5 Karakter Pengusaha Surabaya Ini Bikin Mereka Jadi #CrazyRichSurabayans

5 Karakter Pengusaha Surabaya Ini Bikin Mereka Jadi #CrazyRichSurabayans

Menyusul kesuksesan film Crazy Rich Asians, muncullah fenomena konglomerat Surabaya dengan #CrazyRichSurabayans di Twitter. Tagar tersebut merupakan kumpulan kesaksian para netizen yang pernah bersinggungan dengan konglomerat Surabaya. Mulai dari kebiasaan pelesiran anak konglomerat ke luar negeri hingga mudahnya mereka membeli barang-barang mewah dalam hitungan hari bahkan jam.

Hal tersebut bukan isapan jempol alias karang-karangan netizen belaka. Faktanya, banyak orang asal Surabaya dan kota asal Jawa Timur lainnya yang masuk jajaran orang terkaya di Indonesia.

Sebut aja bos Lippo Group Mochtar Riady yang berada pada urutan 9 orang terkaya Indonesia versi Forbes 2017. Pria kelahiran Malang, Jawa Timur ini memiliki kekayaan sebesar $2,7 miliar atau setara Rp 40 triliun.

Ada juga Dahlan Iskan, Mantan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara asal Magetan ini diketahui memiliki kekayaan sebesar $370 juta atau setara Rp 5,5 triliun. Selain mereka, ada Alim Markus, Surya Wonowidjojo, Harry Susilo dan masih banyak lagi.

Kesuksesan mereka ini gak lepas dari karakter dan prinsip wong Jowo Timur yang akhirnya berbuah manis. Ini dia 6 karakter #CrazyRichSurabayans yang layak buat ditiru.

1.  Gaya hidup sederhana

alim markus
Alim Markus (netralnews)

Para pengusaha Surabaya terkenal dengan gaya hidup yang sederhana. Mulai dari pemilik Kapal Api, bos Maspion Group, Alim Markus. Mereka tidak ragu makan di rumah makan sederhana atau keluar rumah dengan busana biasa. Gak perlu heboh pamer kekayaan, toh semua orang di sekitar telah tahu properti berharga tinggi yang mereka miliki, serta memimpin ribuan karyawan.

Mereka juga gak segan-segan menggunakan kendaran umum. Seperti Dahlan Iskhan yang pernah kedapatan beberapa kali naik becak sekalipun punya Jaguar.

Para pengusaha tersebut, terutama yang merintis bisnis dari nol tidak lantas hidup glamor ketika berhasil. Sebaliknya, mereka lebih mengutamakan falsafah urip iki urup (hidup itu harus bermanfaat untuk orang lain).

2.  Tampak “biasa” tapi tembus mancanegara

 

View this post on Instagram

 

A post shared by FINNA FOOD OFFICIAL (@finnafood_id) on Nov 13, 2017 at 9:12pm PST

Bukan cuma tampilan mereka yang tampak sederhana, tapi juga ide bisnis yang mereka jalani. Mereka bisa menjadikan ide sederhana diterima hingga pasar global.

Contoh, ada bisnis es puter dengan brand Tempo Doeloe yang semula dilakukan secara manual kini produknya sudah tembus pasar internasional.

Ada pula ide jualan produk kelautan dalam bentuk kerupuk udang yang dirintis dengan kegigihan hingga diminati pasar Eropa dan Amerika. Kerupuk tersebut menggunakan brand Kerupuk Finna di bawah naungan perusahaan Sekar Group.

Hal ini bisa menjadi contoh yang tepat untuk anak muda yang ingin jadi pengusaha. Jangan pernah anggap remeh ide bisnis sesederhana apapun, sebab jika dikerjakan dengan gigih, hasilnya bisa jauh lebih menguntungkan dibanding inovasi yang tampak canggih. Betul gak?

3. Mengutamakan kolaborasi dibanding kompetisi

Bussinessman (Ilustrasi).

Warga Jawa Timur, khususnya Surabaya kadang dilabeli oleh stereotip keras dan kasar dibanding warga Jawa lain. Padahal stereotip tersebut hanya kulitnya saja, sementara aslinya mereka terkenal loyal dan punya hati yang tulus. Apalagi pada teman dan sanak saudara.

Begitu pula dengan para pengusahanya. Daripada bersaing satu sama lain, mereka berupaya untuk kolaborasi agar semua bisnis bisa sama-sama sukses.

Contohnya nih, PT Mannara Kompak Sukses Bersama yang terbentuk atas kolaborasi hingga 17 pengusaha ternama di Surabaya. Masing-masing pemilik restoran telah memiliki pengalaman hingga belasan tahun namun alih-alih bersaing, mereka memilih kolaborasi untuk mendirikan perusahaan restoran raksasa bersama.

4. Pekerja keras dan disiplin

Alim Markus
Maspion Bazar (maspion)

Gak sedikit konglomerat Surabaya yang memulai usahanya dari nol. Tinggal di desa dengan segala keterbatasan yang dimiliki, mereka bisa berada di posisinya saat ini. Kuncinya gak lain adalah kerja keras dan jadi pribadi disiplin.

Contohnya adalah bos Maspion, Alim Markus. Alim remaja tak menamatkan pendidikannya di SMP demi membantu usaha sang ayah.  Namun, sekalipun berhenti sekolah, ia tetap meluangkan waktu untuk belajar Bahasa Inggris, Cina, Jepang, hingga ilmu akuntansi.

Kegigihan bos Maspion tersebut tak jauh berbeda dengan pengusaha Dahlan Iskan. Besar di keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah justru memicu Dahlan untuk rajin dan disiplin demi mengubah nasib.

5. Mendidik anak dengan “keras”

Konglomerat (Ilustrasi).

Meskipun punya harta berlimpah, gak sedikit konglomerat Surabaya yang mendidik anaknya secara disiplin dan hidup sederhana. Hal ini tidak lain agar sang anak juga bisa meneladani kesuksesan orangtua yang diraih dengan kerja keras dan proses panjang.

Misalnya seperti yang terjadi pada Eiffel Tedja, anak konglomerat Alexander Tedja, raja properti dan mal di Surabaya di bawah bendera Pakuwon Group. Diberitakan di media, Eiffel akan mewarisi bisnis sang ayah.

Namun, ia mengaku hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Menurutnya, baik ayah maupun ibunya masih menilai prestasi kualitas serta integrasi sebelum menyerahkan kepemimpinan perusahaan.

Oleh karenanya, Eiffel diwajibkan bekerja terlebih dulu di pelbagai perusahaan lain, seperti perusahaan Platinum Securities Hongkong dan Mahanusa Capital. Selanjutnya ketika masuk ke Grup Pakuwon pun, ia ditempatkan pada posisi bawah dan hanya bisa naik tingkat atas kerja kerasnya dan performa kerjanya sendiri.

Nah, sangat menginspirasi bukan, bagaimana gaya hidup para konglomerat di Surabaya. Tertarik, yuk dari sekarang disiplin dan hidup sederhana. Jangan lupa pula untuk belajar bisnis, agar keturunan kamu kelak bisa menjadi kaya seperti keturunan mereka.