12 Merek yang Sering Disangka Nama Barang Kebutuhan

merek

Sering gak ngalamin kejadian barang sehari-hari disebut pakai nama merek? Berani jamin, pasti sering. Bahkan mungkin kamu termasuk yang sering ngomong gitu?

Kalimat-kalimat yang menyebutkan barang sehari-hari pakai nama merek merupakan majas metonimia. Yang artinya penggunaan sepatah atau dua patah kata yang adalah merek kemudian dijadikan kata benda.

Dalam kehidupan sehari-hari, secara gak sadar banyak orang yang memakai majas metonimia ini. Tanpa kita ketahui, kita terbiasa menyebut nama barang-barang tertentu dengan nama mereknya.

Tentu saja kita juga kerap membeli barang sehari-hari yang pakai nama merek tersebut. Meski begitu, jangan sampai merekboros membeli barang-barang tersebut, kamu harus bijak menghemat. Dan, poin penting saat menghemat atau menabung adalah memastikan ketersediaan dana darurat dan asuransi kesehatan untuk meminimalisir risiko.

Lantas, kok bisa sih merek-merek ini begitu melegenda sehingga kerap salah dikira nama berang gitu? Yuk, simak apa aja merek-mereknya! Jangan kaget ya.

1. Aqua

Aqua adalah merek air mineral dalam kemasan. Bisa dibilang brand air mineral ini merupakan yang pertama dan terbesar di Indonesia.

Kok bisa?

Merek air mineral dalam kemasan ini adalah yang pertama di Tanah Air. Promosinya sangat gencar dan brand-nya udah ada sejak berpuluh-puluh tahun silam.

Wajar kalau banyak orang yang lidahnya sering keseleo menggunakan “Aqua” sebagai kata ganti air mineral. Mereknya udah ngelotok banget di kepala!

Yuk tiru!

Jadi pelopor itu emang jadi keuntungan banget. Dengan jadi yang pertama, otomatis merek dagangmu bakal jadi yang paling diingat. Berani gak buat terobosan?

2. Softex

Softex jadi nama generik buat semua pembalut wanita yang ada di Indonesia. Padahal, Softex adalah merek dari perusahaan yang hadir sejak tahun 1970-an.

Kok bisa?

Di awal kemunculannya, Softex hampir gak punya saingan. Bahkan, tahun 1980-an jadi puncak kejayaannya karena mampu menguasai 65 persen pasar Indonesia. Meski sempat terpuruk karena lamban berinovasi dan tergeser dengan brand lainnya, kini Softex udah mulai mengubah image-nya jadi kekinian.

Yuk tiru!

Sekali lagi, jadi pelopor itu emang enak banget. Kamu bisa kuasai pangsa pasar produk di wilayah kamu sebelum saingan pada bermunculan. Namun, kamu gak boleh lupa berinovasi biar gak tergeser oleh kompetitor baru.

3. Odol

Nah ini dia merek legendaris yang jarang banget orang tahu. Kamu gak bakal nemuin lagi merek ini dimana-mana karena emang udah gak ada. Meski begitu, namanya masih sering diucapkan, dan bahkan sering salah dikira nama sesungguhnya untuk pasta gigi.

Kok bisa?

Tahukah kamu kalau Odol adalah merek pasta gigi yang hadir di zaman kolonialisme Belanda? Merek ini berasal dari Jerman, dan beroperasi sejak tahun 1800-an. Merek pasta gigi ini juga jadi yang pertama kali masuk ke Indonesia. Selain itu, penyebutannya pun lebih pendek daripada menyebutkan “pasta gigi” yang terdiri atas dua kata.

Yuk tiru!

Merek ini emang simpel banget buat diucapkan. Cukup satu kata dengan empat huruf. Pengucapannya tentu jadi lebih simpel ketimbang menyebutkan nama produknya, bukan? Bisa ditiru kalau punya produk dagang sendiri nih.

4. Indomie

Buat menyebut mi instan, kebanyakan orang pasti bakal bilang “indomie“. Mungkin hampir gak ada orang Indonesia yang ngomong, “Pengin masak mi instan nih.” Mau apapun mereknya, produk mi instan pasti disebut “indomie”. Padahal “indomie” juga merek woy!

