Zaman Panjat Sosial, Ini 5 Cara Bedain Orang Kaya Beneran Sama yang Ngaku-ngaku Kaya

orang kaya

Siapa sih yang gak mau jadi orang kaya. Gak cuma tinggal di rumah yang super nyaman, kamu juga bisa mengendarai kendaraan mewah dan bisa traveling keliling dunia tanpa harus mikirin uang.

Meski begitu, harta berlimpah tidak bisa didapat dengan mudah. Butuh perjuangan dan kerja keras untuk meraihnya. Kamu juga harus bersabar menunggu bertahun-tahun hingga akhirnya bisa mencapai apa yang disebut kebebasan finansial.

Nah, konteks orang tajir di sini tuh bukan dilihat dari segi penampilan lho. Tapi dari prestasi atau kesuksesan yang berhasil mereka raih. Karena kalau cuma melihat dari di sisi luarnya aja, bisa dibilang Mark Zuckerberg gak masuk kategori.

Pasalnya, bos Facebook dikenal dengan gayanya yang sangat sederhana. Bahkan, ia lebih suka mengenakan kaos dibanding kemeja apalagi setelan jas. Padahal Zuckerberg punya uang hingga US$ 63 miliar atau setara dengan Rp 902,5 triliun. Ia pun berada di posisi orang terkaya ke-8 di dunia versi Forbes.

Sayangnya, hingga saat ini masih banyak orang yang terkecoh atau menilai kaya-tidaknya seseorang dari penampilan luarnya aja. Misalnya aja dari tas atau sepatu yang ia gunakan. Padahal, banyak banget orang yang berlaga sok kaya cuma buat panjat sosial doang. Aslinya, justru gak punya uang.

Buat kamu yang penasaran gimana caranya membedakan orang kaya beneran sama yang ngaku-ngaku kaya, langsung aja simak di bawah ini yuk seperti yang sudah dirangkum oleh MoneySmart.id:

1. Orang kaya beneran gak suka pamer di sosial media, beda sama orang yang ngaku-ngaku hobinya malah pamer

orang kaya
Beli tas baru aja diposting. (Shutterstock)

Di zaman yang udah serba digital, bisa dibilang kini banyak orang yang sudah ketergantungan dengan sosial media. Selain dapat menjaga tali silaturahmi dengan teman-teman lama, sosial media juga menjadi ajang “pamer” banyak orang lho.

Ayo, siapa yang sering lihat teman-temannya pamer di sosmed? Abis beli tas baru posting, lagi liburan posting, bahkan sampai makan pun juga diposting. Tapi, tentu aja yang diposting saat lagi di tempat mewah. Coba kalau makan di warteg, boro-boro deh kepikiran buat mainin sosial media.

Tapi hal itu tentu berbeda lho dengan yang dilakukan oleh orang berduit beneran. Mereka justru gak suka tuh pamer di sosmed. Ya, soalnya mereka udah biasa dengan kemewahan. Kalau orang yang ngaku-ngaku kaya, mungkin kaget, makanya jadi doyan banget pamer.

Baca juga: Pantas Aja Bisa Sukses, Ini Lho Kualitas-Kualitas Diri yang Dimiliki Orang Tajir

2. Orang yang ngaku-ngaku kaya sangat peduli dengan prestige tempat makan, orang tajir beneran justru bodo amat

orang kaya
Pilih-pilih tempat makan. (Shutterstock)

Pengakuan dari orang menjadi salah satu hal yang paling dikejar oleh orang yang ngaku-ngaku kaya. Makanya menurut mereka, nongkrong di tempat yang hits atau restoran mewah adalah sebuah keharusan untuk mengangkat derajat sosialnya.

Mereka bahkan bisa anti banget tuh kalau harus beredar di tempat yang gak gaul atau biasa aja kayak warung indomie pinggir jalan. Padahal saat memesan makanan paling yang murah atau bahkan gak pesan sama sekali. Sebab, dia datang ke situ cuma buat numpang check-in di medsos sama foto doang.

Kalau orang kaya beneran justru bodo amat sama hal-hal kayak gitu, karena yang penting kenyang. Contohnya aja artis cantik Nagita Slavina yang beberapa kali tertangkap kamera tengah menyantap makanan pinggir jalan.

Baca juga: 7 Orang Tajir di Dunia yang Punya Kebiasaan Belanja Hemat, Siapa Aja Mereka?

3. Buat orang tajir, membicarakan kekayaan adalah hal gak penting. Tapi, bagi orang sok tajir, menunjukkan kekayaan itu adalah keharusan

orang kaya
Membicarakan kekayaan itu dianggap penting. (Shutterstock)

Ciri yang selanjutnya itu bisa kamu bedakan dari cara mereka bicara lho. Kalau orang yang sok kaya biasanya rada sombong saat ngomong. Misalnya, “Jangan makan di pinggir jalan ah, panas terus kotor ah, gw gak biasa.”  atau “Pengin liburan ke Bali deh, tapi tiket Garuda habis lagi. Undur aja deh di akhir bulan.”

Padahal sih bukan karena tiketnya yang udah sold out, tapi karena kaget liat harganya yang lebih mahal dari maskapai lainnya. Karena duitnya gak cukup buat beli tiket, nunggu gajian dulu deh.

Kalau orang kaya beneran bahkan gak pernah gengsi tuh naik pesawat ekonomi dari maskapai yang kerap kasih harga murah. Contohnya aja Presiden Jokowi yang pernah mengejutkan banyak orang saat bepergian naik pesawat ekonomi.

4. Orang tajir sangat memikirkan investasi, bukan hanya sekedar mengonsumsi

orang kaya
Investasi itu penting. (Shutterstock)

Orang kaya beneran akan lebih condong mengalihkan kekayaannya untuk investasi atau melebarkan sayap bisnisnya. Makanya kamu tentu sering lihat kan, pengusaha A pemilik perusahaan A, membuka bisnis baru di bidang B.

Jadi, mereka akan terus memutar otak untuk mengembangkan pundi-pundi kekayaannya dengan berinvestasi di berbagai bidang ketimbang cuma sekedar mengonsumsi.

Contohnya si Reino Barack yang memulai bisnis restoran dari keuntungan investasi saham di Apple. Jadi, saat orang-orang tengah demam menggunakan produk Apple, suami Syahrini itu justru membeli sahamnya. Terbukti kan, meski terlahir dari keluarga konglomerat tapi kini Reino sukses berbisnis dengan caranya sendiri.

5. Bagi orang tajir, menabung adalah kewajiban. Orang sok kaya malah lebih senang menghambur-hamburkan uang

orang kaya
Selalu memikirkan menabung. (Shutterstock)

Perbedaan yang lain juga dari bagaimana mereka mengelola uang. Orang tajir selalu berpikiran kalau menabung itu adalah kewajiban bukan pilihan.

Mereka justru gak bisa tuh kalau uang di ATM-nya pas-pasan. Para orang tajir bahkan selalu memiliki rekening khusus buat tabungan yang bisa digunakan sewaktu-waktu saat ada kebutuhan mendesak.

Kalau orang sok kaya, justru lebih senang menghambur-hamburkan uang ketimbang ditabung. Nanti, saat ada kebutuhan mendesak, pusing sendiri mikirin cari pinjaman. Ya, gimana mau nabung, toh uangnya udah habis buat gaya doang.

Itu dia perbedaan orang tajir beneran sama orang yang ngaku-ngaku kaya. Sekarang kamu udah bisa dong membedakan mana orang kaya sama orang sok kaya. (Editor: Ruben Setiawan)