Modal Uang Saku, Pemuda Ini Raih Omzet Miliaran dari Bisnis Celana Jeans

Pemilik usaha Comic Jeans, Muhammad Ali Akbar Taufani. (MoneySmart/Pramdia Arhando)

Merintis usaha bermodalkan uang saku semasa menempuh kuliah, bukanlah sebuah halangan. Muhammad Ali Akbar Taufani, pemuda kelahiran Jakarta, 12 Maret 1990 telah membuktikan bahwa memulai usaha tidak melulu harus memiliki modal yang besar.

Hebatnya, berkat keseriusannya, usahanya berkembang pesat. Bahkan kini, dalam sebulan ia bisa meraup omzet paling tinggi hingga Rp 1 miliar lho!

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Rumah Denim (Custom Jeans MTO) (@comic_jeans) on Sep 17, 2017 at 1:37am PDT

Sejak menempuh gelar sarjana, Ali memberanikan diri merintis usaha pembuatan celana jeans secara custom. Yuk simak perjalanan Ali mengembangkan bisnisnya hingga sebesar sekarang.

Bermula dari hobi

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Rumah Denim (Custom Jeans MTO) (@comic_jeans) on Apr 21, 2018 at 1:59am PDT

Bermula dari celana jeans pemberian teman semasa kuliah, Ali langsung memiliki hobi untuk membuat celana jeans. Dari situ, Ali mulai mencari tahu bahan baku celana jeans yang ada di Indonesia.

Dari pencarian di internet, Ali memperoleh informasi bahwa ternyata banyak produsen bahan baku celana jeans di Indonesia.

“Awalnya saya diberikan celana oleh teman saya dari Australia, mereknya Imperial Denim. Dari situ saya hobi dengan celana denim, hobi dengan celana jeans, akhirnya browsing-browsing ternyata bahan lokalnya banyak,” ujar Ali saat berbincang dengan Moneysmart.id di Outlet Rumah Denim, Veteran Bintaro, Jakarta, Kamis (13/9/2018).

Bermodalkan uang saku

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Rumah Denim (Custom Jeans MTO) (@comic_jeans) on May 4, 2018 at 1:12am PDT

Tepat pada tahun 2011, Ali memulai usaha dengan membuka jasa pembuatan jeans secara pre order (PO.) Ia memanfaatkan jasa konveksi celana jeans dari Bandung dengan bermodalkan uang saku.

Kemudian, setelah mengerti alur bisnis tersebut, dan sudah mengetahui berbagai jenis bahan baku maupun suppliernya, Ali mulai mendirikan workshop secara mandiri di rumahnya.

“Punya workshop sendiri di rumah di kamar saya sendiri. Itu tahun 2011 dan belum ada nama waktu itu,” kata Ali.

Dilarang orangtua

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Rumah Denim (Custom Jeans MTO) (@comic_jeans) on Jul 8, 2018 at 2:22am PDT

Akan tetapi, perjalanan Ali dalam membangun usahanya tak selamanya mulus. Dirinya sempat mendapatkan hambatan. Orangtua Ali ternyata tidak setuju dengan keputusan Ali menjalankan bisnis celana jeans.

“Saya ngalamin usaha dilarang orang tua, ditanya ngapain jualan jeans, dan orang tua bilang setiap hari orang gak ada yang makan jeans, disitu dibikin down,” ungkapnya.

Ali pun berniat membuktikan diri kepada orangtuanya bahwa ia bisa sukses. Ia memberanikan diri untuk membuka outlet jeans di wilayah Pamulang, Tangerang Selatan.

Dengan bermodalkan Rp 10 juta dari pinjaman koperasi, Ali membangun workshop sendiri yang ia namai Rumah Jeans. Ide pemberian nama itu datang dari latar belakang usaha yang dimulai dari rumah Ali sendiri.

Akan tetapi, setelah nama Rumah Jeans berjalan, Ali mendapatkan komplain dari pemilik brand Rumah Jeans yang telah mendaftarkan hak patennya.

“Ternyata 2012 awal Rumah Jeans itu sudah ada yang patenkan di Bandung, dan akhirnya kita ganti nama Rumah Denim and Jeans, selang berapa bulan kami bikin produk namanya Comic Jeans,” ungkapnya.