Kok bisa?

Indomie adalah tonggak sejarah mi instan di Indonesia. Selain itu, mereknya pun gampang diingat dan Indonesia banget. Oh ya, yang gak kalah penting, siapa juga yang bisa menolak rasa Indomie yang emang enak banget?

Yuk tiru!

Gak cuma ngandalin diri sebagai pelopor, Indomie senantiasa berinovasi dan menjaga cita rasanya. Jadi, kamu pun harus begitu kalau mau berbisnis. Kamu bisa aja jadi yang pertama, tapi buat mempertahankan pangsa pasar haruslah jaga kualitas.

5. Pampers

Pampers sebenarnya adalah merek diaper alias popok bayi sekali pakai. Akan tetapi, orang Indonesia kebanyakan mengganti istilah “popok sekali pakai” yang cukup panjang ini dengan satu kata: “pampers”.

Kok bisa?

Sama seperti beberapa nama generik lainnya, Pampers adalah pionir di Indonesia, dan bahkan dunia, buat produk popok sekali pakai. Penemunya adalah seorang kakek lho! Kakek bernama Victor Mills ini terpikir membuat popok sekali pakai karena kerepotan untuk mengganti popok cucunya. Ibu-ibu harus berterima kasih nih sama sang kakek.

Yuk tiru!

Lagi-lagi jadi yang pertama tentu kasih keuntungan tersendiri. Namun, dari si kakek penemu popok sekali pakai, kamu bisa ambil pelajaran bahwa bisnis bisa timbul dari masalah yang kita alami sehari-hari. Meskipun, produk tersebut sebenarnya gak kita banget, kenapa gak esksekusi kalau emang bakal berguna?

6. Handyplast / Hansaplast

Handyplast udah melekat banget sama produk plester luka. Kini, namanya berubah jadi Hansaplast. Akan tetapi, orang-orang bakal lebih ingat sama merek ini dibandingkan dengan kata “plester”.

Kok bisa?

Asal tahu aja, di tahun 2002, Hansaplast menguasai 90 persen pasar di Indonesia. Selain jadi pionir, Hansaplast jago dalam beriklan. Produk ini tampak sepele, namun tetap dipasarkan secara masif. Selain itu, tagline-nya “Tanpa O-oo” benar-benar melekat di pikiran masyarakat.

Yuk tiru!

Kamu bisa tiru strategi marketing Hansaplast. Mereka gak cuma sekadar beriklan, namun bisa bikin iklan itu melekat di pikiran masyarakat, salah satunya lewat slogan yang mudah diingat.

7. Pylox

Pylox di Indonesia sering disangka sebagai sebutan buat cat semprot. Padahal, Pylox adalah salah satu produk keluaran Nippon Paint.

Kok bisa?

Buat yang gemar seni grafiti sih udah gak asing sama merek Pylox. Namun, masyarakat awam sering kali menyebut cat semprot dengan Pylox. Sebab, produk ini adalah salah satu produk legendaris di Indonesia, seperti halnya Indomie, Pampers, dan Softex.

Yuk tiru!

Nippon Paint emang terkenal dengan produk-produk catnya. Namun, biasanya orang mengindetikkan cat Nippon buat produk rumah tangga. Diversifikasi produk yang mereka lakukan malah sukses bikin Pylox jadi “merek tersendiri” yang bahkan orang gak sadar kalau produk ini bagian dari Nippon. Keren deh!

8. Baygon

Baygon adalah merek buat produk pembasmi serangga andalan rumah tangga. Orang lebih suka menyebut “baygon” ketimbang pembasmi atau semprotan pembunuh serangga yang emang panjang banget buat diucapkan.

Kok bisa?

Pertama, Baygon cuma terdiri dari satu kata. Dengan gitu, gampang diingat dan disebut. Gak cuma itu, produk ini juga sangat populer di Indonesia sehingga orang-orang lebih mengingatnya ketimbang merek produk sejenis.

Yuk tiru!

