5 Pengusaha Sukses Keturunan Tionghoa Ini Memulai Usaha dari Nol
Menjadi pengusaha sukses tentu gak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi jika harus memulainya dari nol. Karena kepentok modal, kebanyakan orang batal merintis usaha lantaran takut gagal dan bangkrut.
Meski demikian, hal itu gak berlaku untuk lima warga Indonesia keturunan Tionghoa ini. Berkat kegigihan dan modal nekat, mereka jadi kaya raya dari bisnis yang dirintis dari nol. Bahkan, beberapa di antaranya berhasil masuk ke deretan orang terkaya di Indonesia lho.
Gak dapat dipungkiri, sebagai warga Tionghoa, lima tokoh ini gak lepas dari tradisi seputar mengatur keuangan. Dan mereka pun gigih dalam urusan berjuang untuk masa depan.
Nah, sehubungan dengan momentum Hari Raya Imlek 2018, yuk kita simak kisah hidup lima pengusaha sukses Indonesia keturunan Tionghoa yang berhasil membangun bisnis dari bawah. Jangan salah lho, salah satu di antara mereka ada yang cuma lulusan sekolah dasar alias SD.
1. Eka Tjipta Wijaya
Dengan kekayaannya yang menyentuh angka US$ 9,1 miliar alias Rp 122 triliun, bos Sinarmas Eka Tjipta Wijaya berhasil menduduki posisi orang terkaya kedua di Indonesia. Padahal, pria yang lahir pada 1923 di Negeri Tirai Bambu itu hanya lulusan SD.
Eka yang lahir dengan nama Oei Ek Tjhong pindah ke Indonesia pada 1932, lebih tepatnya ke Makassar. Karena keterbatasan biaya, Eka tidak melanjutkan studinya. Orangtuanya pun harus meminjam dana dengan bunga yang sangat besar untuk bertahan hidup.
Saat remaja, Eka mulai mencoba untuk berbisnis. Dia mulai dengan menjual gula dan biskuit dengan cara membelinya secara grosir, lalu menjajakan ke pelanggan.
Singkat cerita, bisnisnya pun berjalan mulus dari tahun ke tahun. Pada era 1980-an, dia berhasil membeli kebun kelapa sawit seluas 10 hektare di Riau, beserta mesin dan pabriknya. Setelah bisnisnya berkembang pesat, Eka pun melakukan ekspansi ke sektor bisnis lainnya.
Kini Sinarmas bukan hanya jadi perusahaan yang tersohor di Indonesia. Mereka pun merambah pasar internasional dan punya proyek di Shenyang, China, dan Singapura.
2. Sudono Salim
Mendiang Sudono Salim alias Liem Sioe Liong adalah ayah dari orang terkaya ke-4 di Indonesia, yaitu bos Salim Group, Anthoni Salim. Pria yang lahir di Fukien, Cina, pada 1916 ini berlabuh di Kudus dan bergabung bersama kakaknya Liem Hoe Sie.
Sebelum jadi pengusaha sukses, pria yang akrab di sapa Om Liem ini hanyalah putra seorang petani. Namun ketika di Kudus dia bergabung dengan kakak dan pamannya untuk memulai bisnis minyak tanah.
Berawal dari minyak tanah, Om Liem melebarkan bisnisnya dengan memasok cengkeh ke perusahaan rokok setempat. Singkat cerita, pada 1945 bisnis Sudono pun mengalami perkembangan karena dirinya berhasil menjalin hubungan yang harmonis dengan pemerintah Indonesia.
Di dekade 1950-an, Sudono Salim mulai melakukan pengembangan bisnis ke sektor perbankan. Dia mendirikan Bank Windu Kencana dan Bank Central Asia alias BCA, yang kini sahamnya dikuasai oleh keluarga Hartono. Di tahun 1966, Sudono Salim sudah jadi taipan.
Kini, bisnis grup Salim udah merambah ke sektor otomotif, barang konsumsi, sampai manufaktur.
3. Tahir
Lahir di dengan nama Ang Tjoen Ming di Surabaya 1952 silam, pendiri Mayapada Group ini dulunya hidup sulit. Ayah ibunya bekerja sebagai pembuat becak, dan ketika lulus sekolah menengah atas (SMA) cita-citanya yang ingin menjadi dokter kandas karena ayahnya wafat.
Tahir pun harus melanjutkan bisnis becak sang ayah guna bertahan hidup. Tapi gak lama kemudian Tahir mendapat beasiswa sekolah bisnis di Singapura, dia pun gak mau menyia-nyiakan kesempatan itu.
Sambil kuliah, dia berusaha mencari produk berupa pakaian perempuan dan sepeda dari Negeri Jiran untuk dijual di Indonesia. Dari situlah naluri bisnis impornya mulai muncul. Di usianya yang ke 35, dia kembali menuntut ilmu di Negeri Paman Sam.
