Apa Benar Inflasi Nol Persen itu Menguntungkan? Begini Penjelasannya
Saat harga-harga barang lebih mahal dari sebelumnya, udah pasti angka inflasi naik. Namun, gak usah khawatir. Keberadaan inflasi justru hal yang wajar dalam suatu negara. Nah, kalau inflasinya nol persen gimana?
Keadaan begini emang identik dengan kenaikan harga, banyak orang yang berpendapat alangkah baiknya kalau hal tersebut terjadi dengan besarannya nol persen. Itu berarti harga barang-barang terjangkau dan gak ada yang naik.
Membayangkannya sih sepertinya kalau hal begini terjadi di angka nol persen itu menguntungkan? Namun, apakah benar jika keadaan dalam nol persen membawa manfaat baik buat masyarakat?
Apa itu inflasi?
Dikutip dari Bank Indonesia (BI), inflasi adalah naiknya seluruh harga dan berlangsung terus-menerus. Adanya keadaan seperti ini digunakan negara sebagai salah satu indikator perekonomian.
Inflasi yang terkontrol atau sesuai target Pemerintah dan bank sentral berdampak baik buat perekonomian suatu negara. Sebab situasi ini terkontrol sama aja menjaga daya beli konsumen dan menjaga daya jual produsen.
Coba bayangkan gimana jadinya kalau hal ini meleset dari target alias tinggi? Itu berarti Pemerintah gak bisa mengontrol naiknya harga-harga barang yang berujung pada turunnya daya beli masyarakat.
Ujung-ujungnya daya jual menurun seiring penurunan daya beli dan bisa bikin ekonomi melambat nantinya. Lebih parahnya kalau banyak pelaku usaha sampai gulung tikar alias bangkrut. Pertanda kondisi ekonomi negara lagi gak baik tuh.
Apa aja penyebab-penyebab terjadinya inflasi?
Lalu, apa aja penyebab-penyebab yang memicu terjadinya keadaan begini di suatu negara? Berikut ini penyebab-penyebabnya.
1. Tingginya permintaan, tapi penawarannya kecil
Penyebab ini ada kaitannya dengan hukum permintaan dan penawaran. Kalau permintaan akan suatu barang, katakanlah minyak bumi, tinggi saat ketersediaannya kecil, bisa dipastikan harga minyak bumi tersebut bakal terdongkrak naik.
Kenaikan harga minyak bumi tentu membawa konsekuensi naiknya inflasi. Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, situasi ini merupakan cerminan naiknya harga-harga barang.
2. Kenaikan ongkos produksi
Ada suatu waktu ongkos produksi naik kemudian berakibat pada naiknya harga-harga barang yang dijual. Meningkatnya ongkos produksi tentu bukan semata-mata karena si pengusaha pengin untung besar, tapi dipengaruhi harga bahan bakunya yang juga naik.
Ongkos produksi naik lalu diikuti naiknya harga-harga barang jelas berakibat pada meningkatnya angka keadaan ini.
3. Naiknya gaji juga mendorong naiknya inflasi
Dengan naiknya gaji, uang yang beredar jadi lebih banyak jumlahnya. Peredaran uang yang banyak jelas mendorong peningkatan inflasi. Kenapa bisa begitu?
Sebab kenaikan gaji tersebut terkait dengan naiknya ongkos produksi suatu perusahaan. Tentu aja perusahaan harus menyesuaikan harga jual produknya demi bisa mencetak profit yang berarti harga barang bakal naik.
Berada di angka nol persen, mungkinkah?
Ketika berada di angka nol persen mungkin menyenangkan buat dibayangkan. Sebab harga-harga barang gak naik-naik. Namun, bayangan gak selalu beriringan dengan kenyataan.
Pasalnya, angka yang terus-menerus menurun hingga minus menjadi tanda kalau ada hal-hal yang gak beres dengan perekonomian suatu negara. Ini bisa dilihat dari minat belanja orang-orang yang menurun hingga minimnya omzet yang diperoleh pengusaha.
