Dulu Usaha Rumahan Kini Laba Triliunan, Ini Cerita Gudang Garam

gudang garam

Gudang Garam adalah salah satu rokok kretek terlaris di Indonesia. Mereka memiliki dua produk andalan: Gudang Garam Surya dan International.

Apa yang mereka capai sekarang beda banget waktu didirikan dulu. Sebelum jadi raksasa, perusahaan ini cuma usaha rumahan lho.

Perusahaan ini didirikan oleh Tjoa Jien Hwie atau Surya Wonowidjojo yang bermigrasi dari Fujian, Cina, ke Indonesia tahun 1920an. Dia pertama kali menginjakkan kaki di Sampang, Madura. Surya memulai semuanya dari nol.

Ketika wafat pada 1985 perusahaan diteruskan ke putranya, Rachman Halim. Waktu Rachman Halim meninggal pada 2008, perusahaan ini lalu diwariksan ke adiknya, Susilo Wonowidjojo. Susilo kini menjadi orang terkaya ke-3 di Indonesia versi Forbes.

Di tahun 2001, Gudang Garam udah punya enam pabrik di lahan 100 hektare, 40 ribu buruh, dan kurang lebih 3.000 karyawan tetap.

Dalam kuartal I 2018, PT Gudang Garam Tbk dikabarkan mencetak pendapatan hingga Rp 21,98 triliun. Kabarnya setiap tahun mereka menyumbang cukai rokok Rp 100 miliar ke negara.  

Dan kontribusi mereka ke negara bukan cuma itu. Saat ini mereka sedang membangun bandara di Kediri, dengan perkiraan biaya mencapai Rp 10 triliun.

Melihat kesuksesan perusahaan ini, tentu gak ada salahnya kalau kita belajar dari sang pendiri. Simak yuk apa aja yang dilakukan Surya waktu mendirikan Gudang Garam.

1. Resign buat fokus bisnis

gudang garam
Surya Wonowidjojo (Alchetron)

Sama seperti sebagian pengusaha lain pada umumnya, Surya dulunya juga merupakan pegawai. Surya yang udah berada di Indonesia sejak berusia tiga tahun bekerja dengan pamannya di pabrik rokok Cap 93 yang ngetop di Jawa Timur.

Surya yang kinerjanya baik banget akhirnya berhasil dipromosikan hingga jadi direktur. Namun pada 1956, dia mundur dari jabatannya karena pengin fokus berbisnis.

Dia memilih Kediri sebagai tempat usaha barunya. Di tanah seluas 1.000 meter persegi, Tjoa Jien Hwie memproduksi rokok kretek dari kelobot, namanya Ing hwie. Namun dua tahun kemudian Ing Hwie berubah nama jadi Pabrik Rokok Tjap Gudang Garam.

2. Dari usaha rumahan jadi Firma lalu jadi PT

gudang garam
Surya Wonowidjodjo, duduk di depan dengan kemeja putih (Jawatimuran)

Surya terkenal dengan etos kerja yang gigih. Gak jarang dia baru pulang waktu dini hari.

Salah satu inovasinya adalah mendirikan unit produksi di Gurah pada 1960an, waktu permintaan terhadap sigaret kretek linting klobot (SKL) sigaret kretek linting tangan (SKT) meningkat pesat.

Pada 1969, Gudang Garam yang dulunya cuma industri rumahan berubah jadi Firma. Unit produksi yang mereka dirikan di Gurah pun dipindah ke Kediri.

Cuma dalam hitungan dua tahun, Firma tersebut diupgrade jadi sebuah Perseroan Terbatas alias PT.

Karena di tahun itu ada bantuan dari pemerintah yang berupa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), bisnis rokok ini pun makin moncer. Delapan tahun kemudian mereka pun mulai memproduksi rokok jenis sigaret kretek linting mesin (SKM).

3. Melantai di bursa saham tahun 1990

gudang garam
Dulu pas pertama kali melantai, berapa ya harga saham mereka? (Liputan 6)

Surya yang meninggal dunia pada 1985 mewariskan perusahaan ini pada Tjoa To Hing (Rachman Halim) dalam kondisi yang udah berkembang banget. Sementara itu, Cai Daoping alias Susilo Wonowidjojo (adik Rachman) duduk di posisi direktur.

Sebagai pengusaha, Rachman terkenal low profile, dermawan, dan sempat masuk ke deretan orang terkaya di Asia Tenggara.

Di bawah kepemimpinan Rachman perusahaan ini melantai di bursa saham.

Dengan menyandang status perusahaan terbuka, Gudang Garam makin maju. Di tahun 2002, mereka pun meluncurkan rokok kretek mild terbaru.

Selain itu, mereka juga mendirikan PT Surya Madistrindo. Perusahaan yang berbasis di Jakarta ini berfungsi sebagai perusahaan distribusi sigaret Gudang Garam. Mereka punya 14 ribu karyawan yang tersebar di 12 kantor regional dan 180 kantor perwakilan di seluruh Indonesia.

Rachman akhirnya masuk ke dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes pada tahun 2005. Walaupun masih kalah tajir dari Hartono bersaudara, Eka Tjipta Widjaja, dan Sudono Salim, tapi dia berhasil membawa perusahaan ini jadi makin maju.

Dia pun udah mempersiapkan adiknya buat memimpin perusahaan ini di masa depan.

4. Gudang Garam go international

gudang garam
Susilo Wonowidjojo (Forbes)

Sepeninggal Rachman Halim pada 2008, Susilo Wonowidjojo pun naik tahta memimpin perusahaan ini. Susilo membawa Gudang Garam ke arah yang jauh lebih baik.

Di bawah kepemimpinannya, pangsa pasar rokok ini bukan lagi di dalam negeri, tapi juga udah sampai ke mancanegara. Susilo juga yang berhasil bikin perusahaan ayahnya sanggup mencetak pendapatan per tahun sampai Rp 70 triliun, terbesar sepanjang perusahaan berdiri.

Sebagai orang terkaya di Indonesia urutan k-3, harta Susilo mencapai US$ 8,8 miliar atau setara Rp 127 triliun. Di Indonesia, cuma ada dua orang aja yang lebih kaya dari dia saat ini: keluarga Hartono (pemilik Djarum), dan Eka Tjipta Widjaja (bos Sinarmas).

Apakah Susilo bisa jadi yang nomor satu? Mungkin aja… Nasib orang kan gak ada yang tahu.

Seperti itulah perjalanan Gudang Garam dari bisnis rumahan hingga jadi bisnis berskala internasional. Pemiliknya pun kini jadi salah satu orang terkaya di Indonesia.

Dalam situs resmi, terpampang sebuah filosofi yang menjadi landasan Surya Wonowidjojo dalam mengelola perusahaan. Filosofi itu adalah Catur Dharma. Isinya:

  1. Kehidupan yang bermakna dan berfaedah bagi masyarakat luas merupakan suatu kebahagiaan.
  2. Kerja keras, ulet, jujur, sehat, dan beriman adalah prasyarat kesuksesan.
  3. Kesuksesan gak dapat terlepas dari peranan dan kerja sama dengan orang lain.
  4. Karyawan adalah mitra usaha yang utama.

Gak heran deh kalau perusahaan ini sukses, nilai luhurnya aja seperti itu. Mereka menjunjung tinggi kerja keras, kerja sama, dan nilai-nilai positif lain.

Tentunya, kamu juga bisa mengadopsi filosofi Gudang Garam ini biar usahamu sukses di masa yang akan datang.