Penasaran Sama Sekolah Mewahnya Pemimpin Korut di Swiss? Intip Faktanya

Penasaran Sama Sekolah Mewahnya Pemimpin Korut di Swiss? Intip Faktanya

Media-media asing di dunia ini sempat memberitakan bahwa Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, merupakan alumni salah satu sekolah negeri di Swiss. Sekolah itu juga kabarnya bukan sekolah sembarangan lho.

Sekolah itu bernama Liebefeld-Steinhölzli, yang terletak di Koeniz. Salah seorang teman sekelasnya pernah memberikan keterangan di media tentang sosok Kim Jong Un kecil.

Kabarnya, Kim menggunakan nama Pak Un untuk bersekolah di sana. Dia pun disebut sebagai anak staf Kedutaan Besar Korea Utara.

Meski postur badannya gemuk dan gak tinggi. putra Kim Jong Il yang punya banyak sepatu Nike yang dikabarkan jago dalam urusan main basket.

Dan di usianya yang ke 15, Kim Jong Un dipindahkan ke International School of Bern. Sekolah itu memang gak mengkonfirmasi bahwa Kim Jong Un pernah menuntut ilmu di sana. Hanya aja mereka bilang bahwa ada murid dari Korut pada tahun 1998 – 2000 yang sangat rajin dan ambisius, selain itu dia juga hobi bermain basket.

Ingin tahu fakta-fakta sekolah International School of Berne yang bergengsi itu? Simak ulasannya yuk di bawah sini.

1. Biaya sekolahnya Rp 290 juta per tahun

Biaya sekolahnya Rp 290 juta per tahun, (Ilustrasi/Shutterstock).

Sekolah itu memang bukan sekolah sembarangan. Letaknya saja sudah di Swiss, salah satu negara Eropa yang perekonomiannya sangat maju. Situs DailyMail pun memperkirakan bahwa uang sekolah di sekolah tersebut mencapai 16 ribu Poundsterling atau Rp 290 juta per tahun!

Baca juga: Lebih dari 90 Tahun, Ini 10 Orang Terkaya Tertua di Indonesia Versi Forbes

Tentu aja, tampil sebagai jebolan sekolah atau kampus di sana adalah hal yang sangat prestige. Ya iyalah, jebolan Swiss gitu lho, beda sama yang lulusan Amerika atau negara lain.

2. 55 tahun sukses sebagai tempat belajar putra-putri pejabat diplomatik

55 tahun sukses sebagai tempat belajar putra-putri pejabat diplomatik, (Ilustrasi/Shutterstock).

Wuih, selain merupakan sekolah anak-anak warga ekspatriat di sana, International School of Bern juga sukses menjadi tempat belajar para anak-anak pejabat diplomatik negara lain.

Mungkin itulah yang jadi pertimbangan Kim Jong Il menyekolahkan putranya di sana. ISBerne sendiri memiliki komunitas murid yang dibentuk layaknya sebuah keluarga.

Dari situs resminya, sekolah bergengsi ini berani mengklaim bahwa 99 persen muridnya gak malas sekolah. Wah emang ada fasilitas apa ya di sekolah itu?

3. Muridnya cuma 330 orang

Muridnya hanya ada 300 orang di sekolah yang disebut-sebut sekolah Kim Jong Un, (Ilustrasi/Shutterstock).

Situs resmi sekolah Pemimpin Korea Utara itu pada 2019 menyebutkan bahwa cuma ada 330 murid yang bersekolah di sini. Sementara itu gurunya lebih dari 50 orang.

So, artinya ini adalah sebuah sekolah yang sangat eksklusif! Bayangin aja, sekolah kita waktu dulu kelasnya aja udah banyak.

Dari 330 orang, kabarnya murid-murid di ISBerne juga berasal dari 50 negara yang berbeda-beda. Dipastikan staf pengajarnya juga sudah sangat senior ya.

4. Fasilitas dan programnya “Wow” banget!

Fasilitas dan programnya “Wow” banget!, (Ilustrasi/Shutterstock).

Bicara soal fasilitas, jangan bandingin sama sekolah-sekolah swasta di Jakarta ya. Mereka punya sarana olahraga yang lengkap, kantin dengan makanan yang luar biasa enak dan sehat, serta program-program ekstrakurikuler yang seru.

Beberapa program ekstrakurikulernya adalah ski! Wah asyik banget ya, tapi wajar sih kalau di sana ada program ekskul seperti ini. Wong di sana ada musim salju.

Pastinya Pemimpin Korea Utara ini memang hobi main di lapangan basket. Tapi, belum tentu juga dia ikut ekskul basket pada saat itu.

Seperti itulah sekilas fakta soal sekolah Kim Jong Un dulu. Kira-kira apakah tertarik menyekolahkan anakmu ke sana?

Pastinya kalau kamu sudah mencapai kebebasan finansial, kamu pasti gak sungkan menyekolahkan putra-putrimu di sana. Tentu, bisa menyekolahkan anak di sana juga jadi kebanggaan tersendiri bukan?

Tapi kalau dananya belum tersedia, kira-kira sekolah mana yang jadi tujuanmu? (Editor: Mahardian Prawira).