Gaji TNI Menggiurkan, Tapi Sanggup Tanggung 4 Risiko Ini?
Gaji TNI tahun cukup menggiurkan karena pemerintah lewat Kementerian Keuangan setuju menaikkannya hingga 70 persen. Komponen gaji seorang tentara terdiri dari gaji pokok dan sejumlah tunjangan yang gak sedikit jumlahnya.
Gaji pokok paling kecil sebesar Rp1,56 juta dan paling besar Rp 5,6 juta. Sementara tunjangan termasuk untuk istri atau suami, tunjangan anak, tunjangan beras, tunjangan jabatan, uang lauk pauk, tunjangan operasi pengamanan, dan tunjangan kinerja.
Selain soal pendapatan, profesi yang terkenal dengan seragam khas hijau-hijau ini juga memiliki prestise yang cukup tinggi di mata masyarakat.
Pada mulanya, TNI dibentuk buat menjaga Indonesia dari ancaman Belanda. Visinya adalah mewujudkan pertahanan negara yang tangguh. Dari TNI-lah lahir para jenderal yang jadi kebanggaan bangsa, sebut aja seperti Sudirman dan TB Simatupang yang namanya kini digunakan sebagai nama jalan-jalan besar ibu kota.
Gak heran dengan gaji yang besar dan kehormatan yang bakal diperoleh bikin syarat bergabungnya jadi gak mudah. Para calon anggota TNI gak cuma butuh fisik yang benar-benar kuat, tapi juga harus cerdas, disiplin, dan berani.
Tapi, tahukah kamu, dengan segala yang bakal didapat, ada empat risiko gak sepele ini yang harus mereka tanggung?
Tinggal jauh dari keluarga
Anggota TNI punya kesempatan merasakan tinggal di berbagai daerah di Indonesia. Meski gak semua tentara mengalami, tapi kebanyakan bakal sering berpindah-pindah tempat.
Hal ini bisa jadi keuntungan jika kamu menyukai berada di tempat baru sekaligus mempelajari budaya Indonesia yang beragam.
Tapi di sisi lain, meski gaji TNI naik dan punya pengalaman baru, anggota TNI jadi berisiko gak bisa tinggal dekat dengan keluarga atau harus berjauhan dalam waktu yang cukup lama. Bagi yang udah berkeluarga atau baru menikah, bisa jadi ujian yang lumayan berat nih. Terutama bagi para prajurit yang bertugas sebagai penjaga perbatasan.
Umumnya, sarana telekomunikasi pun gak cukup memadai karena berada di daerah-daerah susah sinyal.
Hidup dengan sarana dan prasarana yang minim
Gak menutup kemungkinan anggota TNI ditempatkan di bagian wilayah terluar Indonesia atau wilayah yang belum memiliki sarana memadai. Jangankan soal sinyal, jalanan aja belum tentu layak buat dilalui.
Alhasil, para TNI pengin gak pengin harus berjalan kaki hingga berenang jauh menuju tempat patroli.
Risiko kematian
Di tengah gaji TNI yang naik, risiko kematian mengintai para pasukan. Tahun lalu, empat prajurit TNI AD meninggal dunia dan delapan prajurit luka-luka karena mengalami kecelakaan saat latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI di Natuna, Kepulauan Riau.
Peristiwa serupa hampir terjadi tiap tahunnya. Kecelakaan Angkatan Laut pada 2012, Kecelakaan pada simulasi penyelamatan buat pengamanan KTT APEC pada 2013, kecelakaan saat melakukan akrobat pesawat udara pada 2015, serta kecelakaan saat melakukan latihan geladi bersih terjun payung pada 2016.
Belum sampai ke medan perang, anggota TNI bisa gugur saat latihan.
Sadar risiko ini, pemerintah telah menyiapkan santunan sesuai Peraturan Pemerintah (PP) 102 Tahun 2015. Di sana disebutkan ada santunan sebesar Rp 400 juta buat keluarga TNI yang gugur dalam bertugas dan Rp 275 juta jika meninggal dunia dalam kategori tewas.
Intinya, meski kenaikan gaji TNI dinilai cukup besar, nyatanya hal ini belum sebanding dengan kinerja dan pengorbanan yang harus diberikan.