Berawal dari bisnis pakaian, Tahir pun mulai memberanikan diri terjun ke bisnis perbankan. Diawali dari Mayapada Group pada 1986 silam, dia pun mengembangkan gurita bisnisnya ke dealer mobil, garmen, dan kesehatan. Pada 1990, bisnis perbankannya pun maju pesat. Dan saat ini Tahir menempati urutan ke-8 orang terkaya di Indonesia.
4. William Soeryadjaya
Pria yang lahir dengan nama Tjia Kian Liong ini lahir di Majalengka, 20 Desember 1922 dan wafat pada 2 April 2010. Beliau adalah pendiri dari perusahaan otomotif PT Astra International.
Saat masih berusia 12 tahun, William sudah menjadi anak yatim piatu. Dan saat berusia 19 tahun dia terpaksa meninggalkan studinya dan menjadi pedagang kertas di Cirebon, sekaligus benang tenun di Majalaya. Gak lama kemudian, dia langsung beralih usaha menjual hasil bumi.
Motivasinya dalam berdagang pun cukup sederhana. Dia harus melakukan hal itu untuk membantu saudara-saudaranya, itu saja.
Dari hasil dagangannya, William berhasil melanjutkan studi ke Belanda. Ketika kembali ke Tanah Air dia harus mendirikan industri penyamakan kulit, dan tiga tahun kemudian mendirikan perusahaan ekspor impor yang gagal karena ditipu.
William mendirikan PT Astra International bersama adik dan kawannya. Awalnya, perusahaan ini bergerak di sektor minuman ringan merek Prem Club. Tapi akhirnya, Astra justru merambah ke otomotif, peralatan berat, komoditas, dan lainnya.
Awalnya, Astra memasok truk Chevrolet, dan pada dekade 1960-an bisnis mereka kian moncer. Truk tersebut laris layaknya kacang goreng. Selanjutnya, Astra pun mulai melakukan perakitan sendiri terhadap truk Chevrolet dan menjadi agen pemasok Toyota, Daihatsu, mesin Komatsu, dan Xerox. Di situlah om William akhirnya jadi pengusaha sukses.
5. Liem Seeng Tee
Familiar sama nama ini? Beliau adalah pendiri dari salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia, yaitu HM Sampoerna. Cucunya, Putera Sampoerna kini tercatat sebagai orang terkaya ke-17 di Indonesia versi Forbes.
Sebelum jadi pengusaha sukses, Liem adalah imigran miskin dari Fujian, Cina yang merantau ke Indonesia pada 1858 bersama kakak dan ayahnya. Gak lama setelah sampai di Indonesia, ayahnya meninggal dan Liem dititipkan ke salah satu keluarga keturunan Tionghoa di Bojonegoro.
Sejak kecil, Liem sudah terbiasa hidup mandiri. Dia sering berjualan makanan ringan di kereta dengan cara melompat masuk gerbong saat pagi-pagi buta. Konon kabarnya, dia pernah berjualan tanpa istirahat selama 18 bulan. Dan di situlah dia belajar meracik tembakau.
Setelah menikah dengan Siem Tjiang Nio, dia bekerja di pabrik pelintingan rokok di Lamongan. Namun akhirnya, dia berhenti dan memulai bisnis warung kecil di Surabaya. Selain jualan makanan, Liem juga menjual rokok hasil lintingannya sendiri. Usaha ini sempat maju tapi akhirnya hancur karena tempat tinggal mereka terbakar.
Gak lama kemudian, Liem mendapat peluang baru dalam bisnis. Liem ditawarkan untuk membeli pabrik tembakau yang sudah mau bangkrut dengan harga murah. Dia pun gak mau menyia-nyiakan kesempatan ini mengingat dirinya pandai melinting rokok.
Lambat laun, usaha ini pun berkembang jadi besar. Beberapa rokok yang mereka produksi termasuk Dji Sam Soe, dan menjelang pendudukan Jepang, perusahaan ini sudah memiliki 1.300 karyawan. Liem pun menghembuskan nafas terakhirnya pada 1956, dan mewariskan perusahaan ini ke putrinya, Sien dan Hwee.
Lima kisah pengusaha sukses keturunan Tionghoa itu mengajarkan kita kalau tidak ada yang mustahil dalam berbisnis. Selama kita berani dan mau bekerja keras, impian sebesar apa pun bisa kita realisasikan.
Lihat saja Eka Tjipta Wijaya, siapa sangka imigran Cina miskin yang cuma lulusan SD dan semasa remaja jualan gula sekarang jadi orang terkaya ke-2 di Indonesia. Lalu Sudono Salim dan Liem Seeng Tee yang berhasil mewariskan sebuah dinasti bisnis ke anak cucunya di masa depan.
Semua bisnis mereka, dijalankan dari nol lho. So, gak nutup kemungkinan kan beberapa tahun yang akan datang siapa tahu kamu yang bakal jadi orang terkaya di Indonesia.
[Baca: Dulu 10 Pengusaha Sukses Indonesia Ini Merangkak dari Nol, Sekarang Jadi Menteri]