Dari Jual Ponsel Bekas, Hengky Setiawan Kini Punya Kapal Pesiar

Hengky Setiawan

Jika membahas bisnis sukses yang berawal dari modal minim, maka nama Hengky Setiawan harus masuk daftarnya. Hengky adalah pendiri PT Tiphone Mobile Indonesia, perusahaan penjual kartu telepon prabayar di Indonesia yang kini udah memiliki 450 outlet dengan keuntungan mencapai US$ 2 miliar atau Rp 29, 8 triliun.

Dengan kepemilikan saham perusahaan hampir 50 persen, diperkirakan Hengky secara reguler mendapat keuntungan sampai $280 juta atau setara Rp 4,1 triliun.

Perusahaan berprofit triliunan Rupiah ini bermula dari kios kecil berukuran dua meter persegi dan modal cuma Rp 5 juta pemberian sang ayah. Bisnis ini awalnya juga cuma iseng-iseng.

Seperti apa kisah bisnis iseng ini jadi raksasa? Yuk, simak ulasan berikut ini.

Bermula dari HP bekas

Hengky Setiawan

Pada 1989, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara ini iseng menjual ponsel bekas kepada teman-temannya. Ponsel yang ia beli Rp 5 juta ternyata laku Rp 7 juta. Untung Rp 2 juta yang ia dapat kemudian digunakan sebagai modal buat jual beli ponsel bekas lagi.

Dalam sebulan Hengky Setiawan mampu menjual lima ponsel bekas dengan keuntungan sebesar Rp 2 juta per ponsel. Dengan kata lain, dalam sebulan ia berhasil mengumpulkan hingga Rp 10 juta. Pada tahun 80-an, angka tersebut udah terbilang tinggi banget.

Jeli melihat peluang

Hengky Setiawan

Pada tahun 1990an, Hengky Setiawan mulai menjual ponsel dengan sistem purchase order (PO). Gimana caranya? Mirip seperti cara kerja calo: beli banyak dari dealer lalu dijual lagi dengan harga lebih tinggi.

Jadi gak lagi beli satuan seperti sebelumnya. Dan jualnya juga ponsel baru, bukan lagi bekas.

Dari cara kerja baru ini, Hengky bisa mengeruk hingga Rp 25-75 juta per bulan. Pada tahun-tahun berikutnya, dia semakin kebanjiran untung dari berbagai dealer rekanan.

Setelah dua tahun bertindak bagai calo, ia akhirnya mendapatkan izin dealership buat melakukan jual beli ponsel secara langsung.

Selalu beda dari yang lain

Hengky Setiawan (YouTube)

Hengky Setiawan kemudian dilirik Star Express, distributor ponsel Motorola. Hengky disarankan buat membentuk badan usaha sendiri dan bekerja sama dengan mereka. Maka berdirilah PT Setia Utama. Motorola resmi jadi merek andalan.

Hebatnya, sekalipun kala itu kondisi pasar gak terlalu bagus, Hengky tetap mampu menjual ratusan unit ponsel.

Berani mengambil risiko

Di akhir 1994, GSM (Global System for Mobile Communications) mulai masuk ke Indonesia. PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) lah yang pertama kali menguasai bisnis GSM. Satelindo pun mengajak Star Express buat bekerja sama melalui bundling Motorola dengan nomor GSM.

Namun, karena masih baru, banyak dealer yang ogah memasarkan produk GSM. Berbeda dengan Hengky yang gak ragu sekalipun bermula dari skala kecil.

Bangkit setelah bangkrut

Setahun setelah Satelindo merajai industri GSM, masuklah PT Telekomunikasi Seluler Indonesia (Telkomsel). Melihat ada peluang bisnis baru, Hengky pun melamar menjadi dealer kecil dan membuka toko di ruko orangtuanya. Alhasil, Hengky Setiawan menjadi dealer dua produk sekaligus: Satelindo sekaligus Telkomsel.

Sayangnya, pada tahun 1996 sampai 1997, Satelindo gak membayar sejumlah komisi yang dijanjikan. Hengky pun sempat bangkrut karena harus mensubsidi penjualan.

Gak lama setelahnya, tepatnya pada tahun 1997, masuklah XL ke bisnis teknologi GSM. Lagi-lagi Hengky melihat peluang. Dia cepat-cepat mendaftar sebagai dealer penjualan voucher. Beda sama sekarang, zaman dulu voucher alias nomor ponsel dijual dengan harga cukup tinggi, dari Rp 200 ribu hingga 700 ribu.

Karena itu Hengky bisa meraup untung yang cukup banyak meski cuma dagang voucher aja.

Dari keuntungan yang ia dapat, Hengky mampu membuka puluhan gerai baru yang kini bernama Telesindo Shop. Seiring berjalannya waktu, gerai miliknya beranak pinak.

Hengky Setiawan semakin berambisi menjadi dealer voucher ponsel nomor satu di Indonesia.

Kerja kerasnya berbuah manis

Hengky Setiawan

Selain sebagai raja voucher, Hengky juga menggandakan uangnya pada sejumlah instrumen investasi. Mulai dari yang biasa seperti saham, valas, dan obligasi, sampai investasi Mercedes Benz klasik hingga kapal pesiar. Canggih gak tuh?

Jumlah Mercy miliknya bukan cuma satu atau dua, tapi mencapai 10 unit. Namanya pun udah masuk jajaran salah satu pengusaha terkaya Indonesia versi Forbes 2017.

Perjalanan panjang dan kerja keras Hengky Setiawan tentu aja patut ditiru anak muda, terutama yang pengin jadi pengusaha. Kisah Hengky mengingatkan bahwa dengan modal kecil pun kita bisa sukses dan meraup keuntungan berlipat-lipat.