Situasi tersebut tentu gak menggembirakan bagi pengusaha. Soalnya mereka bakal mengalami kesulitan buat mengembangkan usaha.
Ujung-ujungnya adalah penyerapan tenaga kerja yang kecil. Dengan kata lain, angka pengangguran gak turun sesuai yang diharapkan. Gimana orang mau belanja kalau mereka sendiri gak punya penghasilan?
Jika keadaan mengalami di angka yang minus menandakan terjadinya deflasi. Situasi ini terjadi saat harga-harga barang jatuh dan banyak usaha yang berhenti karena harga termurah sekalipun gak mendorong orang-orang buat belanja.
Kalau ditanya mungkinkah situasi ekonomi satu negara berada di angka nol persen terjadi, jawabannya adalah mungkin aja. Namun, cerita akhir dari inflasi yang sangat rendah adalah melambatnya pergerakan ekonomi suatu negara.
Apa aja dampak-dampak jika mengalami nol persen?
Ada beberapa dampak yang timbul akibat terjadi di angka nol persen. Berikut ini adalah beberapa dampaknya.
1. Turunnya suku bunga
Tinggi atau rendahnya suku bunga disesuaikan dengan tinggi rendahnya sebuah inflasi. Semakin tinggi situasi ini, semakin tinggi suku bunga. Begitu juga sebaliknya.
Suku bunga acuan sendiri dinaikkan atau diturunkan bank sentral atau Bank Indonesia (BI). Kalau suku bunga dinaikkan, BI sedang mendorong orang-orang agar menyimpan uangnya di bank. Ingat, naiknya suku bunga acuan sama dengan naiknya bunga deposito.
Harapannya, kenaikan suku bunga acuan ini bisa menekan lawannya si deflasi. Hal sebaliknya terjadi seandainya tingkat kenaikan berada di poin begitu rendah. Bank sentral bakal menurunkan suku bunga. Pastinya keuntungan dari deposito pun menurun.
Namun, turunnya suku bunga menguntungkan buat debitur yang ambil kredit atau pinjaman. Mereka gak dibebankan bunga yang besar saat bayar cicilan nanti. Malahan bunganya bisa kecil banget lho.
2. Terpangkasnya pajak penghasilan
Dampak lain dari keadaan atau situasi di angka nol persen adalah diturunkannya pajak penghasilan. Bisa juga dampaknya berupa kenaikan penghasilan tidak kena pajak (PTKP). Tadinya Rp 54 juta berubah jadi Rp 65 juta.
Bukan tanpa alasan Pemerintah menurunkan pajak penghasilan. Kebijakan ini sendiri diharapkan agar masyarakat tetap bergairah buat belanja. Dengan begitu, inflasi gak berubah jadi minus angkanya.
Seperti yang kamu tahu, keadaan begini menyebabkan harga-harga barang jadi gak pasti. Jika berada di angka nol persen dan selalu demikian dalam waktu yang panjang mengurangi ketidakpastian tersebut. Kita hari ini beli barang seharga Rp 10 ribu, tahun depan tetap berharga Rp 10 ribu asalkan inflasi tetap nol persen. Namun, apakah menjaga tetap nol persen itu bisa dilakukan? Faktanya, sejauh ini belum ada negara-negara di dunia yang tercatat nol persen. Adanya beberapa negara yang berinflasi sangat redang sebesar nol koma, yaitu New Caledonia, Yordania, Malaysia, Yunani, Siprus, Belize, Maladewa, hingga Ekuador. Sementara negara-negara yang inflasinya minus alias deflasi, antara lain Brunei Darussalam, Panama, Togo, Rwanda, Qatar, Mali, hingga Arab Saudi. Itu tadi informasi seputar inflasi nol persen dan akibat-akibatnya. Sulit dipastikan apakah selamanya berada di angka nol persen bisa terjaga. Satu hal yang perlu diingat ketika suatu keadaan ekonomi berubah jadi deflasi, situasi tersebut gak memberi manfaat apa-apa bagi banyak orang. (Editor: Mahardian Prawira Bhisma)3. Mengurangi ketidakpastian