Sekali lagi, merek dengan satu suku kata emang direkomendasikan banget. Orang-orang lebih mudah ingat, bahkan jika dibandingkan dengan nama benda itu sendiri yang cukup panjang.

9. Chiki

Chiki sebenarnya adalah merek makanan ringan. Namun, masyarakat lebih terbiasa menyebut “chiki” sebagai kata benda untuk mengganti kata “snack” atau “camilan asin”. Parahnya lagi, kata “chiki” sering juga disematkan untuk jadi keterangan camilan tertentu. Misalnya:

“Mau beli apa dek?”

“Beli chiki pak”

“Chiki apa?”

“Taro pak”

Nah lho, mau Chiki apa Taro nih sebenernya? #dobelsalahnya

Kok bisa?

Chiki adalah pelopor makanan ringan di Indonesia. Harganya pun sangat murah di zamannya, yaitu seribuan aja. Oleh karena itu, snack ini digemari oleh segala kalangan. Mulai dari anak-anak dan bahkan dewasa. Orang dewasa sendiri merasa Chiki jadi bagian masa kecil mereka.

Yuk tiru!

Gak ada salahnya menawarkan harga murah buat produk kamu. Bahkan, kamu bisa menyasar pasar anak-anak maupun kelas bawah.

10. Keds

Buat menyebut sneakers atau sepatu dengan sol fleksibel yang berbahan karet, cukup banyak yang mengucapkan “sepatu keds”. Padahal, Keds adalah merek sepatu sneakers asal Amerika Serikat yang hadir sejak tahun 1916 lho.

Kok bisa?

Awalnya, sepatu ini dikhususkan buat perempuan. Artis-artis Hollywood selevel Marilyn Monroe, Audrey Hepburn, sampai dengan Jennifer Grey berperan dalam pemasaran sepatu ini. Kini, merek ini udah tersebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Yuk tiru!

Memfokuskan pada pasar yang spesifik bisa memudahkan jalannya promosi produk kamu. Bahkan, pangsa pasar kamu jadi lebih luas nantinya.

11. Toa

Toa sering diucapkan buat menyebut megafon alias pengeras suara berbentuk corong. Padahal TOA adalah merek megafon asal Jepang yang udah hadir sejak tahun 1949.

Kok bisa?

TOA diklaim sebagai produk megafon listrik pertama di dunia. Gak salah kalau merek ini melekat banget di telinga dan bibir masyarakat. Hampir 90 persen pasar di Indonesia dikuasai oleh merek ini.

Yuk tiru!

Sekali lagi, jadilah pelopor buat inovasi tertentu. Udah hampir pasti, itu bakal bikin kamu diingat oleh masyarakat.

12. Stabilo

Stabilo sebenarnya adalah merek buat produk highlighter atau pulpen penanda dengan ujung pipih. Masih ada merek highlighter lainnya lho, yaitu Joyko atau Faber-castell. Produk ini adalah buatan Jerman yang berada di bawah perusahaan Schwan-STABILO.

Kok bisa?

Merek Stabilo ini adalah salah satu pelopor penanda dengan ujung yang pipih. Bentuknya yang pas banget ini buat menandai suatu tulisan bikin orang ingat sama merek tersebut. Selain itu, kualitas merek Stabilo juga patut diacungkan jempol karena gak mudah luntur. Padahal selanjutnya, udah banyak merek lain yang bermunculan, misal Joyko dan lainnya. Namun, orang-orang udah keduluan cuma ingat sama istilah Stabilo ketimbang “highlighter” yang kalau disebutkan bikin lidah keseleo.

Yuk tiru!

Produk ini terkenal karena kualitasnya yang bagus dalam waktu yang lama. Buat kamu yang pengin menjual produk tertentu, perhatikan deh kualitasnya. Dengan gitu, orang bakal terus mengingat produk kamu.

Nah, sekarang udah tahu kan kalau nama produk yang sering kamu sebut di atas ternyata adalah merek? Jangan sampai keblinger ya!

Jika kamu punya pertanyaan soal cara menghemat, produk asuransi maupun proses klaim, hingga masalah hukum dan sebagainya, silakan tanyakan ke tim ahli melalui Tanya Lifepal.