Tiga Faktor Utama

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Rumah Denim (Custom Jeans MTO) (@comic_jeans) on Jan 26, 2018 at 9:43pm PST

Ali menjelaskan, nama Comic Jeans berasal dari singkatan kata Komunikatif, Imajinatif, dan Kreatif. Menurutnya, ketiga faktor tersebut sangat penting buat dimiliki oleh seorang pelaku usaha, apalagi buat mereka yang baru memulai usaha.

Keseriusan Ali dalam menjalankan usaha Rumah Denim bukan tanpa alasan. Selain memang hobi, Ali menilai pangsa pasar celana jeans sangat luas dan tidak akan pernah kehabisan peminat.

“Pasar jeans itu luas dari remaja sampai orang tua dari tahun 1500 sampai sekarang masih ada, dan modelnya gak berubah, modelnya selalu itu-itu aja, kenapa saya ambil jeans, karena gampang, polanya gak terlalu sulit,” ungkap Ali.

Konsep Offline dan Online

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Rumah Denim (Custom Jeans MTO) (@comic_jeans) on Mar 1, 2018 at 11:05pm PST

Dalam bisnisnya, Ali menjalankan konsep offline dan online. Untuk offline, konsumen cukup datang ke outlet Rumah Denim, kemudian memilih bahan yang diinginkan.

Setelah memilih bahan yang diinginkan kemudian dilakukan pengukuran. Setelah selesai pengukuran, konsumen melakukan pembayaran dan akan mendapatkan form pemesanan celana. Jika celana sudah selesai dijahit, konsumen akan dihubungi via telepon.

Untuk proses pengambilan celana bisa langsung ambil di outlet atau dikirim melalui kurir. Pengiriman tidak dikenakan biaya alias gratis untuk tujuan wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Sedangkan untuk pemesanan online, Ali menerima pesanan melalui Instagram, WhatsApp, dan Line. Ali tidak menggunakan jasa e-commerce karena produk yang ditawarkan melalui skema pre order.

Untuk pemesanan online, konsumen cukup memberikan tiga informasi yakni tinggi badan, berat badan, dan ukuran celana yang biasa digunakan.

“Jadi tidak perlu dateng ke toko. Harga sama, free ongkir Jabodetabek. Kalau gak pas, kami ada garansinya, dan semua ongkirnya kami tanggung,” jelas Ali.

Celana jeans yang Ali jual ditawarkan dengan harga beragam, dari yang termurah Rp 140.000 per item hingga Rp 900.000 per item.

Kendala bisnis

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Rumah Denim (Custom Jeans MTO) (@comic_jeans) on Jul 31, 2018 at 10:56pm PDT

Dalam menjalankan bisnis, pasti ada pasang surut hingga kendala operasional. Ali mengatakan, dalam bisnis jeans kendala utama yang paling ia rasakan adalah dalam mencari Sumber Daya Manusia (SDM) penjahit dan kurir.

“Kesulitannya lebih ke SDM, banyak yang keluar masuk, paling terbesar itu kendala kurir saat ini, karena gudang kita ada di Pamulang, cabang sampai ada yang di Bekasi,” paparnya.

Kini usaha yang dirintisnya sejak tahun 2011 telah memiliki lima outlet di lima lokasi berbeda, mulai dari Reni Jaya, Pamulang, Veteran Bintaro, Gandaria City, dan Bekasi. Dalam menjalankan usahanya, Ali dibantu oleh total 42 karyawan.

Hebatnya, hanya berbekal Rp 10 juta dari hasil pinjaman, Ali bisa memulai usaha dan mengembangkannya hingga beromzet ratusan juta. Bahkan, ada kalanya pemasukan Ali bisa menyentuh Rp 1 miliar per bulan.

“Kalau omzet paling tinggi jujur aja ada di partai besarnya, karena kalau order kan satu brand ratusan, minimal puluhan. Kalau omzet outlet paling tinggi di cabang Bintaro. Total omzet gak nentu, kadang Rp 500 juta, atau Rp 1 miliar, gak nentu, kalau lagi sepi sepi Rp 300 juta sampai Rp 400 juta,” ungkapnya.