4 Fakta Perusahaan Prajogo Pangestu yang Terlibat Investasi Pangeran Abu Dhabi

PT Chandra Asri

Keputusan Putera Mahkota Abu Dhabi berinvestasi di Indonesia tentu aja menjadi kabar baik. Ada tiga proyek bisnis bernilai US$ 9,7 miliar yang disepakati dalam nota kesepahaman. Salah satu proyeknya adalah kerja sama di sektor petrokimia antara PT Chandra Asri, Mubadala Mubadala Investment Company, dan OMV Aktiengesellschaft.

Di hadapan Putera Mahkota Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan dan Presiden Joko Widodo, PT Chandra Asri Petrochemical, Mubadala Investment Company, dan OMV Aktiengesellschaft menandatangani nota kesepahaman di Jakarta pada Selasa (24/7).

Penandatangan ini dilakukan CEO Perusahaan Investasi Minyak dan Petrokimia Mubadala Musabbeh Al Kaabi, CEO OMV Rainer Seele, dan Presiden Direktur PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk. Erwin Ciputra.

Lalu, apa yang menjadi poin kerja sama dalam nota kesepahaman tersebut? Kabarnya nih seperti yang diberitakan Bisnis, Mubadala Investment Company nantinya berkolaborasi dengan perusahaan yang dipimpin oleh Erwin Ciputra ini. buat bangun pabrik petrokimia senilai US$ 2,5 miliar.

Dengan kata lain, Indonesia bakal memiliki pabrik petrokimia baru yang nilainya mencapai Rp 35 triliun. Kalau sampai terwujud, Indonesia diprediksi bisa mengurangi ketergantungan impor terhadap produk petrokimia lho.

Sekadar informasi, petrokimia adalah bahan kimia yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak dan gas bumi. Kebanyakan produk petrokimia digunakan buat kebutuhan industri, mulai dari industri otomotif, elektronik, cat, hingga konstruksi.

Nah, salah satu perusahaan yang menggarap bisnis petrokimia ini adalah PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk. yang merupakan anak perusahaan dari Barito Pacific, Tbk. milik konglomerat Prajogo Pangestu.

Dalam ulasan kali ini, Moneysmart mau berbagi fakta-fakta menarik seputar PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk. ini. Seperti apa ceritanya? Berikut ini ulasannya.

Baca juga: Penghasilannya Miliaran Rupiah! Selain dari YouTube, Ini 4 Gurita Bisnis Atta Halilintar

1. PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk. merupakan perusahaan hasil merger tahun 2011

PT Chandra Asri
PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk. merupakan perusahaan hasil merger tahun 2011, (linkedin.com).

Kemunculan PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk. dimulai pada tahun 2011. Alih-alih dirintis dari awal, perusahaan petrokimia ini merupakan hasil merger antara PT Tri Polyta Indonesia, Tbk. (TPI) dan PT Chandra Asri (CA).

PT Tri Polyta Indonesia, Tbk. merupakan perusahaan bahan baku plastik yang berdiri tahun 1984. Begitu juga dengan yang dipimpin oleh Erwin Ciputra merupakan perusahaan bahan baku plastik sejak tahun 1989.

Kedua perusahaan yang dimiliki Prajogo Pangestu disatukan dengan tujuan agar lebih efisien. Dengan begitu, keuntungan yang dicapai diharapkan bisa lebih besar dari sebelumnya.

Baca juga: Investasi di Indonesia, Ini 4 Fakta Perusahaan Migas ADNOC yang Nilainya Rp 124 T

2. Bekerjasama dengan Michelin membangun pabrik karet sintetis

PT Chandra Asri
Bekerjasama dengan Michelin membangun pabrik karet sintetis.

Perusahaan milik  Prajogo Pangestu dan Michelin menyepakati pembentukan perusahaan patungan yang menjalankan bisnis karet sintetis. Perusahaan yang bernama PT Synthetic Rubber Indonesia ini telah membangun pabrik karet sintetis di Cilegon pada 2018.

Kabarnya nih hasil produksi PT Synthetic Rubber Indonesia dipakai buat bahan baku ban Michelin. Sejauh ini, Michelin telah memiliki pabrik karet sintetis lainnya di luar Indonesia, yaitu di Amerika Serikat dan Prancis.

Michelin sendiri mencatatkan diri sebagai pemegang 55 persen saham PT Synthetic Rubber Indonesia. Sementara sisanya dimiliki perusahaan milik konglomerat Prajogo Pangestu.

Baca juga: Eks Peragawati yang Pernah Menikah dengan Cucu Soekarno, Ini Fakta Menarik Donna Harun

3. Tercatat di bursa dengan kode saham TPIA sejak 24 Juni 1996

PT Chandra Asri
Tercatat di bursa dengan kode saham TPIA sejak 24 Juni 1996.

Saham milik konglomerat  Prajogo Pangestu bisa dibeli masyarakat dengan kode TPIA. Perusahaan petrokimia ini tercatat IPO pada 24 Juni 1996. Saat itu perusahaan ini masih bernama PT Tri Polyta Indonesia, Tbk. (TPI).

Walaupun telah merger dan berganti nama tahun 2011, sahamnya tetap berkode TPIA. Waktu dijual pertama kali, saham TPIA dilepas dengan harga Rp 2.200 per lembar. Kini harga sahamnya per lembar berada di kisaran Rp 6.000-an.

4. Barito Pacific jadi pemegang saham TPIA mayoritas, sedangkan Prajogo Pangestu memiliki 14,76 persen

PT Chandra Asri
Barito Pacific jadi pemegang saham TPIA mayoritas, sedangkan Prajogo Pangestu memiliki 14,76 persen, (barito-pacific.com).

Dalam catatat yang dimiliki Bursa Efek Indonesia, pemegang saham terbesar dari PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk. adalah PT Barito Pacific, Tbk. Perusahaan yang bergerak di industri kimia ini menjadi induk perusahaan yang dipimpin oleh Erwin Ciputra.

Kepemilikan saham TPIA atas nama PT Barito Pacific, Tbk. (BRPT) mencapai 41,51 persen atau sebanyak 7.401.917.600 lembar saham. Prajogo Pangestu sebagai pemilik Barito Pacific juga memegang saham TPIA sebanyak 2.632.348.995 lembar atau 14,76 persen.

Prajogo Pangestu dikenal sebagai salah satu pengusaha Indonesia yang masuk daftar orang paling kaya versi Forbes. Berawal dari bisnis kayu lalu terjun ke industri kimia, Prajogo Pangestu menjadi konglomerat dengan kekayaan US$ 4,7 miliar atau setara Rp 65,8 triliun.

Itu tadi sejumlah fakta mengenai PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk. yang dimiliki konglomerat Prajogo Pangestu. Moga-moga kerja sama perusahaan Prajogo Pangestu dengan perusahaan negara Uni Emirat Arab memberi kontribusi besar bagi Indonesia.