Kunci Sukses Harry Susilo, #CrazyRichSurabayans yang Jual Kerupuk Hingga 5 Benua
Harry Susilo, pendiri Sekar Group bisa dibilang salah satu #CrazyRichSurabayans. Meski telah pensiun, ia berhasil mendirikan perusahaan dari nol hingga mendunia.
Ia juga membentuk Susilo Institute for Ethics, sebuah lembaga pendidikan yang menjadi bagian di Boston University. Lembaga ini mendanai mahasiswa di Boston, dan penelitian di seluruh dunia. Itu membuat namanya masuk dalam daftar Asia’s 2017 Heroes of Philanthropy versi Forbes.
Ngomong-ngomong, tahu gak apa yang ia lakukan hingga bisa sesukses sekarang? Jualan kerupuk udang!
Bisnis besarnya bermula dari usaha rumahan kerupuk udang di kampung halaman, Sidoarjo, Jawa Timur.
Penasaran pengin tahu bisnis yang dijalani Harry Susilo? Begini kisahnya:
Masa tersulit adalah awal perjalanannya
Peluang bisnis justru datang saat hidupnya berada di masa-masa tersulit. Harry sejak kecil tinggal di rumah dengan empat kamar bersama 11 saudaranya. Menjalani hidup sederhana karena kondisi ekonomi keluarga tak terlalu berada.
Lalu pada tahun 1966, ayahnya, Wiyoto, terkena stoke di usia ke 51 tahun. Ia terpaksa putus sekolah, namun mengaku tak pernah berhenti belajar.
Tapi, saat itulah peluang datang kepadanya. Seorang teman ayahnya yang datang menjenguk juga menawari Harry pekerjaan.
Jadi pengumpul ikan dan udang
Harry ditawari bekerja mengumpulkan ikan dan udang untuk dijual ke Singapura. Sebagai anak tertua dari 12 bersaudara, ia mau gak mau jadi tulang punggung keluarga. Karena itu, tawaran pekerjaan segera ia terima.
Saat mulai bekerja, ia menemukan banyak kulit atau bentuk ikan dan udang yang tidak layak ekspor. Ide bisnis pun muncul dalam benaknya. Ia mengolah sisa ikan atau udang tersebut menjadi kerupuk udang.
Beberapa tahun kemudian, kerupuk tersebut terkenal dengan nama kerupuk Finna, nama yang diambil dari nama putrinya.
Berhasil menjadi pionir
Penjualan kerupuk udang miliknya ternyata laku keras. Gak lekas puas, ia juga aktif memasarkan produknya dalam berbegai pameran baik dalam maupun luar negeri.
Kala itu, produsen kerupuk di daerahnya sudah cukup banyak. Namun siapa sangka, usaha miliknya yang mengalami perkembangan signifikan. Dari sana, ia berhasil mendirikan perusahaan PT Sekar Laut. Tbk yang menjadi perusahaan terbesar pertama dalam memproduksi kerupuk.
Tak pernah berhenti berinovasi
Sukses dengan kerupuk udang, Harry mencoba memproduksi olahan lain seperti olahan ikan dari sambal hingga bumbu masakan. Produknya tersebut tak hanya diminati pasar Indonesia, tapi juga mancanegara. Terbukti, produknya telah memiliki konsumen tetap di 36 negara, seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, serta negara-negara Eropa hingga Timur Tengah.
Namun, kesuksesan tersebut tetap dirasa belum cukup. Usaha tanpa inovasi cepat atau lambat akan layu dan mati. Karena itu, Harry tak berhenti berinovasi. Ia mengembangkan usahanya ke lini usaha lain. Mulai dari produksi makanan kering, agrobisnis, properti, hingga pertambangan.
Bermula dari jualan kerupuk, usahanya berkembang hingga melibatkan 30 perusahaan dan 10 ribu tenaga kerja. Produk PT. Sekar Laut.Tbk juga telah memiliki akreditasi internasional, seperti The Good Manufacturing Practices for Food processors dan the Integrated-based Quality Management HACCP.
Dengan begitu, produk telah terjamin higienis dan berkualitas tinggi. Gak heran dalam setahun, ekspor kerupuk Finna ke Belanda bisa mencapai ratusan kontainer. Dasyat gak tuh?
Kunci sukses Harry Susilo
Harry Susilo menyebut kunci suksesnya sebagai konsep Tujuh Pilar. Ia mengungkapkan, keberhasilan yang ia dapatkan melibatkan banyak orang dalam hidupnya. Nah, Tujuh Pilar ini merujuk pada pihak-pihak yang menjadi faktor kesuksesannya tersebut.
1. Para olahragawan
Saat kecil, ia bergabung dalam sejumlah klub olahraga dan memenangkan pertandingan baik lokal maupun nasional.
Ternyata lingkungan olahragawan membentuk karakternya menjadi pribadi berani dan bermental baja.
2. Para pebisnis senior
Dari merekalah Harry belajar bagaimana menjalankan bisnis. Ia selalu mendengarkan para pebisnis senior, serta membagikan ilmunya pada generasi yang lebih muda.
3. Para pejabat
Sebagai seorang pebisnis, Harry merasa perlu memahami tren politik yang berdampak pada bisnis. Karena itu, ia menjalin hubungan baik dengan para pejabat pemerintahan.
4. Para profesional, seperti dokter dan praktisi hukum
Dari pengacara, ia mempelajari proses hukum yang diperlukan saat ia bekerja sama dengan banyak pihak. Sementara dari dokter, ia bisa tahu bagaimana menciptakan lingkungan kerja serta produk yang sehat dan segar.
5. Para seniman
Dari para seniman, ia mendapatkan banyak inspirasi termasuk dalam berbisnis. Selain itu, keindahan seni juga mampu mengembangkan gaya kepemimpinan yang ia perlukan dalam berbisnis.
6. Para pemuka agama
Bisnis bukan cuma urusan dunia, Harry juga mempelajari nilai-nilai agama dari para pemuka untuk menemukan keseimbangan dalam hidup.
Tak heran, ia menjadi begitu dermawan dan telah berdonasi ke berbagai lembaga dan lingkungan termasuk gereja dan masjid.
7. Keluarga, kerabat, dan karyawan
Dari merekalah, Harry belajar memahami orang lain, termasuk memaafkan saat kerabat atau karyawannya melakukan kesalahan.
Bagi Harry, memiliki hubungan yang tulus dan positif dengan tujuh pilar di ataslah yang menjadi rahasia kesuksesannya.
Semoga menginspirasi!