Pahami Internal Rate of Return, Penghitungan, dan Contohnya

investasi reksadana saham bisa dengan modal kecil

IRR adalah singkatan dari Internal Rate of Return yang menjadi salah satu acuan penghitungan efisiensi dari sebuah investasi.

Secara sederhana, penghitungan IRR dapat menjadi dasar apakah sebuah investasi layak dilakukan atau tidak. Sebuah investasi yang dianggap layak jalan harus memenuhi kriteria nilai IRR lebih tinggi ketimbang minimum acceptable rate of return atau minimum attractive rate of return.

Dikutip dari Wikipedia, minimum acceptable rate of return adalah laju pengembalian minimum dari sebuah investasi yang berani dilakukan seorang investor.

Tidak hanya itu, sebuah kegiatan investasi juga bisa dilanjutkan apabila laju pengembaliannya (rate of return) lebih besar daripada laju pengembalian apabila melakukan investasi di tempat lain, termasuk bunga deposito bank, reksadana, atau bentuk investasi lainnya.

Bagaimana Melakukan Penghitungan IRR?

Internal Rate of Return (IRR) sebetulnya adalah metode untuk menghitung tingkat bunga (discount rate) yang membuat nilai saat ini dari seluruh perkiraan arus kas masuk sama dengan nilai sekarang dari ekspektasi arus kas yang keluar (Hazen, 2009). Prinsipnya, IRR adalah rangkaian penghitungan yang membuat nilai NPV (Net Present Value) menjadi nol.

Tentang NPV dan rumusnya

Jadi sebelum melaju ke penghitungan IRR, alangkah baiknya kita memahami lebih dulu cara menghitung NPV.

NPV = ( C1 / (1 + r )1) + ( C2 / ( 1 + r )2 ) + ( C3 / (  1 + r )3 ) + … + ( Ct / ( 1 + r )t ) – C0

Keterangan:

  • NPV = Net Present Value (dalam rupiah)
  • Ct = Arus kas per tahun pada periode t
  • C0 = Nilai investasi awal tahun ke-0 (dalam rupiah)
  • r = suku bunga atau discount rate (dalam persen)
  • Secara sederhana, NPV adalah nilai proyek yang sedang dikerjakan, diperoleh dari selisih antara arus kas yang dihasilkan terhadap investasi yang dikeluarkan. Bila nilai NPV > nol, maka investasi atau proyek dianggap layak (feasible) untuk dilakukan.

    Bila NPV < nol, maka investasi atau proyek dianggap tidak layak untuk dijalankan. Sedangkan bila hitungan NPV = nol, maka investasi atau proyek berada dalam keadaan Break Even Point (BEP), dengan TR = TC dalam bentuk present value.

    Penghitungan NPV ini memerlukan data perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan benefit dari proyek yang dirancang.

    Kita ambil sebuah contoh dari situs rumus.co.id, sebuah Perusahaan X ingin membeli sebuah mesin produksi untuk menaikkan jumlah produksi barangnya. Diperkirakan, harga mesin tersebut adalah Rp150 juta dengan mengikuti suku bunga pinjaman sebesar 12 persen per tahun.

    Untuk arus kas yang masuk pada perusahaan diperkirakan Rp50 juta per tahun untuk lima tahun. Nah, apakah rencana investasi pembelian mesin produksi tersebut feasible?

    Mengacu pada rumus yang sebelumnya sudah dijabarkan, maka:

  • Ct = Rp500 juta
  • C0 = Rp150 juta
  • dengan r = 12% atau 0,12
  • NPV = (C1/(1+r)1) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + (C3/(1+r)4) + (Ct/(1+r)t) – C0NPV = ((50/1+0,12) + (50/1+0,12)2 + (50/1+0,12)3 + (50/1+0,12)4 + (50/1+0,12)5) – 150NPV = (44,64 + 39,86 + 35,59 + 31,78 + 28,37) – 150NPV = 180,24 – 150NPV = 30,24

    Dengan demikian, nilai untuk NPV adalah Rp30,24 juta. Artinya, investasi pembelian mesin baru dinilai feasible untuk dilakukan. Nah, setelah menghitung NPV kini kita bisa beranjak ke IRR. Penghitungan IRR didapat dengan merekayasa penghitungan agar tingkat diskon menghasilkan NPV = nol.

    Tentang IRR dan rumusnya

    Dari angka yang didapat, IRR yang lebih besar dari cost of capital maka menggambarkan bahwa investasi yang dilakukan akan menghasilkan return lebih besar dari yang dirancang sebelumnya. Artinya, perusahaan disarankan menerima atau menjalankan proyek investasi tersebut.

    Sebaliknya, IRR yang lebih kecil ketimbang cost of capital memberi gambaran bahwa investasi yang dilakukan akan menghasilkan return lebih kecil dari yang ditargetkan sehingga perusahaan lebih baik menolak proyek tersebut.

    Sedangkan untuk IRR yang nilainya sama dengan cost of capital menjadi pertimbangan bahwa investasi yang dilakukan diperkirakan menghasilkan return sebesar yang ditargetkan (Peterson, 2002).

    Berikut Rumus IRR.

    IRR = rk + ( NPV rk / (TPV rk – TPV rb))x (rb-rk)

    Keterangan:

  • IRR = Internal Rate of Return
  • rk = tingkat bunga yang lebih kecil (rendah)
  • rb = tingkat bunga yang lebih besar (tinggi)
  • NPV rk = Net Present Value pada tingkat bunga kecik
  • TPV rk = Total Present Value pada tingkat bunga kecil
  • TPV rb = Total Present Value pada tingkat bunga yang besar
  • Ingat, IRR adalah tingkat diskon rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Kesimpulannya, bila penghitungan IRR lebih besar ketimbang discount factor, maka dapat dibilang bahwa investasi yang akan dilakukan dinilai layak.

    Namun jika nilai IRR sama dengan discount factor, maka investasi yang akan dilakukan dinilai balik modal. Sementara bila IRR lebih kecil dari discount factor, maka investasi yang ditanamkan dinilai tidak layak.

    Kita ambil contoh kasus dengan melanjutkan penghitungan NPV sebelumnya.

    DF 18%

    P = P + A (P/A,i,n) + F (P/F, i, n)P = -75.000.000 + 20.000.000 (P/A, 18%, 5) + 15.000.000 (P/F, 18%, 5)P = -75.000.000 +62.544.000 + 6.556.500P = -5.899.500

    DF 14%

    PV= 20.000.000 / (1 +0,14) +  20.000.000/(1 + 0,14)2 + 20.000.000/ (1 + 0,14)3+…..+ 20.000.000/(1 + 0,14)5 + 15.000.000/(1 + 0,14)5PV = 1.754.3859 + 15.389.350 + 13.499.430 +11.841.605+10.387.373+7.790.529PV = 76.452.146NPV = 76.452.146 – 75.000.000 = 1. 452.146

    DF 24%

    PV = 20.000.000/(1 +0,24) + 20.000.000/(1 + 0,24)2 + 20.000.000/(1 + 0,24)3 + ….. + 20.000.000/(1 + 0,24)5+ 15.000.000/(1 + 0,24)5PV = 16.129.032 + 13.007.284 + 10.489.745 + 8.459.471 + 6.822.154 +5.116.616PV = 60.024.302NPV = 60.024.302 – 75.000.000NPV = – 14.975.698

    Sehingga dapat diambil kesimpulan, semakin besar DF, gagasan usaha tidak layak.

    Kerugian dan Kelebihan IRR

    Dikutip dari dictio.id, metode penghitungan IRR ternyata memiliki kekurangan dan kelebihannya. Keunggulannya antara lain (Lefley, 1997):

    1. Menggunakan metode ini dapat mengetahui dengan jelas apakah investasi yang dilakukan dapat menaikkan nilai perusahaan.
    2. Metode ini mempertimbangkan semua arus masuk yang ada.
    3. Metode ini mempertimbangkan konsep time value of money.
    4. Metode ini mempertimbangkan risiko dari arus masuk pada masa depan untuk pengembalian modal investasi.
    Punya pertanyaan lain seputar topik keuangan? Mari tanyakan pada ahli yang berpengalaman di bidangnya masing-masing di fitur Tanya Lifepal!

    Sedangkan kelemahannya adalah:

    1. Metode ini membutuhkan nilai cost of capital dalam penghitungannya.
    2. Metode ini tidak dapat memberikan keputusan yang tepat ketika harus memperbandingkan mutually exclusive projects.
    3. Metode ini tidak dapat memberikan hasil yang maksimal ketika harus memilih suatu proyek yang capital-nya berupa rasio.

    Berbicara mengenai investasi, risiko yang dihadapi tentu bervariasi. Umumnya, risiko tersebut menjadi semakin tinggi seiring peluang keuntungan yang semakin tinggi pula.

    Dalam hal ini, perusahaan perlu membuat langkah-langkah kalkulasi risiko untuk memilah bentuk investasi yang layak diambil. Penghitungan dengan IRR atau Internal Rate of Return bisa menjadi salah satu solusinya.

    Untuk mengetahui profil risiko investasi kamu, silakan gunakan kuis berikut:

    Yuk, cari tahu apa saja investasi yang paling menguntungkan untuk kita dengan mencari tahunya melalui berbagai ulasan keuangan bermanfaat yang ada di Lifepal!