Begini Nasib Saham 8 Anak Perusahaan Lippo Usai Kasus Meikarta

Meikarta (IG Lippogroup.id)

Kisruh Meikarta memang berdampak kepada harga saham perusahaan yang berada di bawah naungan Lippo Group. Memang sih merosot, namun turunnya ternyata gak terlalu sesignifikan yang kita bayangkan, dan sekarang sudah mulai naik.

Belum lama ini, proyek properti raksasa itu memang jadi kabar yang ramai di media. Pasalnya, muncul kabar mengenai skandal suap yang dilakukan pejabat Lippo Group terhadap Bupati Bekasi Neneng Hasanah.

Dari kasus Meikarta, orang-orang pun ramai memperbincangkan rumah Neneng Hasanah dan hartanya yang luar biasa fantastis.

Balik lagi soal saham Lippo Group. Tentu saja, sentimen-sentimen negatif tersebut bakal berdampak pada harga saham perusahaan yang berada di bawah naungan Lippo.

Dan, ketika turun, tentu itu bakal jadi peluang buat kamu yang hobi berinvestasi di sektor pasar modal. Namun, berhubung adanya penyelidikan secara internal, harga saham-saham itupun menguat per 17 Oktober.

Ingin tahu bagaimana nasib dari saham perusahaan-perusahaan di bawah naungan Lippo Group? Yuk simak ulasannya di bawah ini.

1. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR)

PT Lippo Karawaci Tbk (lippokarawaci.co.id)
PT Lippo Karawaci Tbk (lippokarawaci.co.id)

Saham ini sempat merosot pada penutupan perdagangan di Selasa 16 Oktober. Dan memang, selama dua hari harganya terus turun.

Pada penutupan tanggal 16 Oktober, LPKR turun ke angka Rp 274 per saham. Namun, sudah kembali normal di Rp 288 per saham, pada 17 Oktober.

Meski sudah naik, saham LPKR sejatinya memang berada di level yang sangat rendah dalam lima hari belakangan ini. Jelas saja wong pada 12 Oktober masih ada di Rp 302 per saham.

Bisa jadi ini sinyal baik buatmu untuk mengoleksi saham ini. Tapi, ingat lho, masih ada potensi penurunan valuasi karena kasus ini masih jadi buah bibir. Ketika muncul sentimen-sentimen buruk maka bisa jadi angkanya makin turun.

2. PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK)

 PT Lippo Cikarang Tbk (HousingEstate)
PT Lippo Cikarang Tbk (HousingEstate)

Perusahaan yang satu ini adalah holding PT Mahkota Sentosa Utama yang gak lain adalah pengembang proyek megaproyek Meikarta.

Pada penutupan perdagangan 16 Oktober 2018, saham anak perusahaan Lippo Group ini juga amblas hingga di angka Rp 1.200. Kabarnya, penurunan valuasi saham ini juga berlangsung selama dua hari.

Tapi, LPCK bangkit hingga sempat menyentuh Rp 1.320 per saham pada pukul 10.20 WIB, pada 17 Oktober. Dan, pada akhir penutupan perdagangan naik ke Rp 1.330.

Bisa dibilang saham LPCK juga lagi anjlok dalam satu bulan terakhir ini. Asal kamu tahu, di 17 September 2018, nilainya adalah Rp 1.895 lho.

3. PT Matahari Department Store Tbk (LPFF)

 PT Matahari Department Store Tbk
PT Matahari Department Store Tbk

Saham perusahaan yang dibeli Lippo Group dari mendiang Hari Darmawan ini juga menguat pada 17 Oktober 2018 hingga berada di level Rp 6.150. Di hari sebelumnya saat penutupan tanggal 16, LPFF ada di angka Rp 5.975 per saham.

Dalam enam bulan terakhir ini, saham LPFF juga mengalami penurunan yang cukup drastis. Bayangin saja, di awal 2018 angkanya mencapai Rp 11 ribu persaham lho.

Mungkin saja ini merupakan dampak dari efek domino tutupnya gerai ritel di Tanah Air. Matahari juga pernah tutup gerai di tahun 2017.

4. PT Siloam Hospital Tbk (SILO)

PT Siloam Hospital Tbk (Siloamhospitals.com)
PT Siloam Hospital Tbk (Siloamhospitals.com)

Pada tanggal 16 Oktober, saham rumah sakit beken ini anjlok parah. Pada penutupan sesi I perdagangan masih tercatat Rp 2.520 per saham, tapi saat dibuka di sesi II langsung anjlok ke Rp 2.400!

Pada 17 Oktober, harga saham SILO sudah mulai naik ke Rp 2.480 di akhir sesi II perdagangan. Ya setidaknya sudah cukup membaik walaupun belum normal seperti beberapa hari sebelumnya.

Saham Siloam bisa dibilang ngedrop dalam enam bulan belakangan ini. Di Desember 2017, valuasi saham SILO mencapai Rp 10 ribuan lho, namun makin kesini malah makin turun.

5. PT Multipolar Tbk (MLPL)

PT Multipolar Tbk (Indotelko)
PT Multipolar Tbk (Indotelko)

Kamu tahu perusahan apa ini? Ini adalah perusahaan pengecer barang elektronik yang sudah berdiri sejak 1975 silam.

Saat ini, Multipolar juga sudah menjadi perusahaan investasi strategis dengan bisnis di bidang ritel dan teknologi. Dan tentunya juga berada di bawah naungan Lippo Group.

MLPL juga lagi nanjak ke angka Rp 88, setelah sebelumnya terpuruk di angka Rp 71 perak per saham. Murah banget ya harganya, kebayang dengan uang Rp 1 juta kamu bisa dapat banyak lembar saham perusahaan ini.

Sama seperti anak perusahaan Lippo lainnya, MLPL juga lagi turun. Pada Januari 2018, harganya sempat ada di angka Rp 185 per saham.

6. PT First Media Tbk (KBLV)

First Media (IG FirstMedia)
First Media (IG FirstMedia)

Saham perusahaan layanan TV kabel milik Lippo Group ini juga sempat anjlok ke level Rp Rp 426 saham pada 16 Oktober. Namun, akhirnya bangkit lagi ke Rp 468 per saham.

Semua tentu tahu, selain punya TV kabel, First Media juga memiliki layanan internet yang lumayan cepat. Layanan itu bernama Fastnet yang jadi saingannya Indihome.

7. PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA)

Matahari Dept Store (Wikipedia)
Matahari Dept Store (Wikipedia)

Sama-sama Matahari, tapi kalau MPPA berada di bawah naungan PT Multipolar. Bedanya dengan Matahari Department Store adalah, perusahaan ini merupakan induk dari Hypermart, Timezone, dan Foodmart.

Intinya, sama-sama ritel tapi brand yang ada di bawah naungan MPPA memang berbeda. Kebanyakan yang berhubungan dengan swalayan.

Setelah berada di level Rp 164 per saham pada 16 Oktober, saham MPPA akhirnya bangkit di keesokan harinya mencapai Rp 177 per saham. Tapi tetap saja, saham mereka di tahun ini nilainya merosot. Awal 2018 masih ada di kisaran Rp 500 per saham.

Seperti itulah laporan mengenai saham-saham milik anak perusahaan Lippo Group. Intinya saham perusahaan-perusahaan ini valuasinya memang gak seperti saham BCA yang terus mengalami kenaikan dalam lima tahun, atau Unilever dan Gudang Garam. Dan di tahun ini, tren harga saham mereka memang cenderung menurun.

Harga yang turun tentu memunculkan hasrat buat memborong bukan? Mau beli saham milik perusahaan mereka? Pikir-pikir dulu tertutama yang mau beli saham retailnya.

Bisnis ritel lagi gak bagus untuk saat ini, kalau harga sahamnya ngedrop kamu yang pusing. (Editor: Chaerunnisa)