penyakit neuropati. Rutin berolahraga atau aktivitas fisik selama 30 menit setiap harinya dan dilakukan minimal 3 sampai 5 kali dalam satu minggu untuk mempertajam kekuatan otot tubuh. Sebisa mungkin hindari gerakan-gerakan monoton yang berulang terus-menerus sehingga menimbulkan posisi otot yang kaku. Caranya kamu bisa menggunakan alat pelindung khusus di tempat kerja untuk mencegah neuropati karena gerakan yang berulang tersebut. Begitu penting menjaga kesehatan dan mendapatkan perawatan kesehatan terbaik tanpa perlu memperhatikan biaya. Sebab, ada asuransi kesehatan terbaik yang siap memberikan proteksi terhadap finansial kamu. Beli asuransi di Lifepal biaya premi bulanannya pun cukup murah yakni mulai dari Rp50 ribuan per bulan. Tips dari Lifepal! Jika kamu sering merasa kesemutan, badan lemas, hingga otot yang melemah, ini bisa menjadi tanda kamu terkena penyakit neuropati. Agar tidak terlambat, sebaiknya segera menghubungi dokter untuk penanganan dan pengobatan lebih lanjut, ya! Jangan lupa juga untuk mempersiapkan asuransi kesehatan dan juga dana darurat. Berikut ini dana darurat yang harus kamu persiapkan. Diabetes, kanker dan tumor, mengonsumsi obat kemoterapi, penyakit autoimunitas, kekurangan gizi, penyakit menular, penyakit ginjal dan hati, cedera dan trauma. Banyak mengonsumsi vitamin B, mengonsumsi makanan kaya akan gizi dan nutrisi dan rutin berolahraga.Jenis-jenis penyakit neuropati
Neuropati perifer
Neuropati proksimal
Neuropati kranial
Neuropati otonom
Neuropati fokal
Penyebab neuropati
1. Neuropati disebabkan diabetes
2. Riwayat penyakit kanker dan tumor
3. Mengonsumsi obat kemoterapi
4. Gangguan kesehatan pada ginjal dan hati
5. Penyakit autoimunitas
6. Efek samping mengonsumsi obat dan zat beracun
7. Tubuh kekurangan gizi
8. Penyakit menular
9. Mengalami traumatik
Gejala neuropati
1. Saraf otonomik
2. Saraf sensorik
3. Saraf motorik
Diagnosis dan pengobatan neuropati
1. Diagnosis neuropati
2. Pengobatan neuropati
Tips mencegah neuropati
Pentingnya asuransi kesehatan
FAQ seputar neuropati
Apa saja jenis penyakit neuropati
Apa penyebab neuropati
Bagaimana cara mencegah penyakit neuropati
- Neuropati perifer
- Neuropati proksimal
- Neuropati kranial
- Neuropati otonom
- Neuropati fokal
Diabetes, kanker dan tumor, mengonsumsi obat kemoterapi, penyakit autoimunitas, kekurangan gizi, penyakit menular, penyakit ginjal dan hati, cedera dan trauma.
Banyak mengonsumsi vitamin B, mengonsumsi makanan kaya akan gizi dan nutrisi dan rutin berolahraga.