Harga Saham BBCA – Analisa Harga dan Profil Perusahaan

Harga Saham BBCA – Analisa Harga dan Profil Perusahaan

Saham BBCA adalah saham milik PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Saham bank yang satu ini masuk kategori salah satu saham blue chip yang diincar banyak investor dan manajer investasi.

Saham blue chip artinya dimiliki perusahaan besar dengan kapitalisasi raksasa dan pergerakan harga saham yang relatif stabil dan cenderung naik. 

Saham BCA dengan kode emiten BBCA ini merupakan saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan bisa diperdagangkan oleh masyarakat umum. Jika kamu investor, maka kamu bisa melakukan transaksi jual-beli terhadap saham tersebut. 

Saham BCA merupakan salah satu dari deretan saham big cap yang memiliki konsistensi untuk terus naik dalam jangka panjang. Pada awal Juni 2021 ini, harga saham BBCA berada di level Rp 32.000-an per lembar saham.

Dalam investasi, saham seperti Bank BCA ini memang layak dimiliki untuk mendapatkan cuan. Mau tahu lebih dalam tentang saham BCA? Yuk, simak ulasan dari harga saham, profil perusahaan, dan pergerakan harganya!

Harga saham BBCA 

Saham BCA merupakan salah satu saham yang paling likuid, karena frekuensi perdagangannya yang sangat tinggi dibanding saham-saham lain di pasar modal. Pada awal Juni 2021, harga saham BBCA dibanderol di level Rp 32.000-an per lembar saham. 

Harga BBCA justru mengalami penurunan sepanjang tahun 2021 ini sebesar -3,1 persen. Hal ini disebabkan rekor harga saham tertinggi BBCA yang sempat dicatatkan pada awal Januari 2021, yakni di atas Rp 36.000 per lembar. 

Sementara jika dilihat dalam satu tahun terakhir, BBCA telah tumbuh sampai 13,5 persen. Perlu diingat, pada awal pandemi Covid-19 melanda Indonesia, yakni pada Maret 2020 lalu harga saham BBCA sempat jatuh ke angka Rp 22.150 per lembarnya. 

Meski kinerja keuangan BBCA pada 2020 lalu cukup terpukul pandemi, banyak analis meyakini BBCA kembali mencatatkan kinerja positif pada tahun 2021 ini. 

Profil Bank BCA

BCA pertama kali menawarkan saham perdananya kepada masyarakat pada 31 Mei 2000. Saat itu, penawaran umum perdana saham alias IPO dilakukan dengan harga awal Rp 1.400 per lembar saham. 

Perlu diketahui, IPO dilakukan BCA hanya berselang dua tahun setelah pergeseran kepemilikan mayoritas saham dari grup Salim ke grup Djarum oleh Hartono bersaudara pada 1998. Hartono bersaudara mengambil alih BCA setelah grup Salim tak lagi punya kontrol akibat krisis moneter 1998. 

Saat ini, grup Djarum melalui Dwimuria Investama Andalan memiliki 55,5 persen saham BCA. Sementara sisanya, 44,5 persen saham dimiliki masyarakat umum.

Tidak hanya bank, BCA juga punya bisnis yang telah menggurita. Sebut saja perusahaan sekuritas dan asuransi BCA.

Sejarah BCA

Cikal bakal Bank BCA adalah NV Perseroan Dagang dan Industrie Semarang Knitting Factory yang berdiri pada 1955. Kemudian pada 1957, bank cikal bakal BCA ini mulai beroperasi secara penuh di kantor pusatnya di Jakarta. 

Efektif per 1975, nama bank diubah menjadi PT Bank Central Asia (BCA). Selanjutnya pada 1977, BCA resmi menjadi bank devisa. 

Pada dekade 1980-an, BCA melakukan pengembangan bisnis secara besar-besaran. BCA memperluas jaringan kantor cabang sejalan dengan deregulasi sektor perbankan di Tanah Air saat itu. BCA mulai menerapkan online system untuk jaringan kantor cabang dan meluncurkan Tabungan Hari Depan (Tahapan). 

Kemudian pada dekade 1990-an, BCA menjadi salah satu pionir bank di Indonesia yang secara besar-besaran mengembangkan alternatif jaringan melalui anjungan tunai mandiri (ATM). 

BCA pun menggandeng PT Telkom agar pembayaran tagihan telepon nasabah bisa dilakukan lewat ATM BCA. Selain itu, BCA bekerja sama dengan Citibank agar tagihan kartu kredit Citibank bisa dibayar lewat ATM BCA. 

1998-1999 merupakan periode yang berat bagi perbankan nasional. Pada 1998, Indonesia mengalami krisis moneter dan BCA mengalami bank rush. BCA pun menjadi bank take over (BTO) yang disertakan dalam program rekapitalisasi dan restrukturisasi yang dilakukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). 

Kemudian rekapitalisasi ini rampung pada 1999. Pemerintah melalui BPPN menguasai 92,8 persen saham BCA sebagai hasil pertukaran dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Dalam proses rekapitalisasi itu, kredit pihak terkait ditukar dengan obligasi pemerintah. 

Hingga tahun 2005, BCA terus berinovasi dengan mengembangkan produk perbankan terutama perbankan elektronik dan digital.

Terakhir pada 2019, BCA merampungkan akuisisi atas PT Bank Royal Indonesia dengan kepemilikan sebesar 100 persen. Bisnis Bank Royal ini yang disulam BCA menjadi bank digital dengan jaringan perbankan digital milik BCA. 

Harga saham BBCA dan laba Bank BCA

Harga saham BBCA sempat terpukul cukup dalam di awal pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Pada Maret 2020, harga saham BBCA anjlok ke level Rp 22.150 per lembarnya. Namun seiring perbaikan ekonomi nasional, harga saham BBCA rebound ke level saat ini. Dalam satu tahun terakhir, BBCA telah tumbuh sampai 13,5 persen. 

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan pada 2020, BBCA mencatatkan laba bersih sepanjang tahun 2020 sebesar Rp 27,1 triliun. Angka ini memang turun 5 persen dibanding laba bersih pada 2019 sebesar Rp 28,6 triliun. 

Namun, selama pandemi BBCA justru menaikkan kenaikan aset hingga 17 persen menjadi Rp 1.075,6 triliun yang didukung kenaikan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 19,3 persen (yoy), menjadi Rp 840,8 triliun pada 2020. 

Berlanjut ke tahun 2021, BBCA masih mencatatkan kinerja keuangan yang solid pada kuartal I 2021. Laba bersih BBCA tercatat Rp 7,04 triliun pada kuartal I 2021, tumbuh 7 persen (yoy) dibanding periode tahun lalu Rp 6,58 triliun. 

Perbaikan kinerja ini didukung iklim ekonomi nasional yang berangsur pulih.

Apakah beli saham blue chip adalah langkah investasi terbaik buat kamu? Cek dulu lewat Kuis Profil Risiko Investasi dari Lifepal berikut ini:

Apakah harga saham BBCA terlalu mahal?

Harga saham BBCA pada awal Juni 2021 ini dibanderol di angka Rp 32.000-an per lembar saham. Sedangkan pada awal tahun ini, harga saham BBCA sempat menorehkan rekor tertinggi dengan tembus Rp 36.000 per lembar saham.

Harga saham BBCA ini memang relatif lebih mahal dibanding harga saham bank-bank lainnya, terutama emiten bank BUKU IV lainnya yang melantai di bursa. Lantas apakah saham BBCA terlalu mahal?

Apakah sebuah saham terbilang mahal (overvalued) atau murah (undervalued) secara relatif bisa dilihat dari rasio price to earning ratio (P/E ratio) dan price to book value ratio (P/B ratio). 

Bagi saham bank, barangkali menggunakan P/B ratio lebih cocok karena mayoritas aset perbankan berwujud kas, surat berharga, dan tagihan. P/B ini membandingkan nilai pasar saham terhadap nilai buku per saham. 

Sebagai contoh, kita lihat angka P/B ratio BBCA pada perdagangan Jumat (4/6) sebesar 4,5 kali. Angka ini, meski masih lebih tinggi dibanding bank-bank lain, namun tidak bisa dikatakan mahal. 

Kinerja saham BBCA masih disukai investor. Hal ini tercermin dari kenaikan harga saham BBCA sampai 13,5 persen dalam setahun belakangan. Kapitalisasi pasar BBCA juga sangat jumbo sehingga membuat investor lebih nyaman berinvestasi di BBCA. Dengan kapitalisasi pasar yang besar, maka harga saham BBCA tidak mudah digoreng. 

Sejak 2019, sempat muncul wacana bahwa BCA akan melakukan stock split alias pemecahan nilai saham. Pemecahan nilai saham dilakukan agar harga saham BBCA lebih bisa dijangkau masyarakat luas. Namun pada awal 2021, manajemen BCA memastikan bahwa belum ada rencana untuk dilakukan stock split terhadap harga BBCA.

Demikian ulasan tentang BBCA. Jika kamu tertarik dengan artikel ini atau topik investasi lainnya, kunjungi laman tim ahli di Tanya Lifepal!

Disclaimer: artikel ini tidak ditujukan untuk menyarankan transaksi saham tertentu.

Pertanyaan seputar harga saham BCA

Harga saham BBCA tentu dinamis. Jawaban yang ditulis saat ini bisa jadi jauh berbeda dengan nilai faktual. Karenanya, untuk mengecek harga saham BBCA ,lebih baik dilakukan di aplikasi broker atau sekuritas, atau bisa juga dicek di kanal keuangan seperti Bloomberg.

Namun per awal Juni 2021, harga saham BBCA berada di kisaran Rp 32.000-an per lembar. Angka ini sudah naik 13,5 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun, secara year to date, atau terhitung sejak awal 2021, harga saham BBCA turun 3,1 persen. Hal ini disebabkan rekor tertinggi pada awal tahun yang sempat tercatat, Rp 36.000 per lembar saham.

Pertama, investor perlu mendaftarkan diri ke perusahaan sekuritas atau broker untuk mendapat rekening dana investor (RDI). Biasanya, RDI bisa dibuka dengan setoran awal Rp 100.000.

Pendaftaran RDI ini biasanya memerlukan syarat seperti KTP, NPWP, dan rekening bank. Jika RDI sudah dimiliki, maka transaksi saham BBCA bisa dilakukan dengan aplikasi perusahaan sekuritas.

Tidak ada jawaban pasti untuk menjawab pertanyaan untung-tidaknya investasi saham. Ingat, investasi pasar modal terbilang berisiko cukup tinggi. High risk, high return.

Ada baiknya calon investor melakukan analisis fundamental dan teknikal sebelum membeli sebuah saham emiten tertentu. Analisis fundamental dilakukan dengan mempertimbangkan aspek terkait seperti kondisi ekonomi dan kondisi perusahaan.

Sedangkan analisis teknikal dilakukan dengan mempertimbangkan data historis, harga, dan volume transaksi saham.