Jadi Eksekutif Muda Boleh Kok Boros Buat Hal-hal Berikut Ini

eksekutif muda

Sekarang ini eranya eksekutif muda. Itu lho sebutan buat orang yang berusia sekitar 30-an tapi sudah duduki level strategis di perusahaan. Bisa manager, direktur, sampai pemilik perusahaan.

Sudah bukan hal aneh lagi kalau banyak perusahaan diduduki anak-anak muda. Pertimbangannya bisa jadi mereka ini energik, kreatif, dan punya potensi mumpuni.

Praktis, duduki posisi tinggi sama saja berimplikasi dengan pendapatan tinggi. Imbasnya, eksekutif muda punya gaya hidup berkelas. Bukan sekadar memoles penampilan dengan selera fashion papan atas, tapi juga keseharian.

Habiskan waktu di salon, kafe-kafe elit, sampai plesiran yang didokumentasikan di akun sosial media. Intinya, mereka ingin menunjukkan identitas sebagai golongan ‘The Have’ berikut jabatan, style, dan akrab dengan komunitas elite.

Alhasil, gaya hidup hedon dan konsumerisme melekat pada diri eksmud. Tak peduli berapa duit yang dihabiskan, pokoknya mereka ingin tampil lebih dan percaya social life ala jet set membuatnya lebih dihormati sekaligus diakui.

Semua itu sah-sah saja. Lagi pula ada yang beralibi gaya hidup ala hedon itu merupakan kompensasi atas beratnya beban tugas yang ditanggung.

Tapi jangan pukul rata semua eksmud bergaya hedonis. Tetap ada kok yang bersahaja. Golongan ini percaya kebendaan bukan tolak ukur keberhasilan.

Di samping itu, jangan anggap pula kebiasaan nongkrong di kafe atau hobi mengoleksi barang-barang mewah sebagai bentuk pemborosan. Justru jadi eksekutif muda diperbolehkan ‘boros’ sepanjang ada tujuannya. Bentuk boros apa saja tuh?

jadi eksekutif muda
Setiap bulan kayaknya muncul gadget baru, tapi ya jangan tiap bulan juga beli

1. Gadget premium

Kebanyakan eksmud sudah menerapkan cara kerja mobile. Maka itu, butuh banget perangkat yang mendukung. Nah, tak ada salahnya melengkapi diri dengan gadget premium.

Pastinya gadget premium berupa smartphone atau tablet itu selalu dibekali performa yang tinggi untuk kebutuhan pekerjaan. Jadi cukup modal gadget itu, di mana pun bisa mudah balas email, bikin presentasi, membaca tabel, sampai tetap eksis di sosmed.

2. Branded fashion

Bukan bermaksud pamer ketika belanja branded fashion. Hanya harus diakui, mengenakan busana branded itu menambah kepercayaan diri. Di samping itu juga membangun citra dan karakter tertentu kepada pemakainya.

Yang tak kalah penting, busana bermerek punya kualitas yang baik sehingga lebih tahan lama. Kadang kala, branded fashion bisa menjadi aset yang bernilai di kemudian hari.

jadi eksekutif muda 2
Gaya pakaian juga kudu ngikutin jabatan, apalagi yang suka ketemu klien

3. Kendaraan

Mobilitas yang tinggi mesti didukung kendaraan yang mumpuni. Bukan sekadar bisa gelinding, berpendingin udara, dan irit BBM. Bagi eksmud, mobil sudah menjadi kantor kedua.

Eksmud boleh-boleh saja punya selera tinggi dalam memilih mobil, misalnya yang premium. Kemudian keluar duit lagi untuk mendandani mobil itu agar lebih personal. Bisa in-car entertainment atau modifikasi di sektor lainnya.

Bagaimana pun, mobil menjadi tunggangan penting bagi eksmud dalam aktivitasnya. Beli mobil yang nanggung sama saja bikin kerugian. Lha, kalau mogok di tengah jalan dan di saat bersamaan mesti meeting sama klien, apa enggak rugi tuh?

4. Aksesori

Beli arloji mewah? Kenapa enggak. Membelanjakan duit untuk aksesori macam ini tak bisa disebut boros. Bagi sebagian orang, arloji mewah bisa dijadikan sarana investasi. Apalagi bila arloji itu dibuat dalam edisi terbatas. Wah, di masa depan harganya bisa melangit.

jadi eksekutif muda 3
Mahal sedikit gak apa-apa, asal badan sehat dan kebentuk

5. Member sport center

Kesehatan adalah aset segala-galanya. Demi menjaga tubuh sehat, bukan disebut boros kalau jadi member gym atau pusat kebugaran lain. Apalagi sekarang tempat-tempat gym sudah bergeser fungsinya.

Dari sebelumnya tempat menjaga kebugaran menjadi tempat meeting dengan klien. Kan seru tuh. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Bisa meeting sama klien sekaligus kesehatan tubuh tetap terjaga.

Jadi menghabiskan uang untuk poin-poin itu bukan disebut pemborosan. Justru uang yang dibelanjakan bisa masuk sebagai ‘modal’ agar prestasi dan performa kerja tetap oke. Toh pada akhirnya duit yang keluar bakal sepadan dengan hasilnya.

 

Image credit:

  • http://3.bp.blogspot.com/-QABBsaQndb4/VZYYQ389X6I/AAAAAAAADso/WZwgFwTyQ-4/s1600/amazing_new_gadget_wallpaper_photos.jpg
  • http://www.wmagazine.com/wp-content/uploads/2016/01/Le-21eme-Adam-Katz-Sinding-London-Collection-Mens-Fashion-Week-Fall-Winter-2016-2017_AKS4128.jpg
  • http://seleb.co.id/wp-content/uploads/2015/09/4-Tips-Untuk-Hari-Pertama-Nge-Gym